jpnn.com - JAKARTA – Masalah lama waktu tunggu bongkar muat peti kemas di pelabuhan (dwelling time) Tanjung Priok belum juga terselesaikan. Adanya mafia dibalik persoalan ini disebut-sebut sebagai alasan terbesar. Menyadari hal ini, Menteri Koordinator (Menko) Bidan Maritim Rizal Ramli mengaku tak akan tinggal diam.
Rizal mengatakan, pihaknya sudah mengendus keberadaan para pemain di pelabuhan ini. Dia secara tegas menyatakan, akan langsung menindak mereka yang memperlambat proses dwelling time tanpa peduli siapa orang dibalik layar si pemain.
BACA JUGA: Praperadilan OC Kaligis Ditolak, Kuasa Hukum Meradang
Ancaman itu bukan sekedar gertakan semata. Sebab, kata dia, informasi soal mafia dwelling time itu telah dikomunikasikan dengan Kapolri Jendral Bradrodin Haiti dan Panglima TNI Jendral Gatot Nurmantyo.
”Saya enggak peduli siapa bekingnya, apa permainannya. Semua akan kami sikat. Kami akan gebrak,” tuturnya saat ditemui di Jakarta, kemarin (23/8).
BACA JUGA: Anggota Komisi II DPR Ini Masih Bicara soal Perppu Pilkada
Selain itu, Menko Perekonomian di era pemerintahan Presiden Abdurrahman Wahid itu juga menyiapkan langkah lain untuk mengataksai masalah ini.
Pertama, ia berencana membagi jalur masuk barang import menjadi dua. Yakni merah dan hijau.
BACA JUGA: AWAS! Jauhi Unta Muda
Jalur merah diperuntukkan untuk para importir yang diduga bermasalah. Masalah ini dimaksutkannya terkait dengan spesifikasi barang yang tidak sesuai dan soal penyimpanan yang bermasalah.
Sedangkan, jalur hijau akan digunakann untuk importir terpercaya. Salah satunya para importir bidang otomotif. ”Kita tingkatkan kecepatan pemeriksaan untuk jalur hijau,” katanya.
Kemudian, menteri yang disebut-sebut pengamat politik dari Universitas Indonesia (UI) Tjipta Lesmana sebagai harimau itu akan membenahi aturan soal tarif penyimpanan peti kemas di Tanjung Priok.
Menurutnya, rendahnya tarif yang ditetapkan saat ini membuat perusahaan berlama-lama menyimpan peti kemas mereka di pelabuhan. ”Ini karena menyimpan di pelabuhan lebih murah dari gudang swasta,” keluhnya.
Tak berhenti di situ, alumnus Universitas Boston ini juga berencana memperpanjang jalur operasi kereta barang hingga titik bongkar muat. Sehingga diharapkan dapat mengurangi beban keluar masuk di pelabuhan.
Selain itu, dia juga menyinggung soal pembenahan teknologi sistem informasi di sana. ”Di kita nyari kontainer milik siapa masih ribet. Harus bayar kalau mau nyari,” tegasnya. Dia menambahkan, seluruh rencana itu akan dimatangkan minggu depan. Ia akan memanggil seluruh kementerian/lembaga terkait untuk membahas masalah ini.
Seperti diketahui, proses dwelling time di Tanjung Priok saat ini masih memakan waktu cukup lama. Satu proses dapat diselesaikan lebih dari lima hari. Karenanya, Rizal diminta oleh Presiden Joko widodo untuk segera membenahi. (mia)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Pramuka Gelar Jambore Internet Ke-35 Tingkat Nasional
Redaktur : Tim Redaksi