Setelah Kudeta, Tentara Mali Menjarah Isi Istana

Jumat, 23 Maret 2012 – 09:52 WIB

BAMAKO - Satu bulan menjelang berakhirnya masa jabatan Presiden Amadou Toumani Toure, Mali diguncang kudeta militer. Kemarin pagi (22/3), dengan mengerahkan kekuatan senjata, militer mengepung istana kepresidenan di ibu kota negeri Afrika Barat itu dan melengserkan secara paksa pemimpin 63 tahun tersebut. Toure pun sembunyi dan mengamankan diri.

"Komite Nasional untuk Penegakan Demokrasi dan Pemulihan Negara (CNRDR) mewakili seluruh elemen angkatan darat, serta pasukan pertahanan dan keamanan telah memutuskan untuk kembali berkuasa dan mengakhiri rezim Amadou Toumani Toure," terang CNRDR dalam pernyataan tertulisnya. Komite bentukan militer itu berjanji segera mengembalikan kekuasaan pada pemerintah baru.

Dalam keterangannya, CNRDR mengungkapkan bahwa kudeta itu tidak bertujuan untuk membentuk pemerintahan militer. Tapi, selama pemerintahan baru belum terbentuk, militer akan mengendalikan kekuasaan. "Segera setelah presiden baru terpilih secara demokratis, dan persatuan nasional serta integritas teritorial terwujud, kami akan mundur," tutur CNRDR.

Kudeta militer yang mengakhiri pemerintahan sipil sejak 1991 itu menuai reaksi keras. Organisasi regional negara-negara Afrika Barat (ECOWAS) mengutuk kudeta militer tersebut.

"Kami mengecam keras aksi kudeta yang terjadi di Mali. Selalu ada solusi damai yang jauh lebih baik dan bertanggung jawab untuk mengakhiri krisis," tegas seorang juru bicara ECOWAS.

Namun, militer Mali membantah bahwa yang mereka lakukan itu adalah kudeta. Melalui Twitter, militer Mali menegaskan bahwa aksi mereka di istana kepresidenan itu hanyalah pemakzulan. "Tidak ada kudeta di Mali," terang militer dalam akunnya di situs mikrobloging itu. Pasca- kudeta, militer membekukan konstitusi yang berlaku dan membubarkan parlemen Mali.

CNRDR menyatakan bahwa aksi yang mereka lakukan kemarin merupakan puncak dari kekesalan mereka pada pemerintahan Toure. Mereka menilai, Toure dan jajaran pemerintahannya telah gagal meredam aksi separatisme di utara Mali. Sejak pertengahan Januari lalu, suku Tuareg di kawasan utara memberontak. Baku tembak dengan pasukan pemerintah pun memaksa ribuan warga mengungsi.

Militer Mali berdalih terpaksa melakukan kudeta untuk mengganti jajaran pemerintahan yang dianggap tak becus. Apalagi, sejumlah besar serdadu tewas ketika memerangi pemberontak Tuareg. Sayangnya, pasca-kudeta kemarin, militer justru melakukan aksi tak terpuji. Para serdadu Mali tertangkap kamera menjarah berbagai properti milik istana kepresidenan.

Sembari mengacungkan senjata, para serdadu itu nekat membawa pulang barang-barang berharga dari istana. Baku tembak sempat pecah di beberapa kawasan, antara pasukan keamanan dan kelompok pendukung pemerintah. Militer juga menerapkan jam malam dan melarang warga sipil meninggalkan kediaman mereka. Sedangkan keberadaan Toure belum diketahui. (AP/BBC/hep/dwi)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Bangladesh Memblok Halaman Facebook


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler