Sertifikasi Bisa Bikin Guru Stres

Senin, 23 Januari 2012 – 08:43 WIB

BANDUNG- Tidak lolosnya ribuan guru di Jawa Barat mengikuti tes sertifikasi, akhirnya dikomentari oleh Ketua Umum PB PGRI, Sulistiyo. Dia meminta agar guru sabar dan tangguh menghadapai berbagai persoalan dan sistem yang diberlakukan oleh pemerintah maupun pemerintah daerah.

"Sabar, dalam pemahaman tidak emosional dan tidak cepat marah mengingat sekarang banyak sekali peristiwa yang memancing emosi para guru. Peserta didik yang terkadang berperilaku khusus, orang tua yang meminta perlakuan istimewa, rekan sekerja dan atasan yang sering tak bisa memahami berbagai persoalan yang dihadapinya," tuturnya.

Ia juga mengungungkapkan agar guru bisa sabar ketika menghadapi berbagai tuntutan dari birokrasi yang terkadang bernuansa menuntut dan menghukum. Hal tersebut dikatakan Sulistiyo lantaram kesabaran guru sangat penting untuk menyukseskan tugas akademiknya dalam mengajar dan mendidik para siswa.

"Guru yang tidak sabar dalam kondisi sekarang bisa memicu stres yang justru mengancam tugas mulia guru. Jika guru stres 40-an anak manusia dalam kelas yang menjadi asuhannya bisa menjadi korban," katanya.

Namun, sabar bukan berarti kalah, tetapi mengalah untuk menang. Itu dijelaskannya agar memperhatikan berbagai "upaya" pemerintah dan pemerintah daerah untuk. Meningkatkan mutu guru, yang nampak akhir-akhir ini dikatakan Sulistiyo meminta agar para guru di samping sabar juga harus tangguh.

"Guru tak boleh cengeng, tak boleh lemah, tak boleh putus asa. Sikap itu penting, sebab menurutnya, sekarang banyak pemerintah kabupaten/kota menganiaya guru, memutasi sewenang-wenang, memindah guru yang sengaja dijauhkan dari tempat tinggal dan keluarganya," tegasnya.

Ditambahkannya, banyak kasus guru yang sudah diangkat menjadi pejabat struktural dan memperoleh tugas tambahan diturunkan dengan tidak berdasarkan norma kepegawaian dan akademik, dipotong gajinya, diminta sumbangannya, dan sebagainya.

Sulisyo menilai ketangguhan guru juga diperlukan ketika menghadapai berbagai sistem pembinaan guru yang sekarang kurang bersahabat kepada guru. Misalnya, Permenpan dan RB No 16/2009 yang mulai berlaku Januari 2013.

"Banyak yang sangat sulit dilakukan oleh guru, terutama berkaitan dengan pengumpulan angka kredit untuk kenaikan pangkat. Berbagai urusan sekarang cenderung lebih rumit. Lihat saja, dukungan untuk studi lanjut, banyak guru yang tak punya uang untuk biaya kuliah ke S1, tetapi anggaran di Kemdikbud banyak yang tak terserap," ungkapnya.

Perihal impasing, dikatakannya saat ini sistemnya lebih lama, bisa berbulan-bulan bahkan banyak yang tahunan tidak dapat diselesaikan dengan baik, proses sertifikasi semakin lama semakin sulit.

"Mengurus NRG bagi guru agama tahunan, sehingga TPG-nya hangus satu tahun. Pengelolaan DAK maupun BOS perlu ketangguhan, banyak guru yang mendapat tugas mengelolanya, repot, ditekan oleh birokrasi maupun LSM untuk melakukan penyimpangan. Urusan kenaikan pangkat, guru2 yg gol IV/a ke atas, sekarang lebih dari 600.000 orang tertahan," tuturnya.

Oleh karenannya ia menilai jika guru tak sabar dan tangguh akan banyak yang stres. Betapa tidak, banyak pihak yang tak rela guru meningkat kesejahteraannya dengan tunjangan profesi pendidik melalui proses sertifikasi. (tie)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Ada Dana BOS, Sekolah Jangan Jorok Lagi


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler