jpnn.com - Manuver pasangan calon presiden Prabowo Subianto-Sandiaga Uno menemui Ketua Umum PBNU Kiai Said Aqil Siradj dinilai sebuah langkah yang biasa, jelang perhelatan pesta demokrasi, Pilpres 2019.
Pengamat politik Adi Prayitno meyakini, langkah tersebut tak ada kaitannya dengan statemen Mahfud MD yang sebelumnya bicara blak-blakan menceritakan kegagalannya menjadi cawapres Joko Widodo, di Indonesia Lawyers Club beberapa hari lalu.
BACA JUGA: Kiai Maâruf Amin Pastikan Kerahkan Semua Kader NU
"Saya kira itu hal yang biasa ya. Bersilaturahmi, kemudian diikuti dengan pemberian kartu anggota bagi Prabowo. Orang kan butuh klaim dan kedekatan dengan ormas tertentu di Pilpres 2019," ujar Adi kepada JPNN, Minggu (19/8).
Menurut Direktur Eksekutif Parameter Politik Indonesia ini, Prabowo dan Sandi tentu tak ingin dianggap jauh dari NU. Apalagi NU merupakan ormas Islam terbesar di Indonesia.
BACA JUGA: PIRA DKI Rekrut Emak-Emak demi Menangkan Prabowo-Sandi
"Ini adalah langkah Prabowo, sebagai upaya menunjukkan dirinya juga dekat dengan NU. Selama ini kan dia cenderung diperhadapkan dan dianggap berjarak dengan NU. Betul dekat dengan ulama kanan kiri, tapi gagal merangkul ulama dari NU. Nah, ini yang coba dilakukan Prabowo," katanya.
Pengajar di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarief Hidayatullah Jakarta ini lebih lanjut menyatakan, justru akan berbahaya jika PBNU tidak menerima kehadiran Prabowo. Bakal muncul persepsi-persepsi negatif nantinya.
BACA JUGA: Enam Alasan Prabowo - Sandi Tak Bisa Dianggap Enteng
"Serba salah kalau menolak, bisa jadi NU akan dianggap partisan dan anti terhadap Prabowo. Saya kira malah bisa blunder jadinya," pungkas Adi.(gir/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Analisis Pangi tentang Kelemahan Duet Prabowo - Sandi
Redaktur & Reporter : Ken Girsang