jpnn.com, SURABAYA - Penjualan elektronik pada kuartal kedua mulai pulih karena terdongkrak momen Lebaran.
Sebelumnya, penjualan elektronik pada kuartal pertama 2017 di Jawa Timur sempat turun 20 persen.
BACA JUGA: Stabilitas Rupiah Dongkrak Penjualan Elektronik
Vice President Director Hartono Elektronika Martin Suprapto menyatakan, penjualan produk home appliances memang turun. Namun, produk IT masih naik tipis.
Sedangkan pada kuartal kedua penjualan home appliances mulai terkerek kebutuhan untuk momen Lebaran.
BACA JUGA: Industri Elektronik Melandai, Panasonic Pede Melesat 140 Persen
Home appliances masih mendominasi penjualan cukup tinggi sekitar 60 persen.
Dia menjelaskan, kondisi politik dan ekonomi awal tahun masih belum stabil sehingga berpengaruh terhadap penjualan elektronik.
”Sedangkan setelah Lebaran mungkin kebutuhan masyarakat terhadap pembayaran uang sekolah untuk anaknya sudah selesai. Jadi pembelian elektronik bisa lebih kenceng,” ujarnya, Senin (3/7).
Dia memprediksi, pada kuartal ketiga pihaknya dapat menikmati kenaikan penjualan 10–20 persen dibanding kuartal sebelumnya.
”Nanti peak-nya pada kuartal keempat menjelang akhir tahun,” ujarnya.
Hartono sendiri menargetkan penjualan tahun ini bisa tumbuh di angka 20 persen.
Karena itu, pihaknya berharap penjualan properti bisa tumbuh membaik di Jatim.
Sebab, pertumbuhan properti masih menjadi salah satu faktor utama pendongkrak permintaan elektronik.
Beberapa jenis produk elektronik pun sudah bukan lagi menjadi barang mewah, tetapi kebutuhan dasar seperti kulkas, AC, dan televisi.
Selain sektor properti, nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing berperan penting. Faktor cuaca juga cukup memengaruhi.
”Jika musim hujan, biasanya orang malas untuk berbelanja ke toko secara langsung,” katanya.
Untuk itu, Hartono menyiasati hal tersebut dengan mengembangkan pembelian elektronik secara online.
Martin menyatakan, pertumbuhan penjualan online cukup tinggi meskipun kontribusinya memang masih mini.
”Tetapi, masyarakat biasanya membeli elektronik secara online maksimal di angka Rp 7 jutaan. Jika di atas nilai tersebut, mereka tetap merasa lebih aman untuk datang ke toko agar bisa melihat atau memegang secara langsung,” jelas Martin.
Selain itu, pihaknya berharap pemerintah bisa menjaga kestabilan kondisi politik di Indonesia agar masyarakat bisa merasa nyaman untuk membelanjakan dana mereka. (vir/c21/sof)
Redaktur & Reporter : Ragil