Setahun 500 Ton Kodok Hijau Diekspor, Rp 72 Ribu per Kilo

Senin, 12 Januari 2015 – 08:42 WIB

PALEMBANG – Bagi sebagian orang, kodok/katak merupakan binatang yang menjijikkan. Namun siapa sangka, ada di antara jenis kodok yang bernilai ekonomis tinggi karena dapat dimakan, yakni kodok hijau atau kodok sawah atau kodok lembu.
    
Meski disebut kodok hijau, tapi tidak seluruh kulitnya berwarna hijau. Kodok ini biasa hidup di alam bebas, namun dapat diternakkan. Saat komoditas ekspor Sumsel lain mengalami fluktuatif perdagangan, kodok hijau justru tetap diminati importir luar negeri.
    
Terbukti dari data ekspor impor Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Sumsel, komoditas daging kodok hijau laris di pasar dunia.

 “Tercatat, daging kodok hijau dari kita (Sumsel) paling banyak diekspor ke kawasan Eropa,” ujar Ir Permana MMA, Kepala Disperindag Sumsel, kepada Sumatera Ekspres.
    
Dijelaskannya, walau tidak termasuk komiditas unggulan, namun kodok hijau salah satu dari 133 komoditas ekspor Sumsel. “Kodok hijau ini biasa hidup liar di sawah. Biasanya banyak bermunculan saat musim hujan, karenanya bersifat musiman,” bebernya.

BACA JUGA: Heboh, Jenglot Ditemukan di Kuburan

Saat musim hujan tiba, para pencari kodok jenis ini akan panen rezeki. Hasil tangkapan dikumpulkan untuk dijual. “Nah, di Sumsel ada satu pengumpul dan eksportir kodok hijau, yakni PT Agung Jaya Sari Sakti,” kata Permana.

Kodok hijau bisa hidup di daerah tropis. Bahkan termasuk mudah berkembang biak. Kondisi alam yang mendukung ini membuat jumlah ekspor kodok hijau dari Sumsel terus bertambah banyak dari waktu ke waktu.
    
“Data yang kami terima dalam satu tahun, ekspor kodok hijau bisa mencapai 400 hingga 500 ton. Sedangkan harganya US$6 (Rp72 ribu) per kilogram. Jelas ini sangat menguntungkan. Bahkan, nilainya lebih tinggi dari komoditas ekspor kopi kita (Sumsel),” tuturnya.

BACA JUGA: Perahu Pesiar Dihempas Ombak, Ini Nama-nama Penumpangnya

Pangsa pasar ekspor kodok hijau Sumsel ternyata cukup luas. Sebagian besar adalah negara-negara di Benua Eropa. “Mulai dari Perancis, Belanda, Inggris hingga negara Eropa lain, termasuk Amerika Serikat,” cetusnya.

Di Sumsel, ada beberapa daerah yang menjadi lokasi kodok hijau itu hidup dan berkembang biak, yakni Ogan Ilir, Palembang, OKI, OKUT, dan lainnya.

BACA JUGA: Ingatkan Pemberkasan CPNS K2 Gratis

Daging kodok adalah sumber protein hewani yang tinggi kandungan gizinya. Limbah kodok yang tidak dipakai sebagai bahan makanan manusia dapat dipakai untuk ransum binatang ternak, seperti itik dan ayam.

“Kulit kodok yang telah terlepas dari badannya bisa diproses menjadi kerupuk kulit kodok. Kepala kodok yang sudah terpisah dapat diambil kelenjar hipofisanya dan dimanfaatkan untuk merangsang kodok dalam pembuahan buatan. Sebagian orang percaya daging kodok dapat menyembuhkan beberapa penyakit dan meningkatkan vitalitas,” ungkap Permana.

Dari informasi yang didapatkan Disperindag Sumsel, PT Agung Jaya Sari Sakti melakukan ekspor kodok hijau tersebut dua kali dalam sebulan.

“Kodok hijau yang dieskpor tentunya tidak dalam keadaan hidup, tapi sudah dikuliti, dibersihkan, dan di-frezeer. Dengan begitu, dagingnya tidak rusak,” tandasnya. (wia)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Sudah Biasa dengan Tiket Mahal


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler