jpnn.com - Peristiwa Wakil Bupati Morowali Utara (Wabup Morut), Sulteng, Moh Asrar Abd Samad mengamuk di Ruang Pola Kantor Bupati, Jumat (9/2) sore, masih menjadi perbincangan hangat di masyarakat.
Apa sebenarnya pemicu kejadian itu ? Berikut hasil penelusuran wartawan Radar Sulteng.
BACA JUGA: Soal Mobil Dinas Istri juga Picu Wabup Morut Emosi
Ilham Nusi, Morowali Utara
Warga Morut penasaran, bagaimana ujung dari perseteruan Asrar dengan Bupati Morut Aptripel Tumimomor itu. Apakah mereka akan pecah kongsi atau berdamai.
BACA JUGA: Kronologis Wabup Morut Mengamuk, Banting Foto Bupati, Braak!
Sikap tak akur antara Bupati Morut Aptripel Tumimomor dengan Wakil Bupati Moh Asrar Abdul Samad sejak lama mencuat.
Meski begitu, keduanya tidak saling serang. Hingga saat pelantikan pejabat baru di ruang pola kantor bupati setempat menjadi gaduh, Jumat (9/2) sore.
"Hentikan pelantikan ini," hardik Asrar kala itu sembari merebut SK kepegawaian, merobek serta menendang meja.
Ipe tampak tenang, bahkan Ketua DPD II Partai Golkar ini memilih diam dan membiarkan Asrar meluapkan emosinya. Tak terpancing suasana, Ipe selanjutnya melantik 133 pejabat eselon III dan IV.
Banyak pihak menduga, gesekan yang berlangsung hampir dua tahun terakhir ini berpengaruh hingga ke tatanan pemerintahan.
Saling membangun blok kedua kubu akhirnya tak terelakan. Bahkan sampai ke urusan proyek.
Asrar langsung merespons pesan singkat wartawan Radar Sulteng (Jawa Pos Group), Sabtu (10/2), untuk bertemu. Ia siap membeber penyebab pertengkarannya dengan pasangannya di Pilkada 2015 silam itu.
Ditemui di kediamannya di Kelurahan Bahoue, Kecamatan Petasia, Asrar sedang asik berbincang di teras bersama sejumlah tamu.
Mengenakan celana jeans dipadu kaos, Asrar memepersilakan wartawan duduk bersama mereka.
Ketua DPC Partai Bulan Bintang (PBB) ini tidak menampik pernyataan Ipe soal kerenggangan hubungan kerja mereka. Bahkan komunikasi keduanya putus sejak belasan bulan terakhir.
"Saya putus komunikasi dengan Ipe sudah satu tahun lebih. Saya pernah hubungi pada saat pelantikan dan persoalan pembagian paket. Tapi dia tidak angkat HP-nya. Sms saya juga tidak dibalas. Dari situ saya setop hubungi dia," kata Asrar.
Lunturnya keharmonisan Ipe dan Asrar akhirnya mendorong pihak ketiga melakukan mediasi.
Beberapa tokoh masyarakat Mori antara lain Esra Tumimomor dan Cristian Rongko coba membicarakannya dengan Ipe. Namun kata Asrar, para tokoh itu tidak mendapat respons baik.
"Tokoh Mori itu masih keluarga Ipe. Tapi mengakunya tidak direspons baik. Padahal tujuannya untuk memperbaiki hubungan retak antara saya dan bupati," jelasnya.
Di tempat lain, DPRD Morut melakukan hal serupa. Beberapa surat panggilan melayang ke tangan Asrar. Hanya saja, Wabup tidak merespons.
Alasannya, surat panggilan Ketua DPRD Morut Syarifudin H Madjid itu tidak dapat menyelesaikan masalah. Pasalnya, kerenggangan itu adalah urusan pribadi menurut Asrar.
Upaya di atas gagal, mendorong para tokoh berpengaruh di Kolonodale kemudian menyusun sikap.
Asrar kemudian diundang untuk modui, acara yang menghidangkan makanan berbahan sagu di rumah H Najamain Dg Djide di Bahoue.
Langkah itu diungkapkan Sekretaris PHBI Morut Yusri Ibarahim di Kolonodale, Jumat malam.
Pada pertemuan yang dihadiri sejumlah tokoh masyarakat itu, Yusri mengatakan harapan terbesar masyarakat Morut ingin melihat hungungan Bupati dan Wabupnya kembali harmonis.
"Kepada kami, Wabup mengaku bersedia kembali beraktivitas seperti biasanya. Tapi akhirnya malah kisruh di pelantikan kemarin," ujarnya.
Mediasi berlanjut. Pasca kisruh pelantikan, Kapolres Morowali AKBP Edward Indharmawan EC segera menemui Bupati Morut di ruang kerjanya serta Wabup di rumah jabatannya.
"Kami mengapresiasi sikap bupati maupun wabup yang sama-sama bersedia dimediasi. Tentunya demi kebaikan masyarakat dan daerah juga," sebut Edward kepada awak media usai upaya tersebut.
Dari hasil diskusi, Asrar bersedia dipertemukan dengan Ipe, sebaliknya pun begitu. Sayangnya, ketiga pejabat tersebut belum mengatakan waktu dan tempat proses mediasi dilakukan.
"Demi kebaikan daerah dan semuanya, saya terima mediasi itu. Reaksi tanggap Kapolres Morowali juga saya apreasiasi karena itu memang sudah tugasnya," kata Ipe menjawab pertanyaan awak media.
Ipe dan Asrar memang jarang berdampingan. Bahkan pada upacara HUT Proklamasi Agustus 2017, Asrar tak tampak. Demikian pula dengan HUT Morut Ke-4, Oktober 2017. Asrar kembali tak terlihat.
Kepala Dinas Kesehatan Daerah Morut Delnan Lauende mengatakan, di awal menjabat kepala daerah, Ipe dan Asrar sangat harmonis. Keduanya saling mengisi sesuai tugas dan fungsi masing-masing.
"Awal bupati dan wabup dilantik, semuanya baik-baik saja. Nah sekarang komunikasi wabup khususnya ke Dinas Kesehatan memang sudah putus karena beliau sudah jarang masuk kantor," ungkap Delnan dihubungi melalui sambungan telepon, Sabtu sore.
Perselisihan pasangan kepala daerah itu diduga akibat pembagian kue yang tak seimbang. Wabup mengaku hak-haknya menggarap proyek pembangunan di Kecamatan Mamosalato dan Bungku Utara diserobot oleh orang-orang Bupati.
Di sisi lain, Bupati justeru menegaskan diriya tidak mengurusi proyek. Sehingga tudingan Wabup tidak beralasan.
"Saya tidak pernah mengurusi proyek. Segala komitmen antara kami juga berjalan baik," ungkap Ipe.
Di masa pencalonan kandidat peserta Pilkada Morut 2015, Asrar sebenarnya adalah pemain pengganti. Awalnya, Ipe berpasangan dengan Abdul Salam, kader Partai Keadilan Sejahtera (PKS) yang ketika itu adalah anggota DPRD Morut.
Tapi, akhirnya Abdul Salam memilih tetap di kursi legislatif. Nama Asrar akhirnya menjadi pilihan sebagai pengganti. Meski Ipe mendapat tentangan dari banyak pihak atas pilihan ini.
Asrar yang kala itu sedang berada di Jakarta mengurus usungan PBB buat Ipe, akhirnya menerima tawaran tersebut.
Namun dengan catatan, ia maju jika Ipe memegang komitmen dan bersedia membantu pendanaan.
"Saya memang tidak punya uang kala itu. Tapi saya akhirnya berhutang ratusan juta ikut membiayai perjuangan kami. Sebenarnya tanpa PBB, Ipe akan gagal mencalonkan diri. Dukungan parpol ini sebenarnya lebih mahal dari sekadar biaya kampanye," tegas Asrar.
Sebelum menjadi Bupati, Ipe sejatinya adalah penyedia jasa konstruksi yang namanya cukup besar di Makassar, Sulawesi Selatan.
Master Teknik ini juga bergelut di bisnis property. Bahkan jiwa bisnisnya membawa Ipe menjamah daerah lain.
Sementara Asrar tulen politisi. Sebelumnya, dia menduduki kursi Wakil Ketua I DPRD Morowali. Di luar itu, Asrar adalah pekebun kelapa sawit di daerah asalnya, Mamosalato, Morut.
Saat Pilkada, Ipe – Asrar mendapat usungan dari PBB, PKS, PKPI. Sedangkan Partai Golkar hadir di ujung waktu sebagai partai pendukung.
Berdasarkan data resmi KPUD Morut, Ipe – Asrar melaju ke kursi pertama Pilkada Morut dengan perolehan 18.675 suara atau 32 persen dari 58.351 suara sah kala itu.
Ipe – Asrar kemudian resmi dilantik Gubernur Sulteng H Longki Djanggola pada 17 Februari 2016 bersama Bupati Poso, Bupati Sigi, Walikota Palu, dan Bupati Tolitoli.
Bagaimana sikap Bupati? Beranjak ke rumah jabatan Bupati Morut di Kelurahan Kolonodale, Petasia, wartawan tidak berhasil menemui Aptripel Tumimomor.
Menurut petugas Satpol PP yang sedang bertugas, Ipe berangkat ke Makassar untuk melayat keluarganya yang meninggal dunia.
"Bapak sudah ke Makassar. Tadi malam beliau berangkat melalui Bandara Poso," kata petugas di gerbang rujab Bupati.
Namun, sebelumnya Bupati Morut Aptripel Tumimomor membantah tudingan soal pengaturan proyek.
Ia menegaskan bahwa selama ini hanya mengurus apa yang menjadi tugas dan kewenangnya sebagai kepala daerah.
"Kalian juga tahu saya tidak mengurus proyek. Saya hanya bekerja sesuai kewenangan saya," kata Aptripel kepada awak media sebelum meninggalkan kantor Bupati, Jumat malam. (**)
Redaktur & Reporter : Soetomo