SRAGEN - Wajah Marto Paimin, 70, terlihat berseri-seri. Lelaki tua warga Dusun Karangrejo, Desa Bener, Kecamatan Ngrampal, Sragen, Jateng, itu terus-menerus menebar senyum. Berkali-kali dia mengucapkan terima kasih kepada semua orang yang mampir ke rumahnya yang sederhana.
"Maturnuwun sanget nggih, Pak. Kulo remen sanget Pak Menteri purun mampir sekalian nyare wonten omah kulo (Terima kasih sekali, Pak. Saya sangat senang Pak Menteri mau mampir dan menginap di rumah saya, Red)," ujar dia sembari menjabat tangan Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Dahlan Iskan kemarin pagi.
"Nggih, Pak, kulo sing sejatosipun kedah maturnuwun, panjenengan sak kaluwargo purun nampi kulo. Kulo nyuwun pangapunten nek sampun ngrepoti Pak Paimin kalian Ibu. Jan masakane wau enak sanget. (Ya, Pak, saya yang seharusnya berterima kasih, Anda dan keluarga mau menerima saya. Saya minta maaf sudah merepotkan Pak Paimin dan Ibu. Masakannya benar-benar enak)," ujar Dahlan saat berpamitan dengan Marto Paimin.
Kemarin memang menjadi hari yang tak akan terlupakan bagi Marto Paimin dan keluarga. Selama semalam, rumah milik petani sederhana berputra tiga itu menjadi tempat bermalam bagi Dahlan. Dia mengunjungi desa tersebut dalam rangka meninjau progam Gerakan Peningkatan Produksi Pangan Berbasis Korporasi (GP3K) yang dikelola sejumlah BUMN.
Ada sesuatu yang lain dalam kunjungan Dahlan kali ini. Dia enggan menginap di hotel di Kota Sragen atau Solo. Dia lebih memilih tidur di rumah salah seorang petani. Rumah yang dipilih Dahlan pun sangat sederhana. Dia memilih rumah Marto Paimin yang hanya berdinding kayu dan berlantai tanah.
Dahlan tiba di rumah tersebut sekitar pukul 22.30. Seperti biasa, dia hanya mengenakan baju putih dan celana panjang hitam serta tak ketinggalan sepatu kets kesayangannya. Begitu tiba di Dusun Karangrejo, Dahlan menuju rumah milik Marto Paimin. Awalnya, pihak pemkab dan kecamatan menyiapkan rumah milik salah seorang putra Paimin. Rumah itu cukup bagus. Namun, Dahlan lebih memilih tidur di rumah Paimin.
Sebelum beristirahat, Dahlan yang saat itu disambut Bupati Sragen Agus Fatchurrahman menggelar dialog sejenak dengan warga. Dia duduk di atas hamparan tikar yang disediakan warga di teras rumah milik salah seorang anak Paimin. Tak berapa lama, sejumlah warga sekitar rumah Paimin ikut membaur dalam dialog tersebut.
Banyak hal yang ditanyakan warga dalam dialog ringan dan penuh canda itu. Mulai soal listrik, beras, hingga isu kenaikan harga BBM. Semua pertanyaan warga itu dijawab Dahlan dengan baik. Tak terasa jarum jam sudah menunjukkan pukul 00.30. Dahlan lantas pamit kepada warga untuk beristirahat. "Monggo kita akhiri dulu obrolannya. Kita harus beristirahat. Soalnya, status saya masih seorang pasien," ujar Dahlan kepada warga.
Tak lama kemudian, Dahlan masuk ke dalam rumah Marto Paimin. Sang empunya rumah sudah menyiapkan sebuah kamar dan kasur busa beralas tikar di ruang tamu. Namun, Dahlan tak tidur di dalam kamar. Dia memilih tidur di ruang tamu dengan hanya beralas tikar. Kasur busa yang semula disiapkan si empunya rumah tak digunakan. Kasur tersebut malah dipinggirkan dan disandarkan pada dinding rumah.
Ruang tamu itu sangat sederhana. Hanya ada satu set kursi tamu dari kayu yang sudah lusuh. Di pojok ruang terdapat tumpukan karung berisi padi yang siap giling. Posisi tidur Dahlan tepat di samping tumpukan karung tersebut. Pagi-pagi sekali sekitar pukul 04.30 Dahlan sudah bangun. Dia bergegas keluar rumah, menuju sebuah masjid yang tak jauh dari rumah itu. Di masjid tersebut Dahlan salat Subuh berjamaah dengan para warga.
Selesai salat, Dahlan kembali masuk rumah. Dengan mengenakan kaus polo putih dan celana panjang batik, dia ngobrol dengan Marto Paimin si empunya rumah. Dahlan menanyakan tumpukan karung padi di dalam rumah. Oleh Paimin, dijawab tumpukan karung padi itu adalah hasil panennya. Paimin masih memiliki dua patok tanah yang digarap sendiri. Bukan hanya itu, dia juga masih menggarap tanah milik orang lain.
"Pak Paimin ini benar-benar petani utun (tulen). Dia menyimpan gabah hasil panennya. Gabah itu tak segera dijual. Sebab, saat musim panen seperti saat ini, harga gabah pasti turun. Sehingga dia memutuskan untuk menyimpan dulu gabahnya. Setelah nanti harga gabah naik, dia baru menjualnya," terang Dahlan setelah mendapat penjelasan Paimin.
Dahlan pun penasaran dari mana Paimin bisa mendapatkan beras untuk keperluan makan keluarganya sehari-hari. Sebab, gabah panenannya itu disimpan untuk dijual. Ternyata, Paimin punya cara lain. Dia kemudian mengajak Dahlan masuk ke sebuah kamar di dalam rumahnya. Di dalam kamar tersebut ada tumpukan karung berisi gabah. Gabah itulah yang digunakan Paimin untuk keperluan makan sehari-hari. "Saya hitung, ada enam karung gabah. Pak Paimin ini bener-bener petani yang komplet," terang Dahlan.
Setelah ngobrol, Dahlan berkeliling ke sekitar rumah Paimin. Dia menyempatkan diri mengunjungi kandang sapi di belakang rumah Paimin. Di dalam kandang ada tiga ekor sapi anakan yang dipelihara Paimin. Sapi itu akan dijual setelah cukup dewasa. Dari kandang sapi, Dahlan menuju tumpukan jerami yang dijadikan stok pangan sapi. Ternyata, selain dijadikan cadangan pangan sapi, tumpukan jerami tersebut juga dimanfaatkan Paimin untuk memelihara ayam.
Dahlan diminta merogoh salah satu lubang di tumpukan jerami itu. Ternyata, di dalamnya ada enam butir ayam kampung. "Eh, ternyata ini juga sebagai kandang ayam, to?" tanya Dahlan keheranan.
Sesudah berkeliling, Dahlan kembali masuk ke dalam rumah. Di atas tikar yang semula dijadikan alas tidur sudah tersaji menu sarapan. Yakni, lauk oseng-oseng daun pepaya, tahu dan tempe goreng, serta telur rebus yang baru saja diambil Dahlan dari kandang ayam langsung. "Masakannya luar biasa enak," ujar Dahlan, yang menyantap menu sarapan dengan menggunakan tangan.
Dahlan menyatakan, sejak awal dirinya menginginkan kunjungannya kali ini lain dari biasanya. Dia tak mau menginap di hotel. "Saya memilih tidur di rumah petani untuk mengetahui secara detail kehidupan mereka sekarang ini. Bagi saya, tidur seperti itu tak masalah. Sebab, saya juga dulu anak petani. Justru saya merasa mendapatkan pelajaran berharga yang tak bisa didapatkan di sekolah mana pun. Dari sini saya bisa mengetahui secara detail masalah-masalah yang dialami para petani selama ini," terang dia.
Sesudah sarapan, Dahlan melanjutkan perjalanan dengan berjalan kaki menyusuri persawahan. Tak kurang dari 3 kilometer Dahlan mengajak rombongan berjalan kaki menyusuri lahan pertanian itu. Setelah sampai di salah satu petak sawah, dia ikut menanam padi.
Kunjungan dilanjutkan ke Pondok Pesantren (Ponpes) Walisongo, Karangmalang, Sragen. Di sana Dahlan disambut KH Ma?ruf Islamudin selaku pimpinan ponpes. Keduanya lantas menggelar siaran di studio milik ponpes. (in/nan/jpnn/c11/nw)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Tiga Hari Jelajahi Old Trafford, Markas Manchester United
Redaktur : Tim Redaksi