jpnn.com - MUARA Sabak. Negeri misterius di Pantai Timur Sumatera. Awal Masehi, namanya bermunculan dalam berita Cina dan berita Arab. Disebut-sebut pula dalam literasi Ptolemy--dinasti Yunani ketika menguasai Mesir.
Wenri Wanhar – Jawa Pos National Network
BACA JUGA: Terjatuh dari Motor saat Kabur, Penjambret Diamuk Massa
Berada di ujung bibir dua aliran Sungai Batang Hari, Muara Sabak, Tanjung Jabung Timur, Jambi menyimpan lapisan-lapisan paradaban masa lampau.
Menurut rakyat setempat, dulu banyak pemburu harta karun yang sengaja datang. Mengambil peninggalan-peninggalan sejarah dari dalam tanah. Baik secara manual, pun pakai ilmu kanuragan.
BACA JUGA: Tambah Dua Garbarata, Perluasan Bandara STS Jambi Dikebut
Belakangan, kata pejabat pemerintahan Muara Sabak, demi melindungi situs cagar budaya--entah iya entah tidak--aktivitas itu sudah dilarang.
Negeri Kaya
BACA JUGA: Nenek 60 Tahun Ditemukan Tewas Terbungkus Karpet dan Terikat
Abu Zayd Hasan, seorang ahli bumi yang aktif menulis pada 916 masehi, memuat catatan bertarekh 851 masehi yang ditulis Sulayman, satu di antara pedagang Arab yang pernah berlayar jauh ke Timur.
Saudagar Sulayman berkisah, mula-mula kapalnya tiba di Kal ah bar—tanah maritim yang terletak di pertengahan Cina dan Arab--negeri yang diperintah oleh raja Zabag.
Dari Kal ah bar dia melanjutkan pelayaran dan tiba di Zabak.
“Satu di antara tradisi unik yang menjadi perhatian kami adalah tradisi yang berlangsung di pulau bernama Zabag,” kenangnya. “Seorang mantan raja pulau ini, yang memegang gelar maharaja, memiliki istana yang menghadap ke talaq yang berhubungan dengan laut.”
Kata talaq sebagaimana disebut Sulayman, mengacu pada muara seperti yang ada di Tigris, sungai yang mengalir di antara kota Baghdad dan Basra, di mana air garam datang bersama air pasang dan air segar pada saat surut.
“Ada danau kecil dari talaq ini yang lokasinya berdekatan dengan istana raja. Setiap pagi, seorang pelayan akan membawakan batangan emas kepada raja dengan berat sekian mann, yang nilai persisnya saya tidak tahu.”
Di hadapan raja, sambungnya, pelayan tersebut akan melemparkan batangan emas tersebut ke danau.
Pada saat air pasang, air danau akan menutupi batangan emas tersebut serta batangan-batangan emas yang sudah berada di dalam talaq; pada saat surut, air laut akan menyusut dan batangan-batangan emas tersebut muncul kembali, berkilauan oleh pantulan sinar matahari.
“Raja akan memerhatikan batangan-batangan emas tersebut sambil duduk di aula besar yang menghadap ke danau. Kebiasaan ini terus dipertahankan tanpa pernah terlewatkan; setiap hari, sebatang emas akan dilemparkan ke danau.”
Catatan saudagar Sulayman ini dicuplik ulang oleh Anthony Reid dalam Sumatera Tempo Doeloe, sebuah buku yang memuat sekumpulan kesaksian para petualang yang pernah singgah atau tinggal di Pulau Sumatera.
Saat berada di Sabak, Sulayman menyaksikan, selama raja masih hidup, tidak ada yang boleh menyentuh batangan-batangan emas tersebut.
Ketika raja mangkat, penerusnya akan mendapatkan semua batangan emas di danau tanpa tersisa. Batangan-batangan emas tersebut akan dihitung jumlahnya lalu dilebur.
Kemudian, akan dibagikan kepada para anggota keluarga kerajaan, laki-laki, perempuan dan anak-anak, jenderal dan budak-budak kerajaan, dengan mempertimbangkan pangkat serta hak istimewa mereka masing-masing.
Sisanya akan dibagikan kepada orang-orang miskin dan orang-orang yang kurang beruntung.
Dibuat sebuah catatan resmi perihal berapa lama raja berkuasa dan jumlah emas yang diambil dari danau beserta beratnya.
“Di kalangan orang Zabag, seorang raja dianggap berjaya apabila pemerintahannya berlangsung lama dan jumlah batangan emas yang ditinggalkan sebagai warisan juga jauh lebih banyak,” papar Sulayman.
“Sulayman,” tulis Anthony Reid, “adalah satu dari sekian banyak orang Arab yang dari abad ke 8-10 berlayar jauh ke Timur hingga ke pasar-pasar besar di Cina.”
Menurut Sulayman, ada gunung berapi di dekat Zabag.
Nah, mari kita telaah baik-baik catatan perjalanan saudagar Sulayman.
Bukankah talaq yang disebut Sulayman sebunyi dengan talago; talaga?
Dan, di manakah posisi Kal ah bar, yang disebut Sulayman sebagai negeri maritim di pertengahan Arab dan Cina?
Heri Novealdi, tokoh pers Sumatera--pernah menjabat Ketua Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Jambi—yang punya hubungan dekat dengan tetua Melayu mengabarkan, bahwa Kal ah bar yang dimaksud Sulayman tak lain Kuala Bahar.
Bagitu membuka peta, tepat sekali. Kuala Bahar merupakan sebuah negeri tepi laut di Semenanjung Malaysia hari ini, yang segaris pantai dengan Melaka.
Sulayman menyebut, dari Kal ah bar dirinya berlayar ke Pulau Zabak. Menarik garis di peta sesuai cerita itu, maka cocok sekali Zabak yang dimaksud tak lain adalah kawasan Pantai Timur Sumatera. Muara Sabak hari ini. –bersambung (wow/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Diwun Tewas Ditembak Polisi, Warga Rusak Mobil Patroli
Redaktur & Reporter : Wenri