Seminar Internasional, BPJS Kesehatan Bahas Peningkatan Kesadaran Anti Kecurangan JKN

Kamis, 08 Desember 2022 – 14:57 WIB
Direktur Utama BPJS Kesehatan Ali Ghufron Mukti (dua dari kiri) di sela acara seminar internasional yang bertemakan 'Fraud in Social Insurance: Prevention, Detection and Elimination' yang berlangsung di Magelang, Kamis (8/12). Foto: Dokumentasi Humas BPJS Kesehatan

jpnn.com, MAGELANG - Direktur Utama BPJS Kesehatan Ali Ghufron Mukti mengungkapkan mencegah kerugian Dana Jaminan Sosial (DJS) Kesehatan akibat kecurangan (fraud) merupakan salah satu upaya menjaga kualitas pelayanan dan kesinambungan program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN).

Hal tersebut diungkapkan Ghufron Mukti dalam seminar internasional yang bertemakan 'Fraud in Social Insurance: Prevention, Detection and Elimination' di Magelang, Kamis (08/12).

BACA JUGA: BPJS Kesehatan Salurkan Bantuan untuk Korban Gempa Bumi Cianjur

“Di Indonesia, kami sudah mulai menangani fraud, mulai dari membangun siklus pencegahan kecurangan, meliputi tindakan preventif, tindakan deteksi terhadap potensi terjadinya kecurangan dan tindakan penanganan," papar Ghufron.

Upaya yang dilakukan, lanjut Ghufron, melalui penerbitan regulasi, membangun sistem pendeteksian melalui pemanfaatan teknologi berbasis revolusi industri 4.0 hingga penerapan sanksi.

BACA JUGA: Dirut BPJS Kesehatan Puji Puskesmas Bangli Utara yang Terapkan Promprev dengan Baik

Ghufron menyampaikan BPJS Kesehatan sendiri telah menyusun kebijakan dan pedoman, pengembangan budaya pencegahan kecurangan, pengembangan pelayanan kesehatan yang berorientasi kepada kendali mutu dan kendali biaya dan pembentukan tim pencegahan kecurangan.

Dalam seminar internasional yang dihadiri negara-negara anggota dari International Social Security Association (ISSA), Joint Learning Network (JLN), dan juga ASEAN Social Security Association (ASSA), Ghufron meyakini di beberapa negara penanganan terhadap fraud sudah berjalan dengan sangat baik.

BACA JUGA: Antar Obat ke Pasien Telemedicine, BPJS Kesehatan Gandeng Good Doctor Technology Indonesia

Namun ia mengungkapkan dalam pengimplementasian pencegahan kecurangan tentunya tidak mudah dan membutuhkan kesadaran dan keterlibatan semua pihak dan tentunya dukungan regulasi dari pemerintah.

“Selain itu yang perlu diwaspadai adalah perilaku curang merupakan perbuatan yang dapat menular dan ditiru pihak lain," sebutnya.

Menurut Ghufron, jika pelaku kecurangan tidak terdeteksi dan tidak ditindak, maka akan menjadi contoh bagi pihak lain untuk melakukan perbuatan yang sama.

Wakil Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Alexander Marwata menambahkan lembaganya menaruh perhatian terhadap sektor kesehatan, termasuk dalam pengelolaan Program JKN.

Menurut Marwata, sektor kesehatan adalah hal yang menyangkut hajat hidup orang banyak, melibatkan anggaran kesehatan yang makin besar, yaitu mencapai 5 persen dari APBN dan berpotensi penyimpangan di fasilitas kesehatan.

“Sejak munculnya JKN mengubah tren korupsi di bidang kesehatan," kata Marwata.

Dia mengungkapkan sebelum tahun 2014, pengadaan alat kesehatan, sarana prasarana dan obat paling banyak dikorupsi.

Setelah ada program JKN bergeser jadi penyalahgunaan penjaminan layanan kesehatan, meskipun secara nilai masih kecil.

Namun karena ada potensi dilakukan secara masif dan sistemik ini patut diwaspadai,” ujar Marwata.

Kecurangan dalam bidang kesehatan perlu ditangani bersama melalui mekanisme pencegahan dan penanganan dalam satu kesatuan yang tidak terpisahkan.

KPK mengimbau para pelaku JKN untuk dapat mengoptimalkan pembangunan budaya anti-fraud dan komitmen dari pimpinan serta institusi adalah kunci utama dan pencegahan tidak pidana korupsi.

“KPK juga telah menginisiasi pembangunan ekosistem yang berintegritas dengan stakeholder bidang kesehatan termasuk organisasi profesi dan organisasi fasilitas kesehatan,” tambah Marwata.

Dalam pembukaan sesi diskusi antarnegara, Sekretaris Jenderal ISSA Marcelo Abi-Ramia Caetano menyampaikan apresiasi atas upaya BPJS Kesehatan dalam hal ini Direktur Utama Ghufron Mukti sebagai Ketua TC Health ISSA beranggotakan 160 negara yang terus aktif dan berdedikasi dalam membangun good practice bagi para pengelola jaminan kesehatan di dunia, salah satunya untuk sistem pencegahan kecurangan.

Marcelo mengungkapkan penanganan kecurangan merupakan hal akan berdampak serius pada keberlangsungan finansial program jaminan kesehatan sebuah negara.

“Dampak yang juga paling mengkhawatirkan adalah pada kualitas layanan kesehatan yang diterima oleh peserta," ungkap Marcelo.

Untuk itu, lanjut Marcelo, diperlukan kolaborasi yang kuat antarpenyelenggara jaminan kesehatan dan pemerintah untuk memperkuat regulasi terkait kecurangan.

"Lebih lanjut, membangun perilaku anti-fraud juga penting khususnya bagi fasilitas kesehatan,” pesan Marcelo.

Dalam diskusi, Direktur Jaminan Pelayanan Kesehatan BPJS Kesehatan Lily Krenowati menjelaskan salah satu upaya BPJS Kesehatan dalam pencegahan kecurangan adalah dengan pemanfaatan artificial intellegent (AI).

Ada 3 fokus pengembangan AI dalam upaya pencegahan kecurangan, yaitu pengalaman pengguna, peningkatan proses, serta pemanfaatan ilmu pengetahuan dan prediksi.

BPJS Kesehatan juga pengembangan penggunaan biometrik, teknologi analisa data dan machine learning.

“Salah satu upaya pencegahan kecurangan berbasis AI dilakukan dalam proses verifikasi klaim layanan berbasis digital atau vedika," kata Lily Krenowati dalam diskusi tersebut.

Dia menjelaskan dalam vedika, sistem tersebut kini sudah semakin matang, merekam data setiap harinya yang jumlahnya tidak sedikit.

"Dari data tersebut terus berkembang hingga menghasilkan data-data analisa termasuk data analisa yang berpotensi atau diindikasi sebagai fraud,” kata Lily.

Seminar internasional tersebut juga hadir beberapa pembicara dari Indonesia, yaitu Deputi Bidang Pencegahan KPK Pahala Nainggolan dan Direktur Pengawasan, Pemeriksaan dan Hubungan Antar Lembaga BPJS Kesehatan Mundiharno.

Selain itu juga hadir pembicara dari European Healthcare Fraud and Corruption Network, Caisse Nationale d'Assurance Maladie (CNAM) Perancis, National Health Security Office (NHSO) Thailand.

Kemudian Health Insurance Review & Assessment (HIRA) Korea Selatan, National Health Authority (NHA) Indiadan Joint Learning Network (JLN) yang beranggotakan 25 negara.

Dalam JLN Indonesia, Direktur Utama BPJS Kesehatan duduk sebagai Streering Group. (mrk/jpnn)


Redaktur : Sutresno Wahyudi
Reporter : Sutresno Wahyudi, Sutresno Wahyudi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler