Sempat Dikritisi Karena Telat Deklarasikan Diri

Peluang Pramono di Kovensi Lebih Baik Dibanding Endriartono

Minggu, 23 Februari 2014 – 22:33 WIB

jpnn.com - JAKARTA - Peserta konvensi calon presiden (capres) di Partai Demokrat, Pramono Edhie Wibowo mengaku sempat mendapatkan banyak kritikan karena dianggap telat mendeklarasikan diri sebagai kandidat dalam perebutan meraih kursi RI 1. Menurutnya, banyak masukan yang menyarankan mantan Kepala Staf TNI AD (KSAD) itu harusnya sudah jauh-jauh hari menyiapkan diri sebagai capres.

Berbicara pada diskusi yang digelar sebuah media online di Jakarta, Minggu (23/2), Pramono mengatakan, posisinya saat masih sebagai TNI aktif memang membuatnya tak bisa berpolitik. "Saya dikritik kenapa tidak jauh-jauh hari waktu menjadi KSAD TNI  melakukan perkenalan ke masyarakat. Saya bilang itu tidak boleh dilakukan tentara," katanya.

BACA JUGA: Marzuki Alie: KUHP - KUHAP Tak Direvisi, Mau Jadi Apa Negara Ini

Meski dianggap telat, anggota dewan pembina di partai pimpinan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) itu tak surut langkah. Sebab, ia memang harus mengabdi pada negara sebagai tentara sehingga tak mungkin jauh-jauh hari mendeklarasikan  diri sebagai capres.

Yang penting, katanya, rakyat tahu asal-usul dan catatan perjalanan calon pemimpinnya. "Rekam jejak itu penting," tandas pria yang lebih akrab disapa dengan panggilan Edhie itu.

BACA JUGA: Dahlan tak Tersaingi, Komite Konvensi Diminta Umumkan Hasil Survei

Pengamat militer Salim Said yang hadir pada diskusi itu mengatakan, tidak ada yang salah ketika purnawirawan TNI terjun ke politik dan maju sebagai capres. Menurutnya, pensiunan TNI juga punya hak yang sama sebagai warga negara baik untuk memilih maupun dipilih.

Khusus tentang Pramono, Salim mengaku punya penilaian tersendiri. Mantan wartawan yang menyabet gelar doktor ilmu politik karena tekun meneliti peran militer itu menilai Pramono seharusnya diuntungkan dengan statusnya sebagai putra Sarwo Edhie Wibowo. "Sarwo Edhie bagi generasi saya itu bunyi (punya peran penting, red). Apa sekarang masih bunyi, itu tergantung bagaimana manipulasi, itu tergantung Pak Edhie (Pramono, red),” ulas Salim.

BACA JUGA: Politisi PKS Ingatkan Seluruh Politisi agar Hati-hati

Bahkan dibandingkan mantan Panglima TNI Endriartono Sutarto yang kini juga ikut konvensi capres di PD, Pramono dinilai punya peluang lebih besar. Salim beralasan, keputusan Pramono masuk PD dan menjadi anggota dewan pembina partai merupakan modal penting. “Pak Edhie lebih beruntung dari Tarto karena calon dari partai dan jelas konstituennya. Pak Tarto siapa yang dukung?" ulas Salim.

Baginya, sosok Pramono juga bukan orang baru. Salim mengaku pertama kali melihat sosok Pramono saat masih umur 10 tahun. Selanjutnya, Salim bertemu Pramono sudah jadi taruna AKMIL saat pernikahan SBY dengan Ani Yudhoyono. “Beliau (Pramono, red) membawa kamera waktu itu," tutur Salim.

Kemudian Salim bertemu Pramono lagi sudah berpangkat letnan kolonel dan menjadi anak buah Prabowo Subianto di Kopassus. “Kermudian ketemu lagi sudah jadi ajudan Presiden Megawati dan saat sudah KSAD,” pungkas Salim.(jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Penyadapan Jokowi jangan Diseret ke Politik


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler