MAKASSAR - Awalnya, jumlah pendaki pada kelompok ini sebanyak 19 orang di mana satu di antaranya murid SD Al Azhar Makassar berusia 10 tahun bernama Sidkey. Berdasarkan catatan dari Basarnas Makassar, kelompok pendaki gunung ini terdiri atas 6 perempuan dan 13 pria.
Mereka adalah Jaya, 25 (Unhas), Supriadi, 25 (Unhas), Diana Arif, 18 (Unhas), Adi, 24 (UIN), Ria, 24 (UIN), Indah, 24 (UIN), Nia, 24 (UIN), Abdul Rahman, 25 (UNM), Simon Firman, 25 (UNM), Suparman, 25 (UMI), Muhammad Fitriadika Tilu (UMI), Kiki, 25 (Politeknik), Nasir, 40 (Prima Gama) dan Ishak, 28 (dosen). Yang lainnya adalah siswa SMA, yakni Ian, 17, Mita, 17, Haidir, 17 (SMKT Somba Opu) dan Ari, 17 (SMA 8 Makassar).
Salah seorang pendaki Supriadi menuturkan, jalur pendakian yang direncanakan adalah Lembanna - Talung - Pos Tujuh lalu Puncak Gunung Bawakaraeng. Semula, perjalanan dari Lembanna yang dimulai pada pagi hari ke Talung berjalan dengan mulus. Namun cuaca terlihat memburuk di tengah perjalanan antara Talung ke Pos Tujuh.
Perjalanan dari Talung ke Pos Tujuh ditempuh dengan menapaki tepi jurang Lembah Ramma. Sementara di sisi satunya adalah hutan yang masih sangat liar.
"Kita diserang hujan keras, badai dan kabut tebal," kata mahasiswa jurusan Teknik Elektro itu.
Cuaca yang terus memburuk membuat empat pendaki memutuskan kembali ke Lembanna. Yang lainnya tetap memilih bertahan, termasuk Sidkey, murid SD yang menyertai perjalanan mereka. Supriadi mengakui dua perempuan sudah mengalami masalah kesehatan sementara yang lainnya dibekap suhu yang sangat dingin.
Empat pendaki yang kembali tadi pun melaporkan kejadian tersebut kepada penduduk setempat. Orangtua Sidkey kemudian meminta tolong kepada seorang warga Lembanna bernama Tata Arman untuk menyelamatkan anaknya. Bersama beberapa warga, Tata Arman menuju ke lokasi para pendaki dan berhasil menemukan mereka. Sidkey kemudian dibawa kembali ke Lembanna. Namun yang lainnya tetap tinggal dan mendirikan tenda di Pos Tujuh.
Keesokan harinya menjelang siang, tim SAR akhirnya menemukan mereka dan menyarankan mereka agar mengurungkan niat untuk melanjutkan perjalanan ke puncak Gunung Bawakaraeng. "Kami sebenarnya tidak hilang. Hanya terjebak badai," timpal Abdul Rahman. (aha)
Mereka adalah Jaya, 25 (Unhas), Supriadi, 25 (Unhas), Diana Arif, 18 (Unhas), Adi, 24 (UIN), Ria, 24 (UIN), Indah, 24 (UIN), Nia, 24 (UIN), Abdul Rahman, 25 (UNM), Simon Firman, 25 (UNM), Suparman, 25 (UMI), Muhammad Fitriadika Tilu (UMI), Kiki, 25 (Politeknik), Nasir, 40 (Prima Gama) dan Ishak, 28 (dosen). Yang lainnya adalah siswa SMA, yakni Ian, 17, Mita, 17, Haidir, 17 (SMKT Somba Opu) dan Ari, 17 (SMA 8 Makassar).
Salah seorang pendaki Supriadi menuturkan, jalur pendakian yang direncanakan adalah Lembanna - Talung - Pos Tujuh lalu Puncak Gunung Bawakaraeng. Semula, perjalanan dari Lembanna yang dimulai pada pagi hari ke Talung berjalan dengan mulus. Namun cuaca terlihat memburuk di tengah perjalanan antara Talung ke Pos Tujuh.
Perjalanan dari Talung ke Pos Tujuh ditempuh dengan menapaki tepi jurang Lembah Ramma. Sementara di sisi satunya adalah hutan yang masih sangat liar.
"Kita diserang hujan keras, badai dan kabut tebal," kata mahasiswa jurusan Teknik Elektro itu.
Cuaca yang terus memburuk membuat empat pendaki memutuskan kembali ke Lembanna. Yang lainnya tetap memilih bertahan, termasuk Sidkey, murid SD yang menyertai perjalanan mereka. Supriadi mengakui dua perempuan sudah mengalami masalah kesehatan sementara yang lainnya dibekap suhu yang sangat dingin.
Empat pendaki yang kembali tadi pun melaporkan kejadian tersebut kepada penduduk setempat. Orangtua Sidkey kemudian meminta tolong kepada seorang warga Lembanna bernama Tata Arman untuk menyelamatkan anaknya. Bersama beberapa warga, Tata Arman menuju ke lokasi para pendaki dan berhasil menemukan mereka. Sidkey kemudian dibawa kembali ke Lembanna. Namun yang lainnya tetap tinggal dan mendirikan tenda di Pos Tujuh.
Keesokan harinya menjelang siang, tim SAR akhirnya menemukan mereka dan menyarankan mereka agar mengurungkan niat untuk melanjutkan perjalanan ke puncak Gunung Bawakaraeng. "Kami sebenarnya tidak hilang. Hanya terjebak badai," timpal Abdul Rahman. (aha)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Merasa Tekor, Puluhan Kades Ogah Mencalonkan Lagi
Redaktur : Tim Redaksi