jpnn.com, BETLEHEM - Presiden Amerika Serikat Joe Biden berjanji untuk melanjutkan upaya mengakhiri konflik puluhan tahun antara Israel dan Palestina, meskipun dia tidak menawarkan proposal baru guna memulai kembali dialog politik yang mandek antara kedua pihak.
Setelah pertemuan dengan Presiden Palestina Mahmoud Abbas di Kota Bethlehem, Tepi Barat, pada Jumat, Biden mengakui bahwa pembentukan negara Palestina merdeka masih jauh dari kenyataan tanpa adanya kemajuan pembicaraan baru dengan Israel.
BACA JUGA: Joe Biden Siap Kerahkan Militer demi Cegah Iran Miliki Senjata Ini
"Bahkan jika saat ini belum siap untuk memulai kembali negosiasi, Amerika Serikat dan pemerintahan saya tidak akan menyerah untuk mencoba membawa ... kedua belah pihak lebih dekat," kata dia.
Biden mengakui bahwa setelah bertahun-tahun upaya yang gagal untuk menyelesaikan konflik, warga Palestina yang hidup di bawah pembatasan berat di Tepi Barat dan Gaza yang diduduki menderita.
BACA JUGA: Joe Biden Mengaku Zionis, PM Lapid Menyebutnya Teman Terbaik Israel, Adakah Harapan Bagi Palestina?
"Anda bisa merasakan kesedihan dan frustrasi," ujar dia.
Sebelum melanjutkan perjalanannya di Timur Tengah untuk bertolak ke Arab Saudi, Biden mengunjungi sebuah rumah sakit di Yerusalem Timur dan menjanjikan paket bantuan keuangan dan teknis senilai 100 juta dolar AS (sekitar Rp1,5 triliun).
BACA JUGA: Nekat, Joe Biden Bakal Berkoar soal HAM di Arab Saudi
Selain bantuan untuk rumah sakit Yerusalem Timur, ia akan mengumumkan langkah-langkah untuk meningkatkan jaringan telekomunikasi di Tepi Barat dan Gaza ke standar 4G pada akhir 2023, serta langkah-langkah lain untuk memudahkan perjalanan antara Tepi Barat dan negara tetangga Yordania.
Akan ada paket dana terpisah 201 juta dolar AS (sekitar Rp3 triliun) yang disediakan melalui badan bantuan PBB UNRWA untuk membantu pengungsi Palestina.
Sementara itu, Abbas mengatakan prospek solusi dua negara, yaitu sebuah mekanisme yang didorong oleh AS dan PBB untuk mengakhiri konflik Israel-Palestina, mengalami kemunduran dan peluangnya "mungkin tidak bertahan lama".
"Bukankah sudah waktunya pendudukan ini berakhir?" kata Abbas.
Dia mengulangi tuntutan agar AS membuka konsulat di Yerusalem Timur, yang diinginkan Palestina sebagai ibu kota negara merdeka di masa depan, serta menghapus Organisasi Pembebasan Palestina dari daftar kelompok teroris dan mengizinkannya untuk membuka kembali kantor di Washington.
Abbas juga meminta dukungan AS untuk mengadili para pembunuh jurnalis Al Jazeera Shireen Abu Akleh, seorang warga negara Palestina-Amerika yang terbunuh dalam serangan Israel di Kota Jenin di Tepi Barat.
Sebelum kunjungannya, para pemimpin Palestina menuduh Biden memprioritaskan integrasi Israel ke dalam pengaturan keamanan regional dengan negara-negara Arab di atas kepentingan mereka, termasuk penentuan nasib sendiri dan melanjutkan pembangunan permukiman Israel di Tepi Barat, yang diduduki setelah perang pada tahun 1967. (ant/dil/jpnn)
Redaktur & Reporter : M. Adil Syarif