jpnn.com, JAKARTA - PT Garuda Indonesia melakukan pencatatan perdana produk Kontrak Investasi Kolektif Efek Beragun Aset (KIK EBA) GIAA01 di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Selasa (31/7) kemarin.
KIK EBA GIAA01 merupakan instrumen sekuritisasi aset keuangan pertama di Indonesia yang menjadikan hak pendapatan atas penjualan tiket pesawat sebagai agunan. Adapun pendapatan dari penjualan tiket yang diagunkan yaitu rute penerbangan Jeddah dan Madinah.
BACA JUGA: Bamsoet Ingatkan BUMN Tak Bayar Utang dengan Aset Negara
Menteri BUMN Rini Soemarno mendukung aksi korporasi yang diambil Garuda Indonesia. Menurutnya, sekuritisasi aset yang dilakukan Garuda merupakan upaya menjaminkan aset termasuk salah satunya atas pendapatan di masa depan yang akan dialihkan hak pendapatannya.
Dari aspek risiko, produk sekuritisasi lebih terkendali karena aset yang di gunakan sebagai agunan sudah terseleksi dengan baik.
BACA JUGA: Garuda Indonesia Tekan Kerugian hingga 60 Persen
Rini mengatakan, penerbitan KIK EBA GIAA01 menjadi solusi alternatif pendanaan bagi PT Garuda Indonesia untuk memenuhi kebutuhan finansial perusahaan sehingga perseroan mempunyai modal yang lebih besar untuk terus berekspansi.
“Ini adalah salah satu solusi alternatif pendanaan yang dilakukan Garuda Indonesia untuk memenuhi kebutuhan finansial perusahaan. Semoga inisiatif ini akan mendorong perbaikan kinerja Garuda Indonesia dan juga mendukung program pemerintah dalam peningkatan konektivitas udara,” ungkap Rini.
BACA JUGA: Garuda Indonesia Sering Delay, Begini Kata Ketua DPR
Dalam kesempatan tersebut, Rini juga mendorong agar lebih banyak BUMN dan swasta untuk melakukan sekuritisasi aset mengikuti jejak Garuda Indonesia dan sebelumnya oleh PT Jasa Marga (Persero) Tbk, PT PLN (Persero) melalui anak usahanya PT Indonesia Power dan PT Bank Tabungan Negara yang melakukan sekuritisasi aset Kredit Perumahan Rakyat (KPR).
“Beberapa BUMN telah sukses menerbitkan sekuritisasi dan mendapat respons positif dari investor. Jadi pemerintah akan terus mendorong semakin banyak BUMN yang terlibat dan ke depannya," tandas Rini.
Produk investasi ini memiliki total nilai sebesar Rp 2 triliun yang terbagi menjadi dua kelas, yaitu kelas A dan kelas B.
KIK EBA GIAA01 kelas A dilakukan melalui penawaran umum kepada investor strategis dan dilakukan melalui pencatatan di BEI dan mendapat rating AA+ dari Pefindo dengan tingkat imbal hasil sebesar 9,75% pa, tenor 5 tahun, yang jatuh tempo pada 27 Juli 2023 dengan nilai mencapai Rp 1,8 triliun.
Sementara Untuk KIK EBA GIAA01 kelas B dilakukan melalui penawaran terbatas dengan nilai Rp 200 miliar untuk tenor sejenis dan tingkat imbal hasil yang tidak tetap.(chi/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Garuda Indonesia Tambah Frekuensi Penerbangan Medan-Nias
Redaktur & Reporter : Yessy