James Gargasoulas, pria yang dikenal dengan julukan 'pembunuh di Bourke Street (Melbourne)" telah dijatuhi hukuman penjara seumur hidup karena menewaskan enam orang dan mencederai 27 orang lainya dua tahun lalu.
Di tahun 2017, Gargasoulas mengenderai mobil melintas dengan cepat di kawasan yang diperuntukkan bagi pejalan kaki di Bourke Street di jantung kota Melbourne yang setiap hari dipenuhi dengan pejalan kaki dan turis tersebut.
BACA JUGA: Sekitar 200 Warga Indonesia Meninggal Akibat Demam Berdarah 2 Bulan Terakhir
Hakim Mark Weinberg dalam keputuannya di pengadilan di Melbourne hari Jumat (22/2/2019) menjatuhkan hukuman 46 tahun yang harus dijalani Gargasoulas sebelum dia bisa mendapatkan pembebasan awal.
Hakim menggambarkan tindakan Gargasoulas sebagai tindakan 'pengecut dan berdarah dingin' dengan menjatuhkan hukuman enam kali seumur hidup.
BACA JUGA: Kondisi Iklim Abnormal Pemicu Kematian Jutaan Ikan Di New South Wales
Di pengadilan sebelumnya, diungkapkan sebelum peristiwa di bulan Januari 2017 tersebut, Gargasoulas sudah pernah menyebut paling tidak selama tiga kali niatnya untuk 'menabrak orang dengan mobilnya."
Hakim Weinberg menolak pendapat bahwa Gargasoulas tidak mengetahui adanya pejalan kaki ketika dia sedang mengendarai mobilnya hari itu, meski ketika itu dia sedang dalam keadaan di bawah pengaruh obat-obatan.
BACA JUGA: Mengapa Tubuh Zebra Bergaris Hitam Putih? Ini Jawaban Ilmuwan
"Kamu tahu betul apa yang kamu lakukan." kata Hakim Weinberg. Video: CCTV footage shows pedestrians running as Gargasoulas drives down the footpath (ABC News)
Dalam keputusannya, Hakim Weinberg menggambarkan serangan itu 'sebagai salah satu contoh paling buruk pembunuhan massal dalam sejarah Australia."
"Kamu sudah meninggalkan jejak bebcana besar di belakang anda." kata Hakim kepada Gargasoulas.
Dalam persidangan selama tiga hari bulan November tahun lalu, juri yang berjumlah 12 orang hanya memerlukan waktu kurang dari satu jam untuk menyatakan Gargasoulas bersalah melakukan pembunuhan terhadap 6 orang dan 27 tindakan yang membahayakan kehidupan orang lain.
Dalam sistem peradilan di Australia, juri yang menentukan apakah seseorang bersalah atau tidak, dan Hakim di persidangan berikutnya yang akan menentukan hukuman berdasarkan keputusan bersalah tersebut.
Sebelum persidangan dilakukan, para ahli hukum dari kedua belah pihak, pihak penuntut dan pembela Gargasoulas berdebat panjang mengenai apakah pria berusia 29 tahun tersebut layak disidangkan karena kondisi mental yang bersangkutan.
Ada psikiater yang berpendapat bahwa Gargasoulas menderita halusinasi dan gangguan mental lain yang parah sehingga dia tidak mengetahui apa yang dilakukannya. Photo: Surat permintaan maaf yang dibacakan oleh James Gargasoulas di pengadilan. (Supplied: Supreme Court of Victoria)
Setelah sidang tersebut, dan keputusan bersalah dijatuhkan, Gargasoulas kemudian membacakan surat yang ditulisaya sendiri.
"Saya sangat malu dengan apa yang sudah saya lakukan.Saya harus mengatakan ini adalah hari tragis bagi anda semua dan juga saya sendiri." katanya.
Dalam pernyataannya di pengadilan yang berlangsung selama 20 menit, yang diwarnai dengan pernyataan yang tidak tentu arah Gargasoulas berbicara mengenai tekanan pemerintah, Hukum Tuhan dan bagaimana Tuhan menyelamatkan hidupnya hari itu.
"Saya bukan setan, saya bukan teroris. saya adalah pejuang pembebasan." katanya.
Dengan hukuman ini, Gargasoulas baru bisa mengajukan pembebasan bersyarat di tahun 2065.
https://www.abc.net.au/news/indonesian/
BACA ARTIKEL LAINNYA... Kardinal Kontroversial Sebut Pelecehan Anak-anak Akibat Agenda Kaum Homo