jpnn.com, MAGELANG - Masim Masruri, kakek 65 tahun ini dianggap meninggal oleh keluarganya lantaran sudah 30 tahun menghilang.
Namun berkat media sosial, semua berubah.
BACA JUGA: Aksi Orang Ini Sungguh Nekat, Sampai Viral di Media Sosial
"Keluarga mengira dia sudah meninggal. Karena dulu pernah ada kabar dari rumah sakit seperti itu, setelah dia pergi dari rumah,” ujar Musyafak, adik kandung Masim, seperti dikutip dari Radar Semarang, Senin (29/3).
Setelah adanya kabar tersebut, keluarga dan warga di Dusun Kalisalak, Kecamatan Secang, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah melakukan tahlilan untuk mendoakan Masim. Semua telah mengikhlaskan Masim.
BACA JUGA: Pengguna Media Sosial Harus Mampu Menjaga Moralitas Publik
Namun, tanpa diduga, 30 tahun kemudian, Masim ditemukan masih hidup.
Dia diketahui berada di Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur.
BACA JUGA: Sudah 91 Tahun Berdiri, Sekolah di Wilayah Terpencil Magelang itu Kini Mendapatkan Bantuan
Keluarga mengetahui keberadaan Masim dari sebuah unggahan di media sosial.
Dalam unggahan tersebut, Masim tengah dirawat oleh warga Probolinggo bernama Meri Novita.
Meri menemukan Masim telantar. Sehingga ia tergerak untuk merawat.
Saat meninggalkan rumah pada 30 tahun lalu, Masim memang dalam kondisi kejiwaan yang terganggu.
Saat wartawan koran ini berkunjung ke rumahnya, Masim dengan kaus oblong, sarung serbahitam, serta peci putih tidak banyak bicara. Hanya menghisap rokok. Sambil sesekali berbicara sendiri.
Menurut keluarga, Masim mengalami gangguan jiwa sejak umur 16 tahun. Lantaran depresi setelah gagal mondok di Pondok Pesantren (Ponpes) Gontor, Jawa Timur.
“Kakak saya minta mondok di Gontor. Namun orang tua tidak mampu. Akhirnya malah depresi, dan kena gangguan jiwa,” kata Musyafak.
Akibat gangguan jiwa tersebut, Masim sering berpidato sendiri. Rumahnya juga dipenuhi dengan tulisan "Pondok Gontor” dan berbagai tulisan Arab.
“Dulu rumah ini penuh tulisan Arab sama tulisan Pondok Gontor. Oleh kakak saya,” kata Musyafak, yang duduk di samping Masim.
Sementara Masim masih juga bingung dengan tatapan kosong.
Musyafak mengatakan, keluarga saat itu tidak mengira Masim bakal pergi jauh karena tidak berpamitan.
Masim pergi saat usianya menginjak 35 tahun. Keluarga sempat mencari ke berbagai daerah, termasuk ke Jakarta.
Namun tidak kunjung ditemukan. Mereka khawatir dengan Masim karena dia hilang dalam kondisi kejiwaan yang terganggu.
Pencarian tersebut berhenti setelah adanya kabar bahwa Masim telah meninggal.
Kabar ditemukannya Masim di Probolinggo diketahui oleh Muhammad Ridwan, pegawai Kecamatan Secang yang masih keluarga.
Saat itu Ridwan sempat tidak percaya karena yang dia tahu Masim sudah meninggal.
Dalam unggahan tersebut tersurat bahwa telah ditemukan seorang kakek telantar asal Kalisalak, Magelang.
“Saat ditanya oleh Mbak Meri. Dia (Masim) hanya menyebutkan Kalisalak, Magelang,” tutur Ridwan.
Sekilas dia mengenali foto dalam unggahan tersebut mirip Masim.
Dia pun segera meminta kontak Meri lewat media sosial untuk memastikan kalau kakek tersebut adalah saudaranya atau bukan.
Kepada Meri, Ridwan meminta divideokan jari tangan kakek tersebut.
Karena Ridwan tahu di bagian jari manis tangan kiri Masim ada bekas luka dalam.
“Setelah divideo ternyata memang ada bekas luka dalam di bagian jari manis. Bekas lukanya persis seperti punya Mbah Masim,” katanya.
Akhirnya, keluarga bekerja sama dengan Dinas Sosial (Dinsos) Kabupaten Magelang melakukan penjemputan ke Probolinggo.
Saat kali pertama bertemu keluarga, Masim agak bingung, namun segera mengenali adik kandungnya.
“Waktu pertama bertemu, Mbah Masim sempat mau menangis. Walaupun kondisi kejiwaannya terganggu,” ungkap Ridwan.
Saat sampai di Dusun Kalisalak, warga pun sempat terkejut. Karena selama ini mereka menganggap dia telah meninggal.
Ketika Radar Semarang berada di rumah Masim, beberapa warga sekitar berkunjung untuk menengok.
Karena sudah 30 tahun menghilang, mereka mencoba untuk menggali ingatan Masim.
Namun pria 65 tahun itu lupa-lupa ingat. Apalagi dalam kondisi kejiwaannya yang terganggu.
Ridwan menambahkan, rencananya Masim akan dibuatkan KTP dan Kartu Keluarga (KK).
Karena sejak hilang 30 tahun lalu, dia tidak mempunyai data terkait identitas diri. (*/aro)
Redaktur & Reporter : Adek