Seribu Peserta Hadiri Grand Event ESQ di Malaysia

Kamis, 15 September 2022 – 12:08 WIB
Datuk Nooh Gadut, pengerusi Muzzakarah Fatwa Kebangsaan Malaysia (MUI Malaysia) dari kiri bersama Ary Ginanjar Agustian saat pembukaan ESQ Grand Event Training Malaysia. Foto dok ESQ

jpnn.com, MALAYSIA - Seribu peserta dari empat negara yakni Malaysia, Brunei Darussalam, Singapura dan Indonesia, mengikuti grand Event Training ESQ di Malaysia.

Acara yang berlangsung selama tiga hari di Shah Alam Convention Center (SACC) Selangor-Malaysia pada 10-12 September 2022 itu, dibuka langsung oleh Ketua Mufti Muzakarrah Fatwa Kebangsaan Malaysia, Datok Nooh Gadut.

BACA JUGA: UMKM yang Terdigitalisasi Mampu Tingkatkan Jangkauan Pemasaran

"Semua hal yang positif mesti diterima dengan positif. Dan semua hal yang negatif kita terima dengan positif. Pada akhirnya insyaAllah semuanya akan bernilai positif. Apapun penyelesaian yang bisa diandalkan yang  terbaik adalah pendidikan, dakwah, dan sebaran islam. Maka ESQ berperan dalam hal ini," ujar Datok Nooh Gadut.

Sementara itu, Founder ESQ Group, Ary Ginanjar Agustian merasa senang dengan kehadiran para tokoh besar tersebut beserta jajarannya.

BACA JUGA: eSIM Traveling, Solusi Praktis Terhubung ke Internet Saat Berpergian di Luar Negeri

Ary mengungkapkan selama 17 tahun dirinya bolak balik ke Malaysia dan mendidik lebih dari 150 ribu lebih rakyat Malaysia, dia menemukan empat hal.

"Malaysia fokus ke pembangunan SDM, keinginan belajar yang kuat, semangat wirausaha yang tinggi tanpa gengsi, hormat dan menjaga adab kepada guru sehingga menjadi berkah," tuturnya.

BACA JUGA: Ratusan Warga di Bojonegoro Dukung Ganjar Pranowo Jadi Presiden

Untuk itu, Ary coba membuka rahasia bagaimana cara menjawab tiga hal yang dicari manusia yaitu siapa saya, di mana saya dan mau ke mana saya.

Karena menurutnya, jika tiga kunci ini terjawab maka kita akan dapat 3 hal yaitu kebahagiaan, ketenangan, kejayaan.

"Jika kita ingin bahagia, pertama kita harus bereaksi terhadap kecenderungan kita untuk mengikuti garis perlawanan yang paling sedikit, kecenderungan yang menyebabkan kita tetap apa adanya. Atau melihat terutama pada kegiatan-kegiatan di luar diri kita untuk apa yang akan memberikan dorongan baru untuk hidup kita. Saya kutip dari kata kata Piere Teilhard De Cardin," jelas Ary.(chi/jpnn)


Redaktur & Reporter : Yessy Artada

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Tag

Terpopuler