jpnn.com - IBU, kau malaikat hidupku menjaga sejak langkah kecilku menyingkap tabir lara hati temani dalam sedu sedangku.
Oh, apabila diriku belum mampu penuhi bahagia hatimu ijinkan aku berterima kasih ku senandungkan dalam nada laguku
BACA JUGA: Cerita Ayu Laksmi Jadi Ibu Sekaligus Setan dan Mayat Hidup
Petikan lagu ini adalah karya Ayu Laksmi, seniman dan bintang film ternama. Namanya makin dikenal saat berperan sebagai ibu di Film Pengabdi Setan.
Lagu itu disenandungkan Ayu dengan suara merdunya dalam perhelatan Menyusuri Ajar Ibu yang diselenggarakan Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) di Bengkulu hari ini.
BACA JUGA: Ayu Laksmi, Sejuk Penuh Vibrasi
"Lagu ini saya persembahkan untuk ibu saya I Gusti Ayu Sri Haryati. Seorang dokter gigi yang masih mengabdikan diri di kampung halaman saya di Bali di usianya yang sudah 83 tahun," tutur perempuan berparas manis itu.
Berpakaian kebaya putih ala perempuan Bali yang cantik, Ayu bersenandung di hadapan warga Bengkulu yang didominasi oleh kaum ibu. Suara dan lirik lagunya yang indah membuat seisi gedung itu terpukau dan terharu.
BACA JUGA: Menyusuri Ajar Ibu dan Pancasila di Bumi Raflesia
"Perjuangan para ibu tidak bisa dilupakan dalam kehidupan kita. Seperti di Bengkulu ada tokoh ibu Fatmawati yang menginspirasi bangsa ini. Kaum perempuan Bengkulu harus memiliki semangat yang sama," tutur Ayu.
Seniman yang suka menari itu juga memperkenalkan kidungnya Maha Asa dari album solonya Svara Semesta kepada masyarakat Bengkulu.
Sambil memetik alat musik tradisional Bali bernama 'Penting' yang sepintas mirip kecapi, perempuan bernama lengkap I Gusti Ayu Laksmiyani itu mengungkapkan makna kidungnya tersebut.
"Maha Asa itu tentang sebuah mimpi besar. Ibu-ibu, kaum perempuan jangan takut bermimpi besar, suatu saat akan menjadi kenyataan. Ini saya nyanyikan dengan alat musik Penting, yang sudah langka, saya ingin perkenalkan lagi pada masyarakat," tuturnya.
Hadir juga Budayawan Taufik Rahzen yang mengisi acara tersebut bersama Ayu. Taufik mengaku menyusuri kembali sejarah kehidupan Bung Karno dan Fatmawati di Bengkulu. Menurutnya, banyak kisah yang dijalani Bung Karno di Bumi Raflesia tersebut.
"Saya menyusuri kembali sejarah Bengkulu dan betapa luar biasanya kota ini ditambah dengan hadirnya Ibu Fatmawati sebagai pendamping Bung Karno di masa perjuangan kemerdekaan," tutur Taufik.
Dalam perhelatan ini, Taufik juga menceritakan sejumlah kisah Soekarno dalam buku Catatan Kecil Bersama Bung Karno.
"Begitu dalam kisah Bung Karno dan Ibu Fatmawati yang harus terus kita kenang hingga nanti," ujarnya. (flo/jpnn)
Redaktur & Reporter : Natalia