Seminar Menangis untuk Menjaga Jiwa Tetap Sehat

Senin, 21 April 2014 – 11:49 WIB

jpnn.com - MENANGIS sering diartikan sebagai emosi negatif yang menggambarkan perasaan sedih dan terluka. Tapi di Jepang, menangis justru dijadikan terapi unik untuk meningkatkan kesehatan jiwa.

Di Jepang, orang-orang berkumpul dalam kelompok untuk menangis bersama-sama, yang dikenal dengan istilah seminar menangis. Seminar unik ini dilakukan oleh Takashi Saga, yang menyebut dirinya sebagai tears sommelier.

BACA JUGA: Anak Sering Ngorok Indikasi Gangguan Perilaku

"Menangis tidak memiliki citra yang baik di Jepang. Orang-orang percaya bahwa anda tidak harus menangis di depan orang lain, karena itu pertanda lemah," kata Takashi Saga, seperti dilansir laman KSDK, Minggu (20/4).

Padahal studi menunjukkan bahwa menangis dapat membuat kesehatan fisik dan mental menjadi lebih baik, bahkan efeknya bisa melebihi tertawa. Beberapa studi ilmiah telah membuktikan bahwa ketika seseorang menangis karena alasan emosional, air mata mengandung sejenis hormon yang dikeluarkan oleh tubuh selama stres fisik.

BACA JUGA: Kebanyakan Duduk Pasti Pantat Melebar

"Tertawa hanya dapat melepaskan stres pada saat itu, tetapi studi menunjukkan pelepasan stres dari menangis berlangsung selama seminggu," katanya lagi.

Ketika orang menjadi emosional dan menangis, ia percaya bahwa beban kehidupan, ketegangan dan frustrasi bisa mencair. Saga menyelenggarakan ruikatsu atau seminar menangis dua kali sebulan.

BACA JUGA: Kisah di Balik Bokong Indah Wanita Venezuela

Sesi dimulai dengan menceritakan kisah sedih, lalu diikuti oleh video adegan emosional dengan lagu Whitney Houston I Will Always Love You diputar sebagai latar belakang. Tidak lama kemudian, semua orang di ruangan akan menangis.

"Cerita tentang orang tua dan anak menyentuh emosi saya, dan saya tidak bisa berhenti menangis. Saya merilis stres saya di sini," kata Aya Nemoto, seorang peserta seminar menangis.

Tapi menangis bukan berarti harus selalu sedih. Di setiap akhir sesi, para peserta menunjukkan senyum lebar setelah menuangkan emosi negatif dan beban pikirannya melalui tangisan.

"Ketika orang-orang menangis di sini, mereka selalu menunjukkan kepada kami senyum lebar di akhir sesi," pungkas Saga. (fny/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Anal Sex, Dari Infeksi Hingga Kanker Anus


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler