Sentilan Keras Budiman Sudjatmiko soal Polemik Gubernur dan Aplikasi Alkitab Berbahasa Minang

Jumat, 05 Juni 2020 – 16:48 WIB
Gubernur Sumbar Irwan Prayitno. ANTARA/Miko Elfisha

jpnn.com, JAKARTA - Politikus PDI Perjuangan Budiman Sudjatmiko mengkritik sikap Gubernur Sumatera Barat Irwan Prayitno yang menyurati Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo), meminta menghapus aplikasi Alkitab berbahasa Minang dari Play Store Google.

Budiman mengawali kicauannya di Twitter dengan menyebut Suku Sunda Islamnya sangat kuat. Namun, ada Gereja Pasundan yang jemaatnya Suku Sunda ras Melayu.

BACA JUGA: Gubernur Sumbar: Yang Sudah Masuk tak Boleh Keluar

"Suku Sunda termasuk kuat Islamnya. Tapi di sana ada Gereja Pasundan yang umatnya banyak orang Sunda ras Melayu. Mereka juga memproduksi lagu-lagu rohani Kristen dalam bahasa Sunda," kicau @budimandjatmiko, Jumat (5/6).

Salah satu pentolan aktivis 98 ini juga membandingkan dengan suku Bali yang sangat kuat mengamalkan ajaran Hindu, juga ada lagu rohani berbahasa Pulau Dewata tersebut.

BACA JUGA: 5 Berita Terpopuler: Fadli Zon Ungkit PKI Lagi, FPI Meradang, PPPK Mohon Bersabar Dulu

"Juga lagu-lagu rohani Kristen yang dinyanyikan dengan bahasa & adat Bali yang selama ini terkenal Hindu-nya. Tak ada eksklusivitas suku dengan agama Abrahamik. Agama Yahudi pun sudah lebih longgar, meski mereka tak ada dakwah mengYahudikan non-Yahudi," twit @budimandjatmiko.

Lebih lanjut Budiman mengatakan, juga tak ada keharusan orang-orang Amerika Latin memeluk agama Katolik.

BACA JUGA: Panglima TNI: Tidak Ada Tempat Bagi Pelaku Rasis

"Seperti orang-orang Indian Maya di Mexico ini yang masuk Islam. Kan gak bisa melarang Alquran diterjemahkan ke bahasa Spanyol. Jangan lakukan pada orang lain hal-hal yang kau tak ingin diperlakukan," tegasnya

Budiman menyertakan sejumlah video dalam kicauannya. Dia mempertanyakan alasan Gubernur Sumbar sebenarnya.

Budiman khawatir ada kaitannya dengan pelaksanaan pilkada. Sumbar diketahui salah satu daerah yang akan melaksanakan pemilihan kepala daerah pada Pilkada Serentak 2020.

"Ini soal keIslaman, kesukuan atau urusan Pillkada? Bayangkan jika Alquran dilarang diterjemahkan jadi bahasa Itali, Sinhala, Burma, Spanyol, Portugis? Mereka yang memaklumi usulan Gubernur Sumbar tak punya hak moral mengecam orang Itali, Spanyol atau Srilangka," kicau @budimandjatmiko.

Budiman kembali mengingatkan agar masing-masing pihak tidak memperlakukan orang lain dengan hal-hal yang dia sendiri tak ingin diperlakukan demikian.

Dia kemudian menjabarkan bahwa identitas kekristenan dengan bangsa Armenia sangat kuat. Bahkan di salah satu sudut Yerusalem, ada area Kristen Armenia persis di samping Katholik dan Ortodoks.

Hal itu menunjukkan kuatnya identitas kekristenan pada bangsa Armenia. Meski demikian, tetap ada bangsa Armenia yang menganut ajaran muslim. Budiman menyertakan video sebuah masjid di Yerevan.

Budiman kemudian menyinggung peran bahasa dalam kehidupan manusia. Menurutnya, bahasa merupakan kecerdasan kognitif pertama manusia yang lahir 70 ribu tahun lalu.

"Bahasa itu jendela dan jembatan individu untuk menjangkau "segala hal di luar sana". Saat bahasamu jadi eksklusif, kamu menutup jendela pengetahuan & membakar jembatan peradaban," twit @budimandjatmiko.

Menurutnya, Bahasa Arab yang digunakan untuk memuliskan kitab suci Alquran, banyak dipakai untuk menulis Injil atau untuk khotbah kebaktian gereja.

"Kok bahasa Minang tak boleh? Jadi sekali lagi: ini soal keagamaan, kesukuan atau kekuasaan (pilkada)?," kicaunya.

Budiman mengingatkan, kekuasaan harus dikawal oleh rakyat dengan bekal pengetahuan yang terorganisir menjadi ilmu pengetahuan, termasuk sejarah dan bahasa.

Kemudian, ilmu pengetahuan yang terorganisir menjadi teknologi dan teknologi yang terorganisir menjadi inovasi. Agar tidak membawa masyarakat ke jurang kehancuran.

"Sependek pengetahuanku, inilah makna dr kebijaksanaan Minang, "Alam takambang jd guru" (alam terkembang menjadi guru) yang juga kucoba kutanamkan pada anakku, yang dalam dirinya ada gen kultural Minang juga," twit @budimandjatmiko.(gir/jpnn)


Redaktur & Reporter : Ken Girsang

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler