Seorang seniman Aborijin asal New South Wales tengah menghidupkan kembali seni ukiran pohon yang telah hilang, yang biasanya digunakan untuk menandai tempat-tempat khusus.
Jauh sebelum kedatangan Eropa, klan Aborigin di New South Wales (NSW) menggunakan pohon-pohon, yang dikenal sebagai ‘dendroglyphs’.
BACA JUGA: Nenek Moyang Kanguru Ternyata Tak Bisa Melompat
Ada kalanya ketika ‘dendroglyphs’ berhias bisa terlihat di seluruh Australia timur, mulai dari Victoria utara ke Queensland selatan.
Setelah kulit kayu ditelanjangi, warga Aborijin akan menuliskan batang pohon dengan pola dan desain.
BACA JUGA: Ilmuwan Australia Kembangkan Nyamuk Jenis Baru yang Bisa Lawan Virus Zika
Seniman Aborijin, Warwick Keen, mulai membuat ‘dendroglyphs’ kontemporer buatannya sendiri sejak beberapa tahun yang lalu di studio yang terletak di Nowra, pantai selatan NSW.
‘Dendroglyphs’-nya sekarang sudah tampil permanen di Sydney.
BACA JUGA: Foto Pencari Suaka Hasil Bidikan Fotografer Australia Raih World Press Photo of The Year
"Warga Aborijin dulu mengukir mereka sebagai rambu-rambu untuk tiang pemakaman dan mereka juga akan diukir untuk upacara inisiasi ketika warga datang bersama-sama," kata Warwick.
"Tempat di mana saya berasal, yakni Gunnedah, ada sekitar 80 atau lebih pohon-pohon yang berbeda di satu tempat ini sehingga ada banyak orang yang mengunjungi bersama-sama agar mereka bisa melewati semua upacara," tambahnya.
‘Dendroglyphs’ adalah karya seni yang luas, yang berukuran hingga tiga meter, diukir dari pohon eucalyptus.
Sebanyak 24 koleksi ‘dendroglyphs’ milik Warwick dibeli oleh Galeri Seni Mosman di Sydney.
Direktur galeri, John Cheeseman, mengatakan, tiang-tiang kayu itu telah dipamerkan permanen di luar galeri.
"Kami ingin memastikan bahwa hal pertama yang orang lihat ketika mereka datang ke Galeri Seni Mosman adalah seni Aborijin jadi ini adalah pernyataan yang megah," terangnya.
John mengatakan, karya seni yang besar itu sulit untuk bermanuver.
"Itu besar. Ketika kami pertama kali berbicara tentang hal itu, saya pikir itu akan menjadi proses yang sederhana tapi benar-benar membutuhkan crane dan segala macam praktek pengeboran," ceritanya.
Hanya sedikit ‘dendroglyphs’ yang tersisa
Beberapa ‘dendroglyphs’ tradisional masih bisa dilihat di Molong, dekat Orange di wilayah NSW, tempat di mana sesepuh Yuranigh dimakamkan.
Yuranigh adalah orang Wiradjuri yang bertindak sebagai pemandu untuk penjelajah Sir Thomas Mitchell pada tahun 1845.
Ketika Warwick sedang meneliti ‘dendroglyphs’, ia menemukan bahwa ada sedikit situs lain yang masih berdiri di NSW.
"Sebagian besar lainnya Anda akan menemukan mereka di museum," sebutnya.
Ia menjelaskan, "Mereka sudah hilang karena banjir, kebakaran, ada cerita tentang orang yang telah menebangnya dan menyimpannya untuk diri mereka sendiri. Mereka menempatkannya di rumah-rumah mereka."
Warwick mengatakan, ‘dendroglyphs’ adalah "seni yang hilang", itulah sebabnya mengapa ia berpikir ukiran pohon merupakan tradisi penting untuk dilestarikan.
"Tak ada yang, sejauh yang saya sadari, melanjutkan praktek ukiran dendroglyphs dalam waktu yang lama. Jadi ini adalah kesempatan untuk membawanya keluar ke tempat terbuka sebagai bahan pembicaraan, sebagai diskusi untuk mengakui dan mempromosikan seni Aborijin New South Wales," terangnya.
Foto-foto bersejarah dari ‘dendroglyphs’, yang diukir oleh budaya Aborijin di NSW Barat bisa dilihat di arsip Perpustakaan Negara Bagian New South Wales.
BACA ARTIKEL LAINNYA... Nauru Batalkan Visa Kunjungan Bagi Warga Australia dan Selandia Baru