JAKARTA - Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) melakukan pertemuan dengan parlemen Australia. Dalam pertemuan itu parlemen Indonesia sempat membicarakan tentang anggota parlemen.
Wakil Ketua MPR, Hajriyanto Y Thohari menerangkan tingkat kepercayaan publik menurun terhadap parlemen. Bahkan citra anggota dewan menjadi sorotan di media sosial.
"Ada yang mengolok-ngolok parlemen di media sosial. Sampai ada yang mengatakan di masa reformasi itu dijuluki 5D (Datang, Duduk, Dengar, Diam, Duit)," ujar Hajriyanto di MPR, Jakarta, Senin (15/4).
Selain itu Hajriyanto juga menjelaskan soal tingkat kehadiran anggota dewan. Untuk mengatasi hal itu, sudah dilakukan absen elektrik, adanya perbaikan tata tertib, dan sekian kali tidak datang sidang bisa diberhentikan.
Anggota parlemen Australia Selatan, Alex Galladh menerangkan keadaan parlemen Australia pun tak jauh berbeda. Mereka juga sangat diamati oleh media sosial. Hal itu menjadi tantangan bagi parlemen Australia. "Ini juga tantangan bagi kami. Tapi di sisi lain kami harus menjaga kelakuan kami sendiri," terang dia.
Alex menerangkan dalam proses persidangan di DPR Australia, terkadang pertanyaan di sidang DPR tidak selalu dijawab. "Suatu hal politik yang panas kadang ditonton oleh masyarakat umum dan mereka juga tidak selalu tahu apa jawabannya," kata dia.
Sementara itu untuk tingkat kehadiran, Alex menyatakan pihaknya wajib mencatat setiap 6 bulan tingkat kehadiran anggota DPR. "Ini merupakan laporan yang umum," tandasnya. (gil/jpnn)
Wakil Ketua MPR, Hajriyanto Y Thohari menerangkan tingkat kepercayaan publik menurun terhadap parlemen. Bahkan citra anggota dewan menjadi sorotan di media sosial.
"Ada yang mengolok-ngolok parlemen di media sosial. Sampai ada yang mengatakan di masa reformasi itu dijuluki 5D (Datang, Duduk, Dengar, Diam, Duit)," ujar Hajriyanto di MPR, Jakarta, Senin (15/4).
Selain itu Hajriyanto juga menjelaskan soal tingkat kehadiran anggota dewan. Untuk mengatasi hal itu, sudah dilakukan absen elektrik, adanya perbaikan tata tertib, dan sekian kali tidak datang sidang bisa diberhentikan.
Anggota parlemen Australia Selatan, Alex Galladh menerangkan keadaan parlemen Australia pun tak jauh berbeda. Mereka juga sangat diamati oleh media sosial. Hal itu menjadi tantangan bagi parlemen Australia. "Ini juga tantangan bagi kami. Tapi di sisi lain kami harus menjaga kelakuan kami sendiri," terang dia.
Alex menerangkan dalam proses persidangan di DPR Australia, terkadang pertanyaan di sidang DPR tidak selalu dijawab. "Suatu hal politik yang panas kadang ditonton oleh masyarakat umum dan mereka juga tidak selalu tahu apa jawabannya," kata dia.
Sementara itu untuk tingkat kehadiran, Alex menyatakan pihaknya wajib mencatat setiap 6 bulan tingkat kehadiran anggota DPR. "Ini merupakan laporan yang umum," tandasnya. (gil/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... KPU Minta Partai Segera Serahkan DCS
Redaktur : Tim Redaksi