jpnn.com, INDRAMAYU - Nelayan di Desa Dadap Indramayu mengeluhkan abrasi, pengikisan pantai oleh tenaga gelombang laut dan arus laut yang merusak mencapai 15-20 meter.
Mereka berharap Kandidat Gubernur Jabar Ridwan Kamil bisa membuat program untuk menahan abrasi.
BACA JUGA: Para Kartini Masa Kini Jabar Percayakan Aspirasi ke Hasanah
"Garis pantai sudah hilang karena terkikis abrasi, bahkan abrasi sudah mendekati pemukiman warga. Kami ingin Pak Ridwan Kamil bisa membantu nelayan membuatkan tanggul penahan abrasi atau program yang lain untuk mengurangi abrasi," kata
Kasiwan, warga setempat saat dialog dengan Kang Emil di Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Desa Dadap, Selasa, (24/4).
Ditanya bagaimana cara mengatasi abrasi tersebut, Kang Emil menjawab, paling sederhana dipasang tanggul batu alam, seperti yang sudah dilakukan oleh masyarakat setempat.
BACA JUGA: Kang Emil Masuk 50 Pemimpin Terbaik, Begini kata Kang Uu
Selain abrasi, nelayan juga mengeluhkan budidaya garam yang menjadi potensi desa itu, tapi masih dikelola secara konvensional sehingga kurang berkembang.
"Kalau tidak ada matahari, maka kami tidak produksi garam. Kami ingin Pak Ridwan Kamil bawa teknologi ke desa kami, agar garam bisa diproduksi terus tanpa harus mengandalkan matahari dan tanpa membutuhkan lahan yang banyak," kata Yudi, guru honorer yang juga petani garam.
BACA JUGA: Ridwan Kamil jadi Saksi Nikah Syahnaz - Jeje
Menurut dia, para pelaku petani garam, kebanyakan para nelayan tua yang sudah tidak sanggup lagi melaut. Mereka tergabung dalam UKM petani garam, namun usahanya kurang berkembang, karena terkendala modal yang tidak sedikit.
"Kami juga ingin Pak Ridwan memberikan bantuan modal untuk petani garam," ujar Yudi.
Menjawab persoalan tersebut, Kang Emil menyatakan, nelayan di Desa Dadap Indramayu sejak beberapa tahun ke belakang mengalami krisis ekologis yaitu abrasi, sehingga rumah nelayan terancam tergerus air laut.
"Saya kira ini harus jadi prioritas tapi pasti nggak murah karena meng-cover belasan kilometer anti abrasi ini membutuhkan dana besar," kata Pemimpin Terbaik 2018 versi Majalah Fortune.
Menurut dia, terkait persoalan tersebut, tugas gubernur, jika APBD tidak cukup harus bantu melobi ke Pusat untuk memastikan peradaban nelayan tidak terganggu.
Terkait persoalan garam yang menjadi potensi desa ini adalah masalah kurang modal dan teknologi dan pengelolaan bisnisnya. Untuk itu, Rindu, kata Kang Emil, punya program satu desa, satu perusahaan. Hal ini untuk memberdayakan nelayan yg sudah sepuh yang sekarang aktif sebagai petani garam, bisa tetap berpenghasilan dengan bisnis ikan asin dan produksi garam.
Kang Emil menjelaskan, modal untuk program satu desa satu perusahaan akan didukung oleh kredit mesra (Mesjid Sejahtera), yakni kredit, tanpa bunga, tanpa agunan, dengan nilai pinjaman maksimal Rp30 juta. Program ini bekerja sama dengan BPR.
Kang Emil mengungkapkan, konsep warga desa Mandiri di Cirebon. Menurut dia, warga di desa itu mengumpulkan sampah plastik, dicacah, lalu dijual. Dari penjualan cacahan plastik itu, mereka mengantongi pendapatannya sekitar Rp2 juta - Rp 3 juta.
"Nah, di Desa Dadap ini juga harus ada kegiatan bisnis yang mensejahterakan warga desa. Sehingga Orang desa tidak harus urbanisasi ke kota, karena desa memberikan pekerjaan dan penghasilan yang tidak kalah dengan orang kota," ucap Kang Emil.
Usai dialog dengan para nelayan, Kang Emil dengan didampingi oleh Ketua DPD Nasdem Indramayu Eryani Sulam, anggota DPRD Nasdem Indramayu Junaidi, dan
Ketua Kelompok Nelayan Dadap, Indramayu Zubedi melihat langsung area kampung yang terkena abrasi di Desa Dadap.(chi/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Karena Hal ini Kang Emil Disebut Pemimpin Idaman
Redaktur & Reporter : Yessy