jpnn.com, JAKARTA - Penggunaan obat anti-malaria klorokuin (chloroquine) untuk mengobati pasien COVID-19 telah dihentikan di beberapa rumah sakit Swedia.
Pasalnya, klorokuin memberikan efek samping seperti keram dan hilangnya penglihatan tepi
BACA JUGA: Kemenkes Siap Salurkan 400 Ribu Klorokuin ke Rumah Sakit
Rumah Sakit Universitas Sahlgrenska menghentikan penggunaan klorokuin dalam pengobatan COVID-19 sekitar dua minggu lalu.
"Ada laporan dugaan efek samping yang lebih serius daripada yang kita duga," kata Magnus Gisslen, seorang profesor dan kepala dokter di klinik infeksi Rumah Sakit Universitas Sahlgrenska, seperti dilansir laman WebMD, Senin (20/4).
BACA JUGA: Prancis Larang Penggunaan Klorokuin untuk Pasien Virus Corona, Kecuali
"Kami tidak bisa mengesampingkan efek samping yang serius, terutama dari jantung, dan itu adalah obat yang dosisnya keras. Selain itu, kami tidak memiliki bukti kuat bahwa chloroquine memiliki efek pada COVID-19," tambah Magnus Gisslen.
Tidak ada obat khusus yang digunakan untuk mengobati COVID-19 tetapi beberapa orang telah menganjurkan penggunaan obat anti-malaria chloroquine dan hydroxychloroquine.
BACA JUGA: Pasutri Minum Klorokuin untuk Cegah Corona, Malah Fatal Akibatnya
Penggunaan hydroxychloroquine untuk mengobati COVID-19 telah disetujui bulan lalu oleh Administrasi Makanan dan Obat-obatan AS, meskipun studi ilmiah dari dua obat anti-malaria telah menghasilkan hasil yang beragam.
Sebagai contoh, satu studi menemukan obat ini tidak memberikan manfaat tambahan untuk pasien COVID-19 yang sudah menerima obat antivirus.(fny/jpnn)
Redaktur : Djainab Natalia Saroh
Reporter : Djainab Natalia Saroh, Fany