Seni Bertahan di Pandemi Covid-19 ala UKM di Jawa Tengah

Minggu, 06 September 2020 – 20:07 WIB
Gubernur Ganjar Pranowo bersama Istri Siti Atikoh mengunjungi UKM di sela gowes. Foto: Instagram

jpnn.com, SEMARANG - Bertahan hidup tanpa harus merumahkan karyawan menjadi sebuah tantangan besar yang dihadapi oleh para pelaku usaha di masa Pandemi COVID-19.

Ketika beberapa usaha makro banyak merumahkan karyawan, usaha kecil dan menengah (UKM) justru muncul dengan seni bertahan yang dimilikinya tanpa pengurangan karyawan.

BACA JUGA: Ganjar Angkat Jempol untuk UMKM Jateng yang Berusaha Bertahan di Tengah Pandemi Covid-19

Seni bertahan ala UKM itu tentu memiliki kunci, di antaranya terus berinovasi, pantang menyerah, dan bekerja dari hati.

Hal itu diperlihatkan oleh beberapa UKM di Jawa Tengah yang disambangi Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo pada Minggu (6/9).

BACA JUGA: 5 Berita Terpopuler: Puan Maharani Bikin Malu PDIP? Pernyataan Menag Bikin Panas

Di antaranya UKM Rajutan Nyonya, UKM Super Roti dan UKM Anindya Batik.

UKM Rajutan Nyonya milik Ratih Setya awalnya memproduksi karya rajutan berupa tas, dompet, dan taplak meja.

BACA JUGA: Menyelamatkan Para Petani Jateng, Pak Ganjar Minta Semua ASN Beli Sayur Hasil Panen

Di masa pandemi dia mampu bertahan setelah berinovasi dengan membuat terobosan berupa produksi masker rajut.

Sentra UKM yang dirintis dari tahun 2014 ini berada di Perum Dolog Indah nomor 15, Tlogosari Wetan, Pedurungan dan melibatkan ibu rumah tangga serta lansia.

Gubernur Ganjar Pranowo bersama Istri Siti Atikoh mengunjungi UKM di sela gowes.

“Masker diproduksi sejak awal-awal pandemi karena dari kita semua butuh masker dan karena saya di bidang rajut ya gimana caranya bikin masker dari rajut. Ternyata peminatnya sangat banyak sekali. Sebulan bisa produksi sekitar 200 masker rajut," kata Ratih.

Hasil rajutan miliknya memiliki berbagai macam model dengan memadukan bahan lain seperti kulit, tenun Troso, dan songket.

Juga motif-motif seperti flora-fauna, bunga, dan wayang. Ratih mengatakan kunci dapat bertahan di masa pandemi karena selalu berinovasi dan tidak putus asa. 

"Kita cari terobosan-terobosan terus dan kita kembangkan,” ujarnya usai dikunjungi Ganjar.

Begitu halnya dengan UKM Super Roti yang berada di Jalan Fatmawati nomor 91, Kota Semarang.

UKM dengan produk unggulan Roti Bekatul milik Ismiati ini bisa bertahan karena mempertahankan ciri khas produk unggulan. 

Dia juga terus berinovasi dengan mengikuti permintaan konsumen terkait rasa dan varian produk Bekatul lain yang diinginkan.

"Selama pandemi roti bekatul justru naik, kalau yang roti terigu turun. Orang di masa pandemi ini kan mencari apa yang dibutuhkan bukan yang diinginkan karena butuh sehat dan lainnya," ujar Ismiati.

Ismiati juga tidak merumahkan satu pun karyawannya dari total 22 karyawan. Pada kondisi yang sedang sulit ini, Ia justru mengajak untuk bergandengan tangan menghadapi lesunya roda perekonomian. Pilihannya jatuh dengan menginovasi harga jual produk-produk unggulannya menjadi setengah harga biasa.

"Saya bilang ke mereka, ayo kita bergandengan tangan jangan sampai ada pengurangan karyawan karena kondisi sedang sulit. Caranya kita bikin roti dari hati. Kita bikin yang bagus, yang enak, biar konsumen puas dan mencari kita," kata Ismiati yang telah berhasil mencapai pasar internasional untuk produknya.

Terakhir, UKM Anindya Batik di Jalan Kedungmundu, Semarang, yang dikelola oleh Lisa Farida. UKM ini sempat terjatuh dan berhenti produksi akibat tidak mendapat satu pun pesanan baju batik dan 11 pameran dibatalkan hingga bulan Desember.

Namun, UKM yang turut melibatkan penyandang disabilitas seperti tuna rungu dan tuna wicara ini akhirnya bangkit setelah berinovasi dengan membuat masker batik.

"Awal pandemi bulan Maret-April kami menangis, bukan hanya saya tetapi semua karyawan, karena saya liburkan. Kami benar-benar stop produksi, akhirnya ada customer dari Surabaya minta dikirim masker batik abstrak," tuturnya di depan Ganjar.

Pesanan masker itu memantik semangat Anindya Batik untuk memproduksi secara massal masker batik tersebut. Bahkan Ia melibatkan lebih banyak kawan difabel dalam produksi.

“Kami justru buka lapangan pekerjaan karena orderan banyak. Mereka ada yang dari pabrik sepatu dan konveksi yang industrinya tutup yang difabel saya panggil untuk main ke sini. Mereka bilang bisa mengerjakan dan akhirnya ikut ambil kain dikerjakan di rumah,” ujarnya.

Ganjar mengatakan tiga UKM itu merupakan contoh bagaimana usaha kecil menengah bisa bertahan dengan caranya masing-masing.

"Saya sedang cek bagaimana UKM kita bisa survive, bisa jalan, dan mereka masih bisa semangat. Ini karya-karya mereka yang perlu kita support, mesti kita beli. Kita beli produk teman kita rame-rame," ajak Ganjar. (flo/jpnn)


Redaktur & Reporter : Natalia

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler