jpnn.com, SERANG - Tak ada yang menduga nasib SMA/SMK Prisma. Sempat menjadi sekolah favorit di era tahun 2000-an, sekolah yang berada di Kota Serang, Banten itu, kini tak beroperasi lagi.
Sepi peminat pada penerimaan peserta didik baru (PPDB) tahun ajaran 2020-2021 diduga menjadi penyebab.
BACA JUGA: PPDB 2020: Orang Tua Mengeluhkan Syarat Usia Masuk SMP dan SMA
Teriakan, canda, tawa pun tak lagi terdengar pada jam anak sekolah berada di kelas. Kantin, ruang kelas, musala hingga taman sekolah sepi ibarat kebun.
Lonceng dari velg mobil biasa bersuara penanda masuk, istirahat dan keluar sekolah tampak berkarat. Padahal, satu ketukannya, berpengaruh pada reaksi siswa pada jam belajar.
BACA JUGA: Ridwan Kamil: Anak Tenaga Medis Dapat Kemudahan Masuk SMA Negeri di Jabar
Ratusan piagam penghargaan terpasang rapi di lemari kaca. Kertas catatan siswa terpangpang di majalah dinding. Begitu pun, kursi dan meja yang terbiasa sesak diisi kini mulai kusam dan lusuh, lama tak tersentuh.
Sudut-sudut sekolah pun demikian. Kini, semua nyata menjadi kenangan dan catatan bagi mereka yang pernah singgah.
BACA JUGA: Mayat Gadis di Sungai Korban Pembunuhan, Pelakunya Seorang Kakek
Siapa sangka. Sempat jaya di era 1997 hingga 2000-an, menyandang status salah satu sekolah favorit, ditambah segudang terobosan metode pembelajaran, tentu sekolah itu idola tiap anak lulusan sekolah menengah pertama. Kini, di antaranya alumninya pun berada di berbagai profesi, pengusaha, dosen, guru, birokrat dan lain sebagainya.
“Saya kaget. Kenapa bisa seperti ini? Padahal tahun lalu (2019) kami bertemu di acara reuni bersama para alumni di sana. Tidak ada masalah apa-apa,” ujar Nandha Iskandar salah satu alumni SMA Prisma 1998 kepada Radar Banten.
Tanpa keterangan apa pun saat reuni seluruh angkatan pada tahun 2019, pihak sekolah dan yayasan menyatakan optimistis sekolah baik SMA dan SMK dalam keadaan baik-baik saja tanpa ada permasalahan. Tapi, itu menjadi kewenangan sekolah.
“Tidak ada masalah. Beberapa waktu lalu, kami (para alumni-red) sempat membahas soal kabar penutupan. Tapi, ya bagaimana lagi,” kata pria yang kini menjadi salah satu ASN di Pemkot Serang itu.
Banyaknya kenangan, tertanam harapan di tempatnya dulu bersekolah terungkap, kondisi penutupan sekolah tak terjadi. Bagaimana pun, SMA/SMK Prisma salah satu sekolah di Serang lebih dahulu mengenalkan komputerisasi dan internet.
“Bayangkan saja di era 1980-an menjadi sekolah pertama yang memiliki lab komputer. Termasuk di ruangannya menggunakan AC,” terangnya.
“Kalau dulu siapa enggak kenal sekolah Prisma. Model pembelajarannya pun terus berubah, dan tidak membuat siswa bosan. Fasilitasnya pun saya yakin lebih bagus,” tambah Nandha.
Kesahihan favorit itu tampak nyata. SMA/SMK Prisma menjadi dambaan di eranya. Tak terkecuali, trendi, modis, dan penuh prestasi jadi dambaan semua remaja di wilayah Serang.
Bahkan, remaja dari wilayah Lebak dan Pandeglang berlomba menjalani pendidikan di sekolah itu. “Masa sih, tutup. Dulu mah zaman saya muda. Teman-teman pada pengin sekolah ke situ. Favorit itu sekolah,” ujar Puspitasari salah seorang warga Kecamatan Serang.
“Dulu sih paling mahal biaya sekolah di sana. Kan, swasta. Kalau sekarang banyak sekolah negeri, ditambah lagi kan gratis. Pokoknya, kalau dulu di sana favorit. Banyak tetangga saya juga alumni sana,” tambah salah satu ASN Pemprov Banten itu.
Kepala SMA Prisma, Iswandrianto mengatakan, alasan pihaknya tutup lantaran pada tahun lalu sekolahnya mengalami kekurangan siswa, sehingga menjadi kondisi yang sulit untuk bertahan.
“Ya, tahun ajaran 2020/2021 ini resmi ditutup. Karena tahun lalu jumlah siswa kita terus berkurang, sehingga hal itu akan berpengaruh terhadap operasional sekolah,” katanya kepada waratawan.
Kata Iswandrianto, pihaknya telah memindahkan seluruh murid ke sekolah sesuai zonasinya pada siswa naik tingkat kelas XI dan XII. Kemudian, tenaga pendidik dan tenaga kependidikan, pihak yayasan mendistribusikan ke beberapa sekolah di Kota Serang.
“Guru-guru juga kami salurkan ke sekolah-sekolah yang membutuhkan,” terangnya.
“Semua siswa baik SMA/SMK sudah kami pindahkan ke sekolah-sekolah sesuai pilihan dan zonasinya. Tentunya ini juga hasil musyawarah dengan para orangtua murid,” tambah Iswandrianto.
Pada bagian akhir, Kepala Sekolah SMK Prisma, Samsudin mengatakan, siswa terakhir di SMK Prisma sebanyak 90 orang. Semuanya sudah dipindahkan ke sekolah berdasarkan zonasi. Ada yang ke SMK 4, SMK 7, dan SMK 8.
“Itu sudah sesuai dengan formasi yang ada di sekolah sana. Keluarga siswa menerima karena dibantu oleh dinas, jadi dinas menyetujui dan orangtua menyetujui,” katanya.
Disinggung rencana penjualan gedung dan aset sekolah, Samsudin mengaku tak bisa berkomentar lebih jauh. Ia berdalih, jika langkah-langkah setelah penutupan operasional sekolah menjadi tanggungjawab pihak yayasan.
“Itu (jual beli-red) yang bisa menjawab pihak yayasan,” ujarnya. (radarbanten)
Redaktur & Reporter : Rah Mahatma Sakti