jpnn.com, JAKARTA - Di masa pandemi Covid19 ini hampir semua kegiatan yang rutin dan lazim dilakukan terhenti. Kebijakan agar "stay at home" untuk memutus rantai penularan virus ini, tidak bisa dihindari bisa menimbulkan rasa ketidaknyamanan dan kebingungan bagi banyak orang.
Hal tersebut wajar dirasakan dan ditemui di mana-mana. Sejalan dengan hal itu, semangat pun naik turun menghadapi wabah global tersebut.
BACA JUGA: 5 Berita Terpopuler: PNS Pensiun jadi Ancaman, MUI Desak Jokowi
Hal ini tentunya juga dialami oleh banyak petani hutan di Indonesia. Untuk itu, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) terus berupaya menjaga api semangat belajar petani hutan tetap terjaga di masa pandemi ini dengan menggelar pelatihan online atau e-learning Perhutanan Sosial (PS).
Pelatihan online atau e-learning ini sudah diselenggarakan sejak akhir April 2020 lalu.
BACA JUGA: KLHK Alokasikan RP 1,01 Triliun Untuk Bantu Masyarakat dan Petani Hutan Terdampak Corona
"Kami merasa disayang oleh tutor dan panitia. Bahkan merasa sudah seperti saudara. Ini membuat kita tetap bersemangat," tutur seorang perempuan dari masyarakat adat yang juga petani bernama Ramlah, pada saat ditanya kesannya mengikuti pelatihan itu.
Perempuan muda ini berasal dari Masyarakat Hukum Adat (MHA) Ammatoa Kajang, Kabupaten Bulukumba, Sulawesi Selatan. Ramlah adalah salah seorang peserta e-learning PS.
BACA JUGA: Hadapi Corona, KLHK Beli Hasil Usaha Petani Hutan untuk Bantu Tenaga Medis
E-learning PS ini sendiri sampai sekarang telah berjalan dua gelombang. Gelombang 1 pada 27-30 April 2020 diikuti total 498 peserta, sementara gelombang 2 berlangsung 5 - 9 Mei 2020 diikuti 514 peserta.
Peserta sendiri berasal dari pendamping dan penyuluh kehutanan serta kelompok petani hutan dari berbagai tempat di Indonesia, yang sudah mendapatkan akses legal PS.
Apa saja yang dijalani peserta saat mengikuti e-learning? Peserta mempelajari lima seri Pendampingan Perhutanan Sosial, yang terdiri dari Seri Pendampingan Tahap Awal, Seri Pengelolaan dan Pengembangan Kawasan Hutan dan Lingkungan, Seri Kerja sama, Akses Modal dan Pasar, Seri Pengelolaan Pengetahuan serta Seri Monitoring dan Evaluasi.
Semua dikemas menjadi serangkaian mata pelajaran yang total diberikan selama empat hari, dari pagi hingga siang.
Sebelum kelas via zoom ini dimulai, peserta telah mempelajari terlebih dahulu modul dan paparan.
Sesudah kelas selesai, ada tugas dan serangkaian tes yang diberikan kepada peserta. Selesai pelatihan empat hari, masih ada tugas membuat rencana tindak lanjut yang nanti akan diterapkan di masing-masing tempat.
E-learning yang padat ini, nyatanya dinikmati dengan baik oleh peserta. Hampir tanpa mengeluh, petani dan pendamping PS tersebut menekuni modul demi modul.
Berbagai ekspresi "nyaman tetapi serius" ditampilkan peserta saat mengikuti kelas. Paling tidak dua orang peserta pada gelombang 1 lalu misalnya, menyimak tutorial sambil menunggu istri melahirkan.
Ada beberapa peserta laki-laki yang duduk di depan kamera hp sambil memangku anak. Ada pula seorang peserta yang sedang belajar tampak ditunggui sang ibu yang ingin tahu aktivitas anaknya.
Lain lagi cerita beberapa petani nun jauh dari Kabupaten Seram Bagian Barat, Maluku sana yang mengikuti pelatihan bersama-sama dengan teman-teman petani lainnya.
Pendeknya, semua terlihat bersemangat. Semua tampak terlibat bersama-sama peserta, dari anak, suami, ibu, kerabat dan sahabat.
Mata pelajaran yang diberikan oleh para narasumber dan tutor dirancang sesuai dengan kebutuhan dan bisa diterapkan oleh petani maupun pendamping di tempat masing-masing.
"Saya senang. Kemarin saya dapat pelatihan pemetaan. Jadi saya mulai tahu cara menggunakan GPS. Dan ini memang saya perlukan di kelompok, " tutur Andi Samsualang, seorang petani dari Kabupaten Soppeng, Sulawesi Selatan.
Senada dengan Andi, petani lainnya, Manawi dari Kelompok Tani Hutan Tandung Billa, Palopo, Sulawesi Selatan, mengatakan bahwa pelatihan ini menjadi nilai tambah bagi diri dan kelompoknya.
"Bermanfaat, Bu," tegasnya tertawa lebar. "Saya jadi makin tahu banyak hal. Pokoknya semangat 45" imbuhnya penuh percaya diri.
Satu-satunya keluhan yang terkadang timbul adalah masalah sinyal. Perlu kesabaran lebih bagi sebagian peserta yang ada di pelosok atau pedalaman untuk mengakses sinyal, utamanya bagi yang berada di Sulawesi, Maluku dan Maluku Utara.
"Wah sinyal hilang..." Lalu sesaat suara timbul tenggelam dan lenyap. saat muncul kembali, sang petani dengan beberapa temannya sudah tampak berada di luar ruangan.
Latar langit biru dengan pepohonan rindang muncul di layar tutor. Ini lazim terjadi bagi peserta yang berasal dari Maluku dan Maluku Utara, misalnya dari Kabupaten Seram Bagian Barat.
Meski sinyal hilang timbul, mereka tidak kehabisan akal berpindah tempat secara cepat untuk mencari sinyal demi tetap bisa mengikuti kelas.
Maka saat pelatihan ini berakhir di setiap gelombang, kerap muncul kesan polos menggugah dari peserta. "Saya terharu," kata Manawi.
"Di masa pandemi ini kami tetap diperhatikan," tambahnya. Demkian juga ungkapan Ramlah seperti tertulis di atas tadi, yang merasa disayang oleh tutor dan panitia.
Swary Utami Dewi, anggota Tim Penggerak Percepatan Perhutanan Sosial mengaku sangat terharu mendengar cerita para peserta e-learning.
Dia termasuk yang menjadi tutor untuk kelas tersebut. Swary pula yang menyaksikan sendiri bagaimana tingkah para peserta dari berbagai daerah yang berusaha keras mencari sinyal demi mengikuti pelatihan online tersebut.
"Mendengar ungkapan-ungkapan ini, saya yang menjadi salah satu tutor juga turut merasa senang dan terharu. Ke depan, sesudah pandemi berakhir, beberapa peserta berharap pelatihan seperti ini, bisa dilakukan lagi. Jika perlu dikembangkan terus sesuai kebutuhan petani," tutur Swary. (jpnn)
Redaktur & Reporter : Natalia