jpnn.com, JAKARTA - Sepak terjang mantan Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) Mahfud MD sebagai kader Nahdlatul Ulama (NU) dipertanyakan.
Ketua Pengurus Besar NU Bidang Hukum KH Robikin Emhas mengaku tidak pernah mengetahui kiprah Mahfud di berbagai jenjang kepengurusan.
BACA JUGA: Kiai Said Aqil: PBNU Berpihak kepada Rakyat
Robikin menyampaikannya saat menjadi pembicara dalam acara Prime Time Talk bertajuk 4 Kader NU di Kantong Jokowi di salah satu televisi swasta, Jumat (3/8).
“Misalnya orang menyebut nama Pak Mahfud. Saya tidak tahu Pak Mahfud pernah aktif di pengurus NU di tingkat desa, di tingkat ranting, atau kecamatan, atau di badan otonomnya NU misalnya PMII,” kata Robikin.
BACA JUGA: Jokowi Bakal Gandeng Tokoh Muslim Jika Prabowo Gaet Ulama?
Menurut Robikin, kiprah Mahfud kalah dibanding tiga tokoh yang juga disebut-sebut sebagai salah satu kandidat wakil presiden.
Mereka adalah Ketua Umum MUI KH Ma’ruf Amin, Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar, dan Ketua Umum PPP Romahurmuziy.
BACA JUGA: Mahfud MD Layak Jadi Cawapres Jokowi, Nih Alasannya
“Kiai Ma’ruf jelas. Dari bawah sampai PBNU hingga mendapat jabatan tertinggi di NU. Pak Muhaimin juga jelas. Sejak dulu aktif di NU dan juga badan otonom NU, termasuk di PMII pernah sebagai ketua umum,” terang Robikin.
Sementara itu, Romahurmuziy adalah putra pendiri Ikatan Pelajar NU (IPNU) KH. Tolchah Mansoer.
Menurut Robikin, definisi kader adalah seseorang yang harus mengikuti dan lulus kaderisasi yang dilakukan di seluruh lingkungan NU.
Tidak hanya struktural maupun badan otonom, tetapi juga lembaga di bawah naungan NU.
“Untuk disebut kader harus lulus kaderisasi. Selanjutnya ditempatkan untuk melayani warga sebagai pengurus NU,” terang Robikin.
Dia juga menjabarkan hasil survei yang menyebut ada 91,3 juta kader NU yang aktif di pengurus dari ranting, badan otonom, lembaga hingga PBNU.
Menurut Robikin, mereka adalah para kader NU yang tersebar tak hanya di Indonesia, tetapi juga di mancanegara.
Robikin juga memastikan bahwa dinamika itu tidak menimbulkan kegaduhan di internal NU.
Pasalnya, sambung Robikin, NU sudah sangat berpengalaman menghadapi berbagai macam perbedaan pandangan dan pendapat, baik keumatan maupun politik.
“Itulah enaknya di NU. Meskipun temanya serius, ikhtilaf, dan cara membincangkannya selalu dengan guyonan walaupun materi perbincangannya serius, termasuk soal keumatan,” kata Robikin. (jos/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... RJM Deklarasi Mendukung Mahfud MD Sebagai Cawapres Jokowi
Redaktur & Reporter : Ragil