Setujukah Jika Jokowi Calon Tunggal?

Sabtu, 21 April 2018 – 06:02 WIB
Presiden Joko Widodo menghadiri HUT Ke 45 PDIP dengan tema Pancasila Bintang Penuntun Indonesia Raya, Jakarta, Rabu (10/1). Foto : Ricardo

jpnn.com, JAKARTA - Pengamat politik Ujang Komarudin menduga pertemuan Wiranto dengan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) membahas sejumlah hal terkait politik jelang Pilpres 2019 dan dukungan Joko Widood sebagai calon tunggal.

Di antaranya, kemungkinan terkait peluang Partai Demokrat bergabung dengan koalisi partai politik pendukung Joko widodo.

BACA JUGA: PPP Yakin Tak Ada Capres Tunggal di Pilpres 2019

Menurut Ujang, pertemuan itu merupakan hal yang biasa dalam politik. Namun jika akhirnya Demokrat bergabung, kemudian Partai Gerindra juga ikut bergabung, maka pelaksanaan Pilpres 2019 tidak akan menarik. Karena terbuka kemungkinan pilpres hanya diikuti calon tunggal.

"Kalau partai-partai besar gabung dalam satu kubu, lantas lawannya siapa. Masa Pilpres hanya diikuti calon tunggal? Indonesia ini negara besar, penduduknya saja mencapai 250 juta lebih," ujar Ujang kepada JPNN, Jumat (20/4).

BACA JUGA: Pengin jadi Cawapres, Rizal Ramli Bertemu Timses Prabowo

Untuk diketahui, orang dekat Presiden Joko Widodo, Luhut Binsar Panjaitan sebelumnya juga bertemu Ketua Umum DPP Partai Gerindra.

Luhut mengaku pertemuan hanya antarsahabat. Namun banyak kalangan memprediksi pertemuan membahas kemungkinan Gerindra bergabung dengan koalisi Jokowi.

BACA JUGA: NasDem: PKB Mau Gabung ke Poros Prabowo atau Jokowi?

Direktur Eksekutif Indonesia Political Review (IPR) menilai, sangat tidak baik bagi perkembangan demokrasi jika pilpres hanya diikuti calon tunggal. Masyarakat dapat menjadi anti terhadap politik.

"Sangat disayangkan kalau sampai calon tunggal. Masyarakat bisa antipolitik," katanya.

Pengajar di Universitas Al Ahzar Indonesia ini juga menilai calon tunggal bisa diasumsikan Indonesia gagal menjalankan kaderisasi kepemimpinan.

"Saya kira hal ini perlu menjadi pertimbangan para petinggi politik, jangan sampai terjadi kemunduran demokrasi," pungkas Ujang.(gir/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Tomy Winata Tak Dukung Gatot Dalam Bursa Pencapresan 2019


Redaktur & Reporter : Ken Girsang

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler