Senior Alumni IPB Ini Diminta Koreksi Diri

Jumat, 08 September 2017 – 19:51 WIB
Alumni IPB angkatan 27, Rico Simanjuntak. Foto: dok. Kementan

jpnn.com, JAKARTA - Alumni IPB angkatan 27, Rico Simanjuntak turut angkat bicara mengomentari surat Rifda Ammarina yang merupakan seniornya kepada Presiden Jokowi pada 7 September 2017.

Surat tersebut memberikan masukan kepada Presiden Jokowi terkait solusi untuk memajukan pembangunan pertanian melalui kebijakan yang mendorong produktivitas dan efisien yakni dengan mengganti Menteri Pertanian dari alumni IPB.

BACA JUGA: NTT Siap Ekspor Bawang Organik ke Timor Leste

Menurut Rico, saran dari Rifda tidak mencerminkan insan akademis atau intelektual yang benar-benar memiliki tekad membangun bangsa dan negara.

Jika ingin membangun pertanian secara benar, harusnya melepaskan diri dari kepentingan bisnis, kelompok, organisasi terutama ambisi pribadi untuk menjadi memimpin negara.

BACA JUGA: NTT Siap Ekspor Bawang Merah Organik ke Timor Leste

“Sebagai alumni IPB seyogyanya seniorku Rifda yang masih kami hormati, haruslah berpikir jernih dan rasional bahkan introspeksi sehingga bisa menjaga nama besar almamater IPB. Kritikan kakak Rifda sangat syarat dengan kepentingan pribadi dan kelompok, ambisius, dan meragukan kemampuan orang atau kelompok lain,” tegas Rico di Jakarta, Jumat (8/9).

Rico mengungkapkan walaupun masih banyak masalah sektor pertanian yang belum diselesaikan, tapi pandangan harus adil.

BACA JUGA: Percepat Populasi Sapi di Aceh, Ini Permintaan Dirjen PKH

Akan tetapi, harus diakui juga bahwa saat ini pertanian tetap tumbuh positif, andalan devisa sektor nonmigas. Swasembada beras, jagung pun telah capai.

Kemudian, sejak 2016 tidak impor beras medium, cabai segar, bawang merah dan pada 2017 tidak impor jagung pakan ternak. Bahkan telah ekspor bawang merah, perkebunan, dan lainnya.

“Capaian ini sebagian besar adalah prestasi petani yang lahannya sempit, modal terbatas, sebagian miskin.

"Bukankah ini suatu prestasi kerja yang hakiki anak bangsa? Itu lah pertanian kita sesungguhnya. Ataukah menurut kakak disebut pertanian maju apabila didominasi pemodal besar, teknologi tinggi tapi meninggalkan rakyat petani kecil. Apakah kemajuan pertanian haruskah ditandai juga dengan penyelenggaran event pameran? Dimana rasa berbangsa-bernegara kita kalo pandangan seperti itu,” ungkap Rico.

"Sesungguhnya negara ini ada adalah mampu untuk melindungi yang kecil dan mensejahterakan rakyat yang kurang mampu, bukan rebutan ingin menjadi direksi di BMUN ataupun memimpin instansi,” imbuhnya.

Rico menambahkan sebagai seorang akademisi, seharusnya Rifda tidak berpikir sempit tentang eksistensi sebagai alumni.

Negara ini boleh dipimpin oleh alumni perguruan tinggi dari mana saja atau orang apa saja.

Utamanya adalah yang mempunyai kemampuan, integritas tinggi untuk negara, bersih, loyal kepada merah putih dan memiliki cita-cita tinggi untuk menyejahterakan petani dan menjadikan pangan Indonesia yang dapat menghidupi dunia.

“Karena itu, luruskan bisnis Kakak Rifda sesuai niat yang murni untuk kemajuan pertanian Indonesia. Agrinex yang sudah 11 tahun diselenggarakan bukan hanya jual lapak pameran dengan memaksa-maksa instansi, BUMN dan swasta besar untuk menyewa atau mensponsori pameran. Walaupun kakak dalam hal ini pasti membantah tapi berbagai sumber bicara demikian. Tolong pameran itu harusnya mempromosikan hasil kerja petani kecil, menengah, dan koperasi,” ujarnya.

Oleh karena itu, Rico berharap Rifda tidak mencari “panggung” dengan mengatasnamakan petani dan pertanian Indonesia.

“Sebagai adik yunior berharap lebih baik koreksi diri, jangan membuat resah publik dengan statemen kurang produktif. Lebih baik sedikit bicara dan banyak berbuat nyata bagi bangsa dan negara kita” pungkasnya. (adv/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Pupuk dan Benih Tingkatkan Produksi Pangan


Redaktur & Reporter : Natalia

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Tag
Kementan  

Terpopuler