Seventeen Menyisakan Sang Vokalis, Ini Perjalanan Kariernya

Selasa, 25 Desember 2018 – 16:34 WIB
Grup musik Seventeen. Foto: Istimewa

jpnn.com, JAKARTA - Grup musik Seventeen ramai diperbincangkan menyusul tsunami yang melanda Banten dan sekitarnya, pada Sabtu (22/12). Tiga personel Seventeen meninggal akibat musibah itu, dan hanya sang vokalis yang selamat.

Sebelum musibah ini terjadi, Seventeen terkenal sebagai band penghasil banyak hits. Lagu-lagunya telah mewarnai industri musik sejak 17 Januari 1999.

BACA JUGA: Relawan Gojo Salurkan Bantuan untuk Korban Tsunami Banten

Bagaimana awal mula perjalanan karier Seventeen?

Dihimpun dari berbagai sumber, Seventeen terbentuk atas ide dari Yudhi Rus Harjanto, Herman Sikumbang, Zulianto Zozo Angga, dan Windu Andi Darmawan. Mereka bersekolah di salah satu SMA swasta di kawasan Yogyakarta.

BACA JUGA: Pasha Ungu Sebut Seventeen Pahlawan Musik Indonesia

Empat personel tersebut kemudian menggaet Bani, sepupu Yudhi untuk ikut terlibat. Secara resmi formasi itu dibentuk pada 17 Januari 1999 dengan nama Seventeen. Nama terilhami usia semua personel band yang saat itu berumur 17 tahun. Baru lah satu tahun kemudian, Doni sebagai vokalis turut bergabung.

Dengan berbagai perjuangan, album perdana Seventeen akhirnya dilepas pada 17 Juli 2003. Album debut bertajuk Bintang Terpilih itu dirilis oleh Universal Music Indonesia. Meski kental nuansa rock, album ini berhasil meraih penjualan 75 ribu copy dan beberapa hit digunakan sebagai soundtrack sinetron.

BACA JUGA: Cinta Ifan Seventeen - Dylan Berawal dan Berakhir di Pantai

Meski sempat putus sambung kontrak dengan Universal Music, Seventeen kembali melahirkan album baru. Pada 2005 mereka meluncurkan alalbum berjudul Sweet Seventeen dengan hit Jika Kau Percaya.

Masalah terjadi pada 2008. Tahun itu Doni, Andi, dan Zozo memutuskan keluar dari Seventeen. Oleh sebab itu, personel tersisa sempat kesusahan mencari pengganti Doni sebagai vokalis.

Opsi yang dipilih mencari kekosongan vokalis adalah lewat audisi. Seventeen mengadakan audisi hingga akhirnya menemukan Ifan sebagai penerus. Perbedaan karakter vokal antara Doni dan Ifan, memberi perubahan dalam karakter Seventeen.

Formasi baru kemudian menghasilkan album ketiga Lelaki Hebat yang dirilis pada 2008. Seventeen mengalami perubahan musikalitas drastis dari rock menjadi pop. Namun album ini sangat sukses dengan lagu Selalu Mengalah, Untuk Mencintaimu, Lelaki Hebat, dan Jalan Terbaik.

Setelah album ketiga, Seventeen kembali diperkuat Andi yang memutuskan balik kandang. Dia sempat hengkang karena alasan fokus kerja sebagai karyawan bank. Mereka pun terus membuktikan eksistensinya di panggung musik tanah air. Pada 2011, mereka merilis album keempat bertajuk Dunia Yang Indah. Dalam album ini terdapat hits Jaga Slalu Hatimu yang membuat nama mereka semakin terkenal ke pelosok Indonesia.

Namun pada 2013, tubuh Seventeen kembali goyah. Yudhi memutuskan hengkang karena merasa ada perbedaan visi. Padahal saat itu Seventeen tengah memiliki album kelima Sang Juara. Album penuh terakhir milik Seventeen dilepas pada 2016 dengan tajuk Pantang Mundur. Sementara untuk single, mereka sempat meluncurkan lagu baru Jangan Dulu Pergi pada Maret 2018.

Namun malang, perjalanan karier Seventeen mengalami cobaan begitu berat di akhir 2018 ini. Band berusia 20 tahun itu menjadi korban tsunami Banten pada Sabtu (22/12) saat mengisi salah satu acara di Tanjung Lesung.

Akibat kejadian itu, tiga personel Seventeen yakni Windu Andi Darmawan (drum), Herman Sikumbang (gitar), dan M. Awal Purbani (bas) meninggal. Hanya Ifan Seventeen sebagai vokalis yang selamat. Lewat akun Instagram miliknya, Ifan kemudian menyampaikan permohonan maaf mewakili semua rekannya. Pada bagian penutup, pelantun Selalu Mengalah itu mengucap pamit.

"Minta tolong doanya buat Mas Bani, Mas Herman dan Mas Andi semoga mereka husnul khotimah dan ditempatkan di sisi Allah yang paling mulia. Pamit dan terima kasih dari kami," ungkap Ifan Seventeen. (mg3/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Simak Kata Pakar tentang Kondisi Psikologis Ifan Seventeen


Redaktur & Reporter : Dedi Yondra

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler