Serangan Baru Ferdinand kepada Anies Baswedan, dari Banjir hingga Utang

Minggu, 08 November 2020 – 09:16 WIB
Ferdinand Hutahaean. Foto: JPNN.Com/Ricardo

jpnn.com, JAKARTA - Mantan politikus Partai Demokrat Ferdinand Hutahaean kembali mengkritik Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan yang sudah tiga tahun memimpin Ibu Kota.

Ferdinand menilai kegagalan Anies sebagai gubernur DKI Jakarta hampir paripurna, dan kepemimpinan itu dijalankan dengan culas.

BACA JUGA: 5 Berita Terpopuler: Habib Rizieq Batal Kembali ke Indonesia? Pak Anies Umumkan Kabar Baik

"Kalau buka KBBI dan mencari makna kata culas, maka kira-kira artinya adalah curang; tidak jujur; tidak lurus hati. Dan bila mengacu pada arti kata tersebut, maka seseorang yang culas, amatlah tidak patut menjadi teman, sahabat, guru atau jadi pemimpin," ucap Ferdinand kepada jpnn.com, Minggu (8/11).

Menurut Ferdinand, sejak dilantik sebagai gubernur oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi) pada Oktober 2017, Anies telah memimpin Jakarta selama tiga tahun yang penuh drama, keriuhan dan bahkan kegaduhan bantah lisan akibat klaim keberhasilan di atas kegagalannya.

BACA JUGA: Anies Baswedan Tegaskan Lapangan Kerja di Jakarta Masih Tersedia

"Tiga tahun tanpa kinerja dan tak satu pun yang bisa dibanggakan secara bersama oleh rakyat Jakarta, kecuali klaim keberhasilan semu yang dibanggakan secara hiperbolik oleh para pendukungnya," lanjut Ferdinand.

Dia menuturkan bahwa sejak tahun pertama hingga tahun ketiga, program-program Anies dalam kampanyenya 2017 lalu belum ada yang terealisasi hingga kini.

BACA JUGA: Penjelasan Kombes Yusri Ditanya Video Begituan Mirip Gisel

Bahkan, Anies semakin menjauh dari harapan akan menepati janji karena saat ini waktu sudah dipergunakan untuk mempersiapkan diri pada agenda politik berikutnya yaitu Pilkada Jakarta 2022, atau jangan-jangan sudah berpikir untuk Pilpres 2024.

"Tahun pertama hingga tahun ketiga itu pun publik selalu ramai dengan kegagalan yang dianggap keberhasilan oleh pendukung Anies," sebut politikus yang pernah memimpin Barisan Relawan Jokowi Presiden atau Bara JP ini.

Dia pun menyodorkan sejumlah bentuk kegagalan Anies Baswedan memimpin Jakarta. Mulai penanganan banjir, normalisasi kali atau naturalisasi versi Anies yang tidak jelas, pencemaran udara tak kunjung turun, dan kesejahteraan rakyat Jakarta tak juga membaik.

Selain itu, pengangguran bertambah bahkan di atas rata-rata angka nasional yaitu sebesar 10,95 persen, sementara rata-rata nasional berada di angka 7,7 persen.

Lalu, angka kemiskinan DKI Jakarta naik sebesar 1,11 persen yang merupakan kenaikan tertinggi di Indonesia yang semula 3,42 persen pada September 2019, menjadi 4,53 persen pada Maret 2020.

"Bukankah ini deretan kegagalan yang paripurna? Kembali kepada kata culas, dengan data dan informasi itu, apakah kata culas layak disematkan kepada Anies karena selalu berbangga dan merasa berhasil memimpin Jakarta dan dipuja para pendukungnya sebagai Gubernur yang sukses? Belum bisa jawab? Baiklah kita tambah data dan informasi," tutur Ferdinand.

Dia lantas menyebut bahwa pada September 2020, Anies meminjam dana dari pusat sebesar Rp 12,5 triliun dengan status sebagai dana PEN yang bertujuan untuk Peningkatan Ekonomi.

Namun, katanya, utang itu justru digunakan sebesar Rp 3,26 triliun di tahun 2020 yang untuk infrastruktur. Kemudian, untuk pengendalian banjir Rp 1 triliun, peningkatan layanan air minum Rp 14,9 miliar.

Berikutnya, untuk pengolahan sampah Rp 91,67 miliar, transportasi Rp 768,14 miliar, sektor pariwisata untuk revitalisasi TIM Rp 200 miliar dan infrastruktur olahraga Jakarta International Stadium Rp 1,18 triliun.

"Pengendalian banjir satu triliun rupiah untuk yang mana? Normalisasi tak jelas juga. Tetapi yang paling menarik dari dana triliunan itu adalah dana Rp 200 M untuk TIM dan Rp 1,18 T untuk Jakarta International Stadium," sebut direktur eksekutif Energy Watch Indonesia (EWI) ini.

Ferdinand mempertanyakan pantaskah Anies mengucurkan dana sebesar itu untuk sesuatu yang tak penting saat ini untuk rakyat Jakarta? Mengapa pula dana PEN digunakan untuk proyek tak penting saat di masa pandemi ini?

Dia menduga, hal itu dilakukan Anies karena egonya sebagai gubernur, dan kemungkinan proyek TIM dan stadion itu akan jadi jualan keberhasilan di Pilkada 2022.

"Pantas saja Anies lebih mengorbankan kebutuhan rakyat Jakarta demi ego pribadinya membangun Stadion dan TIM yang tentu akan monumental. Culas!? Mungkin belum, ayo kita tambah data dan informasi," ucap Ferdinand.

Dia juga menyinggung soal UMKM yang merupakan sektor ekonomi mikro sebagai penopang ekonomi nasional dan menjadi penyumbang lapangan kerja.

Ironisnya, kata dia, untuk sektor ini Anies membantu dengan cara menyediakan dana di BPD (Bank DKI) sebesar Rp 500 miliar untuk UMKM.

"Gratis? Tentu tidak, karena ini pinjaman," ucap Ferdinand.

Semestinya, kata Ferdinand, UMKM itu dibantu secara cuma-cuma, dibagikan dalam bentuk uang sebagai bantuan untuk bertahan di tengah pandemi Covid-19. Bukan menyuruh pelaku UMKM berutang ke bank DKI dengan judul bantuan.

"Anies ngutang ke pusat untuk ego pribadinya, UMKM disuruh ngutang ke Bank DKI. Hahaha bagaimana? Apakah kata culas sudah dapat disematkan kepada Anies? Silahkan nilai sendiri wahai rakyat Jakarta," tandas Ferdinand.(fat/jpnn)


Redaktur & Reporter : M. Fathra Nazrul Islam

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler