Senator Serukan Tangkap Aktor Intelektual di Balik Rusuh Tolikara

Senin, 20 Juli 2015 – 08:05 WIB
Wakil Ketua Komite II DPD, Fahira Idris. Foto: Dokumen JPNN.com

jpnn.com - JAKARTA - Rusuh di Tolikara, Papua yang terjadi saat umat muslim merayakan Idul Fitri harusnya menjadi sinyal bagi pemerintah bahwa saat ini berbagai cara tengah dilakukan pihak-pihak tidak bertanggungjawab untuk membuat Papua terus bergolak.

Untuk itu, Wakil Ketua Komite II DPD, Fahira Idris mendorong pemerintahan Jokowi-JK untuk bergerak cepat agar insiden Tolikara tidak merembet ke daerah lain.

BACA JUGA: Rusuh Tolikara, Kapolri Didorong Copot Pejabat Polri yang tak Komit

"Jangan malah mengeluarkan penyataan-pernyataan yang kontraproduktif," pesan senator asal DKI Jakarta itu.

Dia juga meminta aparat mengusut tuntas kasus ini. Tidak hanya memproses mereka yang terlibat langsung saat penyerangan, tapi Fahira menyarankan agar aktor intelektual di balik kerusuhan tersebut diungkap dan diadili.

BACA JUGA: 50 Terpidana Mati Tunggu Eksekusi Tahap III

"Otak di balik insiden ini juga harus ditangkap dan diadili serta diungkap apa motifnya," tegasnya.

Fahira mengatakan, pendekatan keamanan di Papua saat ini belum diimbangi dengan keamanan manusia alias human security. Akibatnya, apapun persoalan di Papua selalu dianggap bersifat keamanan.

BACA JUGA: Inilah Curhatan Ayah Velove, Meratapi Nasibnya

Insiden di Tolikora menjadi tanda bahwa pemerintah kurang mengantisipasi bahwa isu agama di Papua yang selama ini dianggap baik-baik saja ternyata juga bisa menjadi potensi konflik luar biasa destruktif melebihi gerakan separatis. Padahal, untuk insiden Tolikora benih-benihnya sudah terpampang nyata dengan beredarnya surat dari Gereja Injili Di Indonesia (GIDI) yang berisi larangan bagi umat Islam untuk merayakan Idul Fitri di Karubaga, Kabupaten Tolikara, Provinsi Papua.

"Peristiwa intoleransi ini diharapkan mengubah mindset semua stakeholder yang ada di Papua baik dari unsur pemerintah pusat, aparat keamanan, pemerintah daerah, tokoh agama, dan tokoh masyarakat bahwa saat ini isu agama sedang 'dimainkan' untuk mengobok-obok Papua. Sekecil apapun benihnya harus segera dikomunikasikan solusinya," papar putri Fahmi Idris ini.

Fahira yang juga pengurus MUI Bidang Pendidikan dan Pengkaderan ini mendesak pemerintah untuk terus mengomunikasikan perkembangan penanganan peristiwa Tolikora kepada masyarakat Indonesia.

"Himbauan agar masyarakat terutama umat muslim menahan diri idealnya disertai dengan kerja cepat dan tepat pemerintah dalam menguak kasus ini. Paling penting adalah rasa keadilan dan kemanusian publik yang terusik dengan peristiwa ini harus segera dipulihkan," tandas Fahira.(rus/rmol/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Kisah Tragis sang Pengacara Kondang, Akhirnya Tutup Kantor


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler