Selingkuh, Bisa Karena Intrik Politik

Kamis, 23 Februari 2012 – 08:17 WIB
A Kasandra Putranto. Foto: Ken Girsang/JPNN

JAKARTA - Apa saja yang menjadi pemicu perselingkuhan? Mengapa orang yang "punya nama" nekad berselingkuh? Tidak secara khusus mengulas kasus, psikolog dari Jakarta, A Kasandra Putranto, menyampaikan paparan mengenai sebab musabab seseorang berselingkuh.

Pertama, karena seseorang itu punya kebutuhan yang lebih. "Baik itu kebutuhan seksual atau pun emosional yang begitu tinggi. Tak peduli dia punya status sosial tinggi atau tidak," ujar Kasandra, yang juga Humas Ikatan Psikologis Klinik (IPK) itu kepada JPNN.

Diterangkan, orang yang punya kebutuhan yang lebih ini, jika sudah punya istri satu, maka ingin tambah lagi menjadi dua istri. Begitu sudah punya dua istri, tetap ingin nambah lagi.

Kedua, ada orang yang selingkuh karena faktor situasional. Misalnya, kata Kasandra, situasi dimana sang istri atau suami tidak menyenangkan. "Ini membuat tidak nyaman, sehingga mencari selingkuhan," imbuh perempuan yang juga aktif di Bagian Pengembangan Profesi dan Keilmuan Asosiasi Psikologi Forensik Indonesia (APSIFOR) itu.

Bisa juga, lanjut alumni Fakultas Psikologi Universitas Indonesia (UI) itu, si istri atau suami dirasakan kurang memberikan perhatian. "Sehingga mencari kompensasi ke orang lain," ujarnya.

Pemicu selingkuh karena faktor situasional ini, kata Kasandra, terbagi lagi menjadi dua. Yakni kondisi lingkungan dan kondisi budaya atau politik.

Kondisi lingkungan, tatkala selingkuh telah menjadi live style, maka seseorang yang berada di lingkungan itu merasa tak ikut tren jika tak selingkuh.

Sedang kondisi budaya atau politik, Kasandra menyebut ada budaya di China pada tahun 1700-an, dimana ketika berperang, istri diumpankan ke pihak musuh untuk jebakan. "Semacam jebakan batman," selorohnya. Bisa juga, istri diserahkan ke pihak lawan karena sudah kalah perang.

Nah, untuk kasus di Indonesia, Kasandra tidak berani memastikan apakah ada modus perselingkuhan untuk kepentingan jebakan politik. "Tapi kalau istri diumpankan untuk kepentingan agar dagang lancar, itu sudah ada di Indonesia," ujar Kasandra, yang mengatakan hal tersebut berdasar penelitian tertutup yang dilakukannya.

Ketiga, selingkuh yang dilakukan dengan maksud untuk menaikkan taraf hidup. Seorang perempuan yang merasa sudah tak betah hidup sengsara secara ekonomi, akan berupaya menarik perhatian pria yang sukses. "Dan mau menjadi perempuan kedua (selingkuhan, red) bagi si pria," ucapnya. (sam/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Lima Balita di Serang Terpapar Virus HIV


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler