jpnn.com - PACITAN - Serangan demam berdarah dengue (DBD) di Kota Pacitan kian mengganas. Berdasar data dinkes setempat, hingga pertengahan Februari, ada 26 penderita penyakit yang disebabkan gigitan nyamuk Aedes Aegypti tersebut.
Jumlah itu lebih banyak lima penderita dibanding periode sama pada 2013. "Tahun lalu ada sekitar 21 penderita DBD," ujar Kasi Pemberantasan Penyakit Dinas Kesehatan Pacitan Suryono Sabtu (15/2).
BACA JUGA: Bayi Dibuang Tewas Kedinginan
Menurut dia, wabah DBD itu hanya terdapat di Kecamatan Pacitan (kota). Yakni, di Kelurahan Pacitan, Sidoharjo, Ploso, Sumberharjo, dan Baleharjo. Hampir semua wilayah tersebut masuk dalam kategori endemik DBD.
"Korbannya mulai anak-anak hingga dewasa. Namun, belum ada yang meninggal," ucapnya.
BACA JUGA: Venna Melinda Sumbang Bantuan Korban Erupsi Kelud
Meski begitu, lanjut dia, peristiwa tersebut belum dikategorikan kejadian luar biasa (KLB). Sebab, sebuah peristiwa dianggap KLB jika terdapat lebih dari 200 penderita.
Suryono menyebutkan, kasus DBD di Pacitan kali ini tidak mengikuti siklus empat tahunan seperti tahun-tahun sebelumnya. Ledakan jumlah penderita pernah mencapai 274 pada 2010.
BACA JUGA: PTPN X Tampung 1.200 Pengungsi Gunung Kelud
"Sekarang siklusnya tahunan. Jumlahnya, bisa bertambah besar setiap tahun dibanding tahun sebelumnya," terangnya.
Sebagai upaya untuk menekan angka penderita penyakit tersebut, pihaknya sudah melakukan pengasapan atau fogging di beberapa wilayah endemi. Selain itu, pihaknya bekerja sama dengan puskesmas, instansi, serta organisasi masyarakat untuk menyosialiasikan pentingnya menjaga kebersihan. "Tidak semua daerah bisa di-fogging karena bergantung pada jumlah kasus yang teridentifikasi," paparnya.
Suryono mengungkapkan, fogging juga dilakukan jika suatu wilayah bebas jentik kurang dari 95 persen. Selain menjaga kebersihan lingkungan, tambah dia, masyarakat perlu mewaspadai genangan air di selokan, air minum dalam dispenser, dan air minum hewan ternak. (her/sat/JPNN)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Bandara Yogyakarta dan Solo Tutup Lebih Lama
Redaktur : Tim Redaksi