Seperti Ini Tahapan Pembangunan Kilang yang Dicapai Pertamina

Sabtu, 21 Desember 2019 – 09:02 WIB
Ilustrasi kilang migas PT Pertamina. Foto: Kaltim Post/JPNN

jpnn.com, JAKARTA - Pertamina sampai saat ini telah melakukan berbagai tahapan pembangunan enam kilang, baik melalui proyek Refinary Development Master Plan (RDMP) maupun Grass Root Refinery (GRR). 

Beberapa di antaranya cukup menggembirakan, termasuk kilang Balongan, di mana progres yang dilalui melebihi target waktu. 

BACA JUGA: Pertamina Bangun Tenaga Kerja Lokal di Kilang Tuban

Direktur Energy Warch Mamit Setiawan menuturkan progres kilang Balongan termasuk cepat dibandingkan target semula, yang bisa menghemat waktu satu tahun.

"Ini bisa dilakukan, karena Pertamina bisa menghemat waktu lelang," ujar Mamit.

BACA JUGA: Ridwan Kamil Dukung Proyek Kilang Balongan

Jika umumnya setelah penawaran Front-End Engineering Design (FEED) butuh dua tahun sebelum masuk proses Engineering, Procurement and Constructions (EPC), maka Pertamina bisa lebih cepat.

Begitu pula dengan kilang Balikpapan. Bahkan saat ini, lanjut Mamit, Balikpapan sudah memasuki tahap konstruksi. 

BACA JUGA: Jika Kilang Minyak Diledakkan Musuh, Istana Presiden Tetap Aman

“Saya melihat sendiri, memang sudah ada pekerjaannya,” lanjut Mamit.

Di sisi lain Mamit mengingatkan, bahwa pembangunan kilang memang tidak bisa seketika. Perlu berbagai tahapan, di mana masing-masing tahapan membutuhkan proses waktu yang cukup lama.

Bahkan, untuk mencari partner saja, membutuhkan waktu panjang, yang bisa mencapai 2-3 tahun. 

“Tentu saja (bukan seperti pekerjaan Bandung-Bondowoso yang dalam semalam bisa membuat Prambanan). Banyak tahapan dilalui. Akan ngebor saja banyak tahapannya, apalagi proyek strategis seperti ini,” jelas Mamit.

Sementara untuk kilang Tuban, Mamit juga melihat adanya perkembangan yang sangat krusial, yaitu penjajakan partnership dengan Rosneft.

Padahal seperti diketahui, salah satu tahapan awal yang paling sulit adalah pencarian partner itu sendiri.

“Pencarian partnership tersebut memang tidak mudah. Sebab, masing-masing pihak memiliki feasibilities study. Misal terkait nilai keekonomian dan nilai proyek, masing-masing memiliki pandangan berbeda,” kata Mamit.

“Jadi untuk Tuban, tinggal menunggu realisasinya dalam bentuk apa. Tetapi minimal bisa engineering-nya dulu,” imbuh Mamit.

Begitu pula ketika memasuki tahapan pekerjaan EPC, menurut Mamit, tidak serta merta setelah deal, langsung membangun. Karena harus ada studi kelayakan lagi untuk tahapan engineering.

Baru setelah itu melakukan design engineering. Dan kalau sudah disetujui, barulah tahap finalisasi lagi mengenai design engineering terlebih dahulu sebelum memasuki tahap konstruksi. 

“Itupun cukup lama. Jadi, memang banyak tahapan yang harus dilakukan,” jelasnya.

Dari berbagai perkembangan itulah, menurut Mamit, Pertamina sebenarnya sudah menunjukkan kemajuan berarti. Bahkan, Pertamina sebenarnya sudah memulai sejak lima tahun lalu.

Pertamina juga selalu berdiskusi dengan Dirjen Migas terkait percepatan pembangunan kilang melalui proyek RDMP dan GRR.

Hingga saat ini, Pertamina memang terus berupaya mempercepat pembangunan enam kilang, yaitu melalui RDMP dan GRR. Keenam kilang tersebut adalah Balongan, Balikpapan, Bontang, Tuban, Dumai, dan Cilacap.(chi/jpnn) 


Redaktur & Reporter : Yessy

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler