JAKARTA --Sejumlah penulis, musikus dan komposer yang tergabung dalam karya ‘Dari Sebuah Guci’ mengajak seluruh masyarakat di Tanah Air bergerak bersama memulihkan kondisi kehidupan berbangsa yang mulai jauh dari semangat Bhinneka Tunggal Ika.
Bagi mereka, semangat pluralisme dan saling menghargai dengan sesama yang pernah tumbuh di era kemerdekaan perlu dihidupkan kembali guna menghapus praktik-praktik diskriminasi, konflik, dan kekerasan yang berkembang di tengah-tengah masyarakat akhir-akhir ini.
“Saya percaya, semua ini bisa pulih, ketika kita tidak menyerahkan penyelesaiannya pada orang lain, tapi kita bertanggungjawab paada diri sendiri untuk memulihkan ini dengan langkah-langkah kecil kita,” kata Penulis Buku ‘Dari Sebuah Guci’, Muna Panggabean kepada wartawan di Jakarta, Rabu (11/1).
Muna Panggabean mengatakan banyak kejadian-kejadian kecil di sekitar masyarakat yang luput dari perhatian selama ini. Kejadian-kejadian yang akhirnya memicu pertentangan dan menyulut perbedaan. Namun, masyarakat cenderung diam dan tidak berupaya untuk merubahnya bersama-sama.
“Kita semua diam, kita tidak bereaksi melihat kejadian-kejadian itu, kita cuma berharap ada tangan-tangan kuat pemerintah yang membereskan itu, padahal kita tidak perlu berharap seperti itu, kita bisa menggerakkan sendiri perubahan itu, menggerakkan mulai dari kita kemudian menular ke semua,” katanya.
Gerakan ‘Dari Sebuah Guci’ sendiri, kata ibu rumah tangga ini, akan terus menggelorakan semangat pemulihan Indonesia melalui karya-karyanya. Gerakan yang akan selalu menghidupkan perlunya menyemai semangat pluralisme, menghargai keberagaman di tengah-tengah masyarakat. “Selama ini kita telah lupa bagaimana kita berbuat untuk sesama,” kata Muna Panggabean.
Hal senada dikatakan cerpenis, Helga Worotitjan. Karya ‘Dari Sebuah Buku’ lahir dari berbagai kegelisahan rakyat Indonesia. Cemas dengan kejadian-kejadian yang ada, terakhir pengusiran jamaah Syiah di Sampang dan kasus GKI Yasmin di Bogor.
“Semua ini adalah gambaran besar apa yang terjadi di tengah masyarakat kita akhir-akhir ini,” katanya.
Karya perdana ‘Dari Sebuah Guci’ rencananya akan dipersembahkan kepada masyarakat Indonesia 25 Pebruari mendatang melalui peluncuran sebuah buku berjudul ‘Dari Sebuah Guci’ dan pertunjukkan musikalisasi puisi dengan 22 buah lagu yang melibatkan artis-artis Tanah Air dan luar negeri.
Musikalisasi puisi sendiri digarap oleh komposer Aminoto Kosin dan Andreas Lim. Selanjutnya, buku berseri ‘Dari Sebuah Guci’ dan himpunan lagu akan terus dipublikasikan kepada masyarakat sebagai salah satu upaya menggelorakan semangat pluralisme di Tanah Air di masa mendatang. (sam/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Surabaya Kembangkan e-Sapawarga
Redaktur : Tim Redaksi