Setahun Dolly Ditutup, Keluarga Tante Dolly Surati Bu Risma, Isinya…

Senin, 25 Mei 2015 – 06:31 WIB
Ilustraso. FOTO: dok/jawapos

jpnn.com - SURABAYA - Pemkot Surabaya terus berupaya memperbaiki infrastruktur di bekas kawasan prostitusi Dolly di Surabaya. Ya, sejak setahun lalu kawasan prostitusi yang disebut-sebut terbesar se-Asia Tenggara itu  telah ditutup. Kini pemda berupaya memperbaiki wajah Dolly agar jauh dari kesan mesum dan esek-esek.

Yang paling sederhana, pemkot akan menambah lampu penerangan jalan. Kawasan itu bakal benderang agar tidak gelap. Jalan-jalan akan dilebarkan. Termasuk pembangunan jalur pedestrian dan upaya penghijauan. Ada juga pembuatan box culvert untuk saluran pencegah banjir. 

BACA JUGA: Di Tempat Inilah Mbak-mbak Cantik di Dolly, Beri “Pelayanan” Si Hidung Belang

''Memang tidak bisa serta-merta terwujud semua. Ada proses lelang dan yang lain. Yang penting lingkungannya sehat dulu,'' ucap Eko.

Tak hanya itu, pemerintah kota yang dipimpin Tri Rismaharini itu juga menghapus kata Dolly. Kawasan tersebut diperkenalkan dengan nama Putat Jaya. 

BACA JUGA: Self Service Harus jadi Member, Bayar Rp 300 Ribu, dapat Bonus...

Hal itu juga sesuai dengan permintaan keluarga sosok Dolly yang saat ini masih di Malang. Sang adik laki-laki Dolly saat ini masih berada di Malang. ''Dia mengirimkan surat ke Bu Wali meminta rehabilitasi nama. Katanya, Dolly bukan muncikari. Dia cuma menyewakan tempat yang ternyata untuk kegiatan prostitusi,'' ujar Asisten Kesejahteraan Rakyat Pemkot Surabaya Eko Haryanto.

Temuan Jawa Pos  dari kesaksian warga sekitar dan catatan Pemkot Surabaya, Dolly berdiri pada awal 1970-an pasca penggusuran warga stren Kali Jagir oleh Wali Kota Surabaya saat itu, R. Soekotjo. 

BACA JUGA: Fotonya Aduhai, Ketemu Kecewa Banget

Para warga korban penggusuran itu dipindahkan ke sebuah lokasi yang dekat dengan makam warga Tionghoa Kembang Kuning. Yakni, di kawasan Putat Jaya dan Girilaya. Karena kultur warga stren kali saat itu yang dekat dengan kemiskinan, pelacuran pun tumbuh.

Lalu, muncullah seorang perempuan bernama Dolly. Ada dua versi mengenai perempuan yang disebut-sebut masih punya darah keturunan Belanda tersebut. 

Yang pertama bernama Dolly van Der Mart dan yang kedua adalah Dolly Khavit. Ada yang menyebut dolly berperan muncikari dan kemudian mengorganisasi PSK. Ada memang ada yang menyebut dia menyewakan tempat untuk kegiatan prostitusi. Maka muncullah wisma pertama di kawasan tersebut.

Kawasan itu terus berkembang hingga dari jumlah PSK dan luas wilayah operasi, Dolly disebut-sebut mengalahkan distrik lampu merah Phat Pong di Bangkok, Thailand, ataupun kawasan Geylang di Singapura. Pada masa jayanya, hampir 100 ribu orang berkunjung setiap malam ke Dolly. (jun/nir/c19/ayi/mas)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Sssstt… Diam-diam Banyak PSK yang Masih Praktik di Dolly, Ini Tarifnya


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler