jpnn.com, MAKKAH - Shodiqun, calon jemaah haji asal Tegalrejo, Magelang menjadi salah seorang yang ketemu dengan KH Maimun Zubair alias Mbah Moen, beberapa hari sebelum ulama karismatik asal Rembang itu tutup usia, Selasa (6/8) kemarin.
Kepada NU Online, Shodiqun bercerita. Pertemuannya dengan pengasuh Pesantren Al-Anwar, Karangmangu, Sarang Rembang tersebut berawal ketika dia diberi kabar kakaknya, Ahmad Dimyathi yang juga alumni Pesantren Al-Anwar, bahwa Mbah Moen sedang melaksanakan ibadah haji.
BACA JUGA: Ketum PA 212: Mbah Moen Selalu Menasihati Kami dalam Berjuang
Shodiqun diminta untuk sowan, meminta berkah ke hotel tempat Mbah Moen menginap.
Atas saran kakaknya itu, Shodiqun berencana sowan ke Mbah Moen, bersama Gus Alwi bin KH Muslih asal Duwok, Tegalrejo.
BACA JUGA: Gus Is Cerita saat Mbah Moen Ceramah di UIN Malang, Luar Biasa
Rencananya, mereka akan sowan selepas salat Jumat, 2 Agustus 2019. Namun, karena lalu lintas yang padat, Gus Alwi tidak bisa sampai ke maktab Kiai Maimoen. Shodiqun pun akhirnya sowan sendirian.
Merasa belum mendapatkan kesempatan, Gus Alwi hanya meminta tolong kepada Shodiqun untuk menanyakan sampai kapan Mbah Moen tinggal di Makkah. Maksud Gus Alwi, lain waktu sebelum Mbah Moen meninggalkan Makkah, ia akan sowan ke penginapan ayah dari wakil gubernur Jawa Tengah tersebut.
BACA JUGA: Cerita Slamet Pentolan FPI tentang Sosok Mbah Moen
BACA JUGA: Cara Meninggal Mbah Moen Sangat Asyik dan Bikin Iri
Setelah sampai di hotel, Shodiqun mendapati beberapa tamu juga sedang sowan. Masing-masing mempunyai kesempatan untuk berbincang kepada Mbah Moen. Tiba giliran Shodiqun, ia mencoba menyampaikan pesan Gus Alwi untuk menanyakan sampai kapan Mbah Moen tinggal di Makkah.
“Ngapunten, Mbah, mangke wonten mriki dugi kapan njih (maaf, Mbah, tinggal di sini akan sampai kapan, ya)?” tanya Shodiqun.
Mbah Moen dengan tegas menjawab, “Tekan tanggal limo (sampai tanggal lima).”
Shodiqun heran atas jawaban Mbah Moen. Dia berpikir, bagaimana mungkin beliau tinggal di Makkah sampai tanggal 5 sedangkan ritual ibadah haji, apabila dihitung menurut kalender hijriah maupun masehi yang hanya selisih sehari, akan selesai pada tanggal belasan.
Shodiqun hanya husnuzan bahwa yang dimaksud Mbah Moen dengan “tinggal di sini sampai tanggal lima” ialah tinggal di dalam hotel yang beliau tempati saat ini, bukan tinggal di Makkah.
Menjelang subuh Selasa 6 Agustus, hujan mengguyur Kota Makkah. Shodiqun yang berangkat ke Masjidilharam pun basah kuyup. Baginya cuaca kali ini aneh karena terjadi pada musim panas. “Saya sempat bertanya-tanya dalam hati: ada apa ini?” tuturnya.
Hingga akhirnya, beberapa saat kemudian hati Shodiqun tersentak oleh kabar wafatnya Mbah Moen. Di kepalanya kembali terngiang dawuh Mbah Moen terakhir saat di hotel, dan Shodiqun baru sadar bahwa pemahamannya meleset.
Pada tanggal 5 Zulhijah atau 6 Agustus, Mbah Moen bukan hanya meninggalkan hotel, tapi juga Makkah, bahkan dunia.
Ulama kelahiran 28 Oktober 1928 itu mengembuskan napas terakhir dengan tenang pada pukul 04.17 di Kota Makkah, Arab Saudi. (ahmad mundzir/nuonline)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Mbah Moen: Kang Maftuh, Sampean Tamu Saya yang Terakhir
Redaktur & Reporter : Adek