Seorang dosen Universitas Adelaide mengatakan dirinya merasa shock beberapa hari setelah seorang profesor yang dia hormati diduga melecehkannya secara seksual di sebuah hotel pada tahun 2019.
Dosen matematika Dr Giang Thu Nguyen telah menuduh adanya pelecehan seksual yang dilakukan rekannya, Profesor Joshua Ross, dan kasusnya kini disidangkan di Pengadilan Sipil dan Administrasi Australia Selatan.
BACA JUGA: Ratusan Ribu Warga Akan Ikut Pemilu Australia, tetapi Masih Banyak yang Perlu Bimbingan
Selain itu, Dr Giang juga telah menuntut tempat kerjanya University of Adelaide dengan tuduhan gagal menangani laporannya secara memadai pada November 2019.
Dr Giang mengajukan tuntutan ganti rugi sebesar A$970.000 (sekitar Rp10 miliar) yang akan dia peroleh bila pengadilan menemukan dia benar-benar dilecehkan secara seksual.
BACA JUGA: Kepala BPBD Mesum, Pegang Payudara Istri Orang lalu Mengajak Begituan
Dalam persidangan hari Kamis (21/04), Dr Giang mengaku pada saat kejadian dirinya sangat mabuk untuk bisa menyetujui perbuatan hubungan seksual dengan Profesor Ross.
Saat itu keduanya sedang menghadiri konferensi yang berlangsung tiga hari dan malamnya minum minuman beralkohol secara berlebihan.
BACA JUGA: Bertemu Jenderal Angus Campbell, Andika Perkasa Pengin Persahabatan TNI dan ADF Makin Kuat
Tapi Profesor Ross - yang bertanggung jawab atas pemodelan COVID-19 Australia Selatan - menyangkal tuduhan pelecehan seksual ini, mengklaim bahwa Dr Giang sadar saat mereka melakukan hubungan seksual dan "suka sama suka".
Dalam persidangan Dr Giang mengatakan dirinya "hanya sekilas menginginkan hubungan seksual" dan berada dalam situasi "shock dan penolakan" setelah kejadian itu karena dia mengagumi Profesor Ross, yang merupakan "salah seorang yang saya hormati di jurusan matematika".
Pengacara Kerry Clark SC yang mendampingi Dr Giang mengatakan kliennya telah melaporkan tuduhan pemerkosaan yang dilakukan Profesor Ross ke polisi, namun kasusnya tidak dilanjutkan ke pengadilan.
"Saya harus menekankan bahwa bukan kasus itu yang harus kita tentukan di sini. Ini adalah kasus pelecehan seksual di bawah Undang-Undang Kesetaraan," katanya.
Kerry Clark mengatakan kasus ini berpusat pada pertanyaan apakah Profesor Ross melakukan perbuatan seksual yang "tidak diinginkan" dengan cara mengambil kesempatan terhadap kondisi Dr Giang yang sedang mabuk.
"Dia [Dr Giang Nguyen] membuat postingan blog yang tidak jelas selama periode minum-minum di Pier Hotel - yang tidak masuk akal," kata Clark.
Dia menambahkan kliennya "terjebak" di bagian hotel itu dan harus memanggil Profesor Ross untuk menyelamatkannya dan mengaku sempat mengalami periode kehilangan ingatan. Bertindak 'bodoh tapi sepenuhnya sadar'
Pengacara Stephen Apps yang mendampingi Profesor Ross dalam persidangan itu mengatakan justru Dr Giang yang memulai ciuman di antara mereka saat keduanya berjalan pulang dari Glenelg Pier Hotel setelah pukul 2 pagi.
Apps menyebutkan adanya rekaman CCTV yang menunjukkan bahwa Dr Giang tampak stabil dan bisa berjalan sendiri tanpa bantuan sampai ke hotel Stamford Grand.
"Dia (Dr Giang) mengucapkan kata-kata yang isinya kurang-lebih bahwa dia mau datang ke kamar (Profesor Ross). Dan dia (Professor Ross) dengan bodohnya menjawab, bagus," kata Apps.
Apps mengatakan Profesor Ross merasa bersalah atas hubungan seksual itu karena dia sudah menikah, jadi dia menghentikannya. Hal ini, katanya, membuat Dr Giang "kesal".
"Mereka berdua terpengaruh alkohol, mereka berdua bertindak bodoh," kata Apps.
"Yang penting adalah mereka sepenuhnya sadar - tidak ada pelecehan seksual. Dr Giang Nguyen adalah pihak yang [melakukannya] suka sama suka," ujarnya.
Apps mengatakan Dr Giang mulai memberitahu rekan-rekannya tentang hubungan seksual dengan Profesor Ross dan berdalih hal itu terjadi karena sedang ia mabuk.
Seorang rekan Dr Giang yang dia ajak bicara, kata Apps, menyebutkan bahwa jika dia sangat mabuk untuk mengingat kejadian itu secara terperinci, dia pasti tidak dalam posisi untuk menyetujuinya secara "suka sama suka".
Jane Abbey dari pihak University of Adelaide mengatakan universitas menanggapi tuduhan pelecehan seksual secara sangat serius, tapi tidak bertanggung jawab atas perilaku Profesor Ross karena tidak terjadi di tempat kerja.
Dia mengatakan bahwa Profesor Ross maupun Dr Giang memang dianggap bekerja selama jam konferensi tapi tidak setelah itu.
Namun , Kerry Clark mengatakan kliennya berpandangan bahwa mereka harus dianggap sedang bekerja sejak check in hingga check out dari konferensi.
Sidang kasus ini masih berlangsung.
Diproduksi oleh Farid Ibrahim dari artikel ABC News untuk ABC Indonesia.
BACA ARTIKEL LAINNYA... Panglima Andika Bawa Banyak Perwira ke Australia, Begini Pesannya kepada Jenderal Campbell