jpnn.com, WASHINGTON DC - Presiden Amerika Serikat Joe Biden menegaskan dia hanya akan menggunakan kekuatan militer sebagai upaya terakhir untuk mencegah Iran mendapatkan senjata nuklir.
Pernyataan itu disampaikan Biden saat dia memulai perjalanan ke Timur Tengah.
BACA JUGA: Solusi Demokratis Ala Iran: Abaikan Israel, Palestina Tentukan Semua
Berbicara dalam sebuah wawancara dengan media Israel Channel 12 TV, Biden mengatakan dia akan memasukkan Korps Pengawal Revolusi Islam (IRGC) Iran dalam daftar AS untuk Organisasi Teroris Asing (FTO) bahkan jika langkah itu dapat mematikan kesepakatan nuklir Iran 2015.
Wawancara Biden itu direkam sebelum dia meninggalkan Washington pada Selasa (12/7) tetapi ditayangkan pada Rabu (13/7).
BACA JUGA: Iran Rayakan Hari Al-Quds Sejak 1979, tetapi Palestina Tetap Jauh dari Kemerdekaan
Saat ditanya apakah pernyataan masa lalunya bahwa dia akan mencegah Teheran mendapatkan senjata nuklir berarti dia akan menggunakan kekuatan melawan Iran, Biden menjawab: "Jika itu adalah upaya terakhir, ya."
Iran membantah bahwa pihaknya sedang membuat senjata nuklir, dengan mengatakan bahwa program nuklirnya hanya untuk tujuan damai.
BACA JUGA: Republik Islam Iran Murka, Warga Israel di Luar Negeri dalam Bahaya
Teheran mencapai kesepakatan dengan enam negara kekuatan utama pada 2015 di mana ia membatasi program nuklirnya untuk mencegah pembuatan senjata sebagai imbalan atas keringanan sanksi ekonomi.
Namun, Presiden AS Donald Trump membatalkan kesepakatan pada 2018 dan menerapkan kembali sanksi keras terhadap Iran, dan hal itu mendorong Teheran sekitar setahun kemudian untuk mulai melanggar batas-batas kegiatan nuklir yang ada dalam perjanjian.
Upaya untuk menghidupkan kembali kesepakatan nuklir Iran sejauh ini gagal. Seorang pejabat senior AS mengatakan kepada Reuters bahwa peluang untuk menghidupkan kembali kesepakatan itu lebih rendah setelah pembicaraan tidak langsung antara Amerika Serikat dan Iran di Doha dua pekan lalu.
Para negosiator tampaknya mendekati kesepakatan baru pada Maret, tetapi pembicaraan menjadi macet sebagian besar karena penolakan AS terhadap permintaan Teheran agar Washington menghapus IRGC dari daftar kelompok terorisme. AS mengatakan permintaan itu di luar cakupan untuk menghidupkan kembali kesepakatan nuklir tersebut.
Saat ditanya apakah dia berkomitmen untuk menjaga IRGC dalam daftar FTO bahkan jika itu dapat mematikan kesepakatan, Biden menjawab: "Ya".
IRGC, yang adalah faksi politik yang kuat di Iran, mengendalikan kerajaan bisnis serta pasukan elit bersenjata dan intelijen yang dituduh Washington melakukan kampanye teroris global. (ant/dil/jpnn)
Redaktur & Reporter : M. Adil Syarif