Sepertinya Pak SBY Memang Tak Mau Demokrat dukung Jokowi

Rabu, 25 Juli 2018 – 15:58 WIB
Presiden Joko Widodo dan Ketua Umum Partai Demokrat (PD) Susilo Bambang Yudhoyono. Foto: dok/JPNN

jpnn.com, JAKARTA - Politikus Partai Demokrasi Indonesia (PDI) Perjuangan Hendrawan Supratikno merespons pernyataan Ketua Umum (Ketum) Partai Demokrat (PD) Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) yang mengungkap banyak kendala untuk bergabung dengan koalisi pengusung Joko Widodo (Jokowi) di Pemilihan Presiden (Pilpres) 2019.

Menurut Hendrawan, seharusnya SBY membeber kendala-kendala itu, apakah dari internal atau eksternal PD. “Menurut penilaian kami lebih banyak kendala internal Demokrat sendiri,” kata Hendrawan di gedung DPR, Jakarta, Rabu (25/7).

BACA JUGA: Somad Minta Partai Oposisi Dukung Jokowi Dua Periode

Hendrawan menjelaskan, pemilihan legislatif (pileg) dan pilpres tahun depan yang digelar serentak berkonsekuensi pada psikologi politik. Menurutnya, partai yang tidak mengusung bakal calon presiden (capres) dan calon wakil presiden (cawapres) akan dirugikan karena seperti tidak punya jualan untuk pemilih.

“Kalau dulu lain, hancur-hancuran tarung di pileg baru kursi yang diperoleh menentukan siapa capres yang diusung. Kalau ini (2019) tidak, (pileg dan pilpres) bersamaan,” jelasnya.

BACA JUGA: Zulkifli Bantah Pamit ke Jokowi

Menurut dia, kampanye Pemilu 2019 juga dilakukan bersamaan. Selain mengampanyekan partai politik dan calon anggota legislatornya, juga calon presiden dan calon wakil presidennya.

Itulah sebabnya ada psikologi politik pada Pileg dan Pilpres 2019 nanti. “Kalau partai politik yang sudah ukurannya menengah, seperti Partai Demokrat, Gerindra, kalau tidak mengusung  calon itu oleh mereka dipersepsikan merugikan perolehan kursi legislatif,” paparnya.

BACA JUGA: Percayalah, Pak Jokowi Tak Akan Hambat Kada Jadi Capres

Hendrawan menilai partai menengah seperti Demokrat cenderung berekspektasi berlebihan. Sebab ketika maju ke meja negosiasi permintaannya terlalu tinggi.

“Contohnya Demokrat, mesti memasang AHY (Agus Harimurti Yudhoyono) ke Gerindra,” ungkap Hendrawan.

Menurut Hendrawan, kondisi ekspektasi berlebihan dari Partai Demokrat itu menjadi lebih nyata. Sebab, Partai Demokrat, itu pernah menjadi partai terbesar.

“Ada sedimentasi emosional, kalau bahasa negatifnya ada sindrom,” katanya.

Itu pula yang menurut Hendrawan menjadi salah satu kendala dari Partai Demokrat dalam berkomunikasi dengan koalisi yang dibangun Jokowi. “Jadi, kendala internalnya lebih banyak dibanding kendala eksternal,”  ujarnya.(boy/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Golkar Yakin Prabowo-SBY Sulit Menentukan Cawapres


Redaktur & Reporter : Boy

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler