jpnn.com, SEOUL - Korea Selatan (Korsel) dalam kesiagaan penuh. Mereka tak ingin kecolongan jika Korea Utara (Korut) benar-benar meluncurkan Intercontinental Ballistic MIssile (ICBM) besok, Sabtu (9/9).
Kemarin, Kamis (7/9), Korsel dan Amerika Serikat (AS) menuntaskan pemasangan sistem antirudal Terminal High-Altitude Area Defense (THAAD) di Seongju County.
BACA JUGA: Bom Hidrogen Korut Bikin Gunung Mantap Amblas
Sementara itu, beberapa negara mulai merumuskan sanksi terhadap negara yang dipimpin Kim Jong-un tersebut.
”Sudah tiba waktunya untuk meningkatkan sanksi dan tekanan terhadap Utara (Korut) semaksimal mungkin,” kata Yoon Young-chan, jubir Presiden Korsel Moon Jae-in.
BACA JUGA: Korut Buka Trauma Lama, Jepang Pertimbangkan Beli Nuklir
Kemarin pagi, Moon bertemu dengan Perdana Menteri (PM) Jepang Shinzo Abe sebelum menghadiri Eastern Economic Forum (EEC) di Kota Vladivostok, Rusia. Dalam pertemuan itu, mereka sepakat membuat Kim Jong-un jera.
Sanksi dan hukuman, menurut Moon dan Abe, bakal menjadi cara yang jauh lebih efektif untuk membuat Korut menghentikan program nuklirnya. ”Itu lebih efektif ketimbang dialog,” ungkap Yoon.
BACA JUGA: Korut Siapkan Paket Kejutan untuk AS
Kemarin, Moon dan Abe berusaha menggalang dukungan dari Rusia dan Tiongkok. Moon bertugas membujuk Beijing. Sedangkan Abe bakal berusaha meyakinkan Presiden Vladimir Putin agar mendukung perumusan sanksi.
Di ibu kota Korsel, PM Lee Nak-yon memimpin rapat penting yang dihadiri para petinggi Kementerian Pertahanan.
Dalam kesempatan itu, dia kembali menegaskan bahwa Korut sangat mungkin kembali meluncurkan ICBM atau misili balistik lintas benua pada 9 September.
Laporan intelijen, menurut dia, juga mendukung ramalan Seoul. ”Situasinya sangat genting. Sepertinya Korut tidak butuh waktu lama untuk mencapai target utama program nuklirnya,” kata Lee.
Karena sudah sangat dekat, Seoul lebih memilih jalur sanksi dan embargo untuk memaksa Korut melupakan ambisinya. Sebab, jalur dialog bakal membutuhkan waktu lama.
Apalagi, Pyongyang sudah menegaskan bahwa mereka tidak mau tawar-menawar soal nuklir di meja perundingan.
Lee meyatakan, kali ini ICBM Korut akan diarahkan ke koordinat yang tepat. Tapi, dia tidak bisa menjelaskan koordinat yang dimaksud.
Dia tidak bisa memastikan jika yang Korut bidik adalah Kepulauan Guam meski sebelumnya Jong-un mengumumkan rencananya untuk merudal teritori AS di Samudra Pasifik.
”Yang jelas, kami harus lebih tegas,” ungkapnya.
Bersamaan dengan rapat pertahanan di Seoul, Korsel dan AS menuntaskan pemasangan empat peluncur THAAD. Dengan demikian, THAAD yang dipasang di bekas padang golf milik Lotte Group itu siap beroperasi.
Sebelumnya, dua peluncur sistem antirudal sudah dipasang di sana. Kini, total enam peluncur sudah terpasang dengan sempurna.
Pemasangan empat peluncur THAAD menuai protes publik. Kemarin, sekitar 8.000 polisi antihuru-hara dikerahkan ke Seongju.
Dengan perisai dan tongkat, polisi-polisi itu mengamankan konvoi mobil pembawa empat peluncur THAAD melewati sekitar 400 demonstran.
Sejak pagi, mereka menduduki lokasi pemasangan THAAD karena tak ingin pemasangan sistem antirudal itu membuat situasi kian runyam.
Penasihat Khusus Kepresidenan Korsel Moon Chung-in menyatakan, THAAD perlu segera diaktifkan. ”Meningkatnya ancaman dari Korut membuat pemerintah perlu menyiagakan THAAD,” katanya.
Namun, selain para aktivis lingkungan yang mengeluhkan dampak sosial sistem antirudal dan aktivis cinta damai yang khawatir Semenanjung Korea terjerumus dalam perang, Tiongkok menentang THAAD.
Geng Shuang, jubir Kementerian Luar Negeri Tiongkok, menyatakan bahwa THAAD hanya membuat masalah keamanan regional kian parah.
Seharusnya, Korsel mempertimbangkan dampak pemasangan sistem antirudal buatan AS itu terhadap negara-negara tetangga. Salah satunya Tiongkok.
Negeri Panda memprotes THAAD Korsel karena serpihan rudal yang dihancurkan bisa jatuh ke Tiongkok.
Sementara itu, Washington mengajukan proposal kepada Dewan Keamanan (DK) PBB tentang sanksi baru untuk Korut. Dalam draf resolusi itu, pemerintahan Presiden Donald Trump membidik aset Jong-un dan sektor ekonomi.
AS berniat membekukan seluruh aset milik pemimpin 33 tahun itu. Selain itu, AS mengusulkan agar pasokan minyak bumi ke Korut diberhentikan dan dunia tidak menerima ekspor tekstil dari mereka. (Reuters/AFP/BBC/CNN/hep/c21/any)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Elon Musk: AI Lebih Berbahaya daripada Korut
Redaktur & Reporter : Adil