JAKARTA - Langkah politisi muda Partai Demokrat (PD) Ulil Abshar Abd'ala mendorong Anas Urbaningrum agar segera lengser dari kursi Ketua Umum partai pemenang Pemilu 2009 itu dianggap cukup mengagetkan. Sebab Ulil yang selama ini dianggap sebagai pemikir liberal, justru memilih berada pada posisi berseberangan dengan Anas yang dinilai banyak kalangan hendak memodernkan partai binaan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) itu.
Pengamat politik dari Universitas Airlangga (Unair), Airlangga Pribadi, mengatakan, manuver Ulil justru semakin memperlihatkan upaya SBY untuk menggusur Anas. Karena menurutnya, lazimnya persoalan elektabilitas partai yang merosot dihadapi dengan konsolidasi bersama, dan bukan dengan memperuncing friksi internal.
"Tetapi yang diambil upaya pelengseran, yang terjadi justru perpecahan. Konflik berlanjut karena Anas punya dukungan kuat," kata Airlangga saat dihubungi, Sabtu (16/2).
Ditegaskannya, sampai saat ini status hukum Anas dalam dugaan korupsi yang ditangani KPK memang masih sebatas saksi. Sementara aturan di internal PD, lanjut Airlangga, fungsionaris partai nonaktif ketika menyandang status tersangka.
Namun SBY, kata Airlangga, telah memutuskan mengambil alih kendali DPP PD yang justru mengundang blunder karena adanya resistensi dari dalam partai, maupun respon negatif dari media dan kalangan masyarakat sipil lainnya. Dalam posisi inilah SBY diduga memanfaatkan Ulil untuk menghantam Anas.
"Di sinilah kemudian posisi Ulil dipakai dan dianggap penting karena dianggap intelektual, untuk artikulasikan kubu non-Anas dalam upaya pelengseran. Ulil sudah dikenal masyarakat," lanjutnya.
Hanya saja Airlangga melihat upaya Ulil menampilkan gagasan yang didorong oleh Cikeas itu tak akan berhasil. "Karena Ulil dalam konteks ini sudah tidak memosisikan diri lagi sebagai intelektual yang bebas, tetapi sebagai internal Demokrat dan menjadi kubu SBY. Persoalannya karena yang dia dukung itu bertentangan dengan gagasan demokrasi yang getol disuarakan," ulas Airlannga.
Ditambahkannya, publik di luar PD melihat Anas memang menjadi ancaman bagi politik dinasti yang dibangun SBY. "Anehnya, Ulil dan kawan-kawan yang dikenal representasi politik liberal dan demokratis malah mendukung politik dinasti," pungkasnya.
Sebelumnya Ulil dalam jumpa pers kemarin, menginginkan agar PD memiliki nahkoda baru. Menurutnya, SBY tetap sebagai nahkoda utama partai. Namun harus ada nahkoda kedua pengganti Anas.(jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Tiga Bupati Lapor Maju Lagi jadi Cawabup, Mendagri Diam Saja
Redaktur : Tim Redaksi