Siaga IV Bengawan Solo di Lamongan

Minggu, 06 Januari 2013 – 07:20 WIB
LAMONGAN – Debit air Bengawan Solo di Bojonegoro, Jatim, sudah turun. Namun, turunnya debit air di Bojonegoro justru diikuti naiknya elevasi air di kawasan Lamongan yang juga dilalui Bengawan Solo.

Mulai pukul 15.00 Sabtu (5/1), Kecamatan Babat, Lamongan, berstatus siaga IV. Ketinggian air sudah masuk 8,07 philscaal. Berdasar data di Posko Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Lamongan pukul 09.00 kemarin, ketinggian air di Babat mencapai 8,06 philscaal. Hal itu berimbas pada naiknya ketinggian air di pintu Plangwot. Pukul 15.00, papan duga menunjukkan 5,82 philscaal. Itu juga masuk siaga IV.

Di Babat, naiknya air Bengawan Solo mengakibatkan bertambahnya areal yang tergenang. Di Desa Truni, misalnya. Tercatat 50 rumah tergenang hingga 20 cm. Selain itu, 98 rumah serta 95 hektare sawah padi dan palawija tergenang hingga 75 cm.

Di Kelurahan Babat, 50 rumah tergenang. Di Kelurahan Banaran, tercatat 8 rumah tergenang air Bengawan Solo dan 173 rumah lainnya tergenang karena tingginya curah hujan. Di Banaran juga ada 6 hektare lahan padi dan palawija yang tergenang. Di Bedahan, 6 hektare lahan padi dan palawija terdampak luberan air Bengawan Solo.

Sementara itu, di Kecamatan Laren, 174 rumah di enam desa tergenang. Enam desa itu adalah Plangwot, Siser, Mojoasem, Pesanggrahan, Keduyung, dan Centini.
Bupati Lamongan Fadeli yakin debit air Bengawan Solo akan turun. Sebab, air di wilayah Bojonegoro juga semakin turun. Di Babat, lanjut dia, ada tiga pompa berkapasitas 500 meter kubik per detik dan 125 meter kubik per detik yang difungsikan untuk membuang genangan air.

’’Untuk mempercepat pembuangan air Bengawan Solo, debit pembuangan di pintu Plangwot Laren akan ditingkatkan. Yakni, dari yang saat ini 640 meter kubik per detik menjadi seribu meter kubik per detik,’’ ujarnya.

Kepala Dinas PU Pengairan Lamongan Djoko Purwanto menyatakan, tanggul negara Bengawan Solo di Lamongan relatif aman. Sementara itu, untuk tanggul desa, ada dua titik yang longsor. Yakni, di Desa Gedangan dan Pringgoboyo. Keduanya berada di Kecamatan Maduran.

Terkait dengan belum selesainya pengerjaan tanggul di Desa Pangean, Maduran, Djoko menyatakan kondisinya relatif aman. Setelah dikonfirmasikan dengan Balai Besar Wilayah Sungai Bengawan Solo (BBWS), semua tiang pancang tanggul sudah ditanam dan sudah diberi karung pasir. Juga, pemasangan tiang pancang proyek di Mendolo sudah selesai.

Di Bojonegoro, setelah dua hari sebelumnya hampir menyentuh siaga III, kemarin kondisi permukaan Bengawan Solo sudah turun ke level siaga I. Sampai pukul 19.00 tadi malam, permukaan Bengawan Solo di Bojonegoro mencapai 13,87.

’’Bengawan Solo di Bojonegoro besok (hari ini, Red) diperkirakan masih di kisaran siaga I,’’ kata Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Bojonegoro Kasiyanto. Sebab, saat ini anak Bengawan Solo di Bojonegoro masih penuh air.

Hanya, menurut dia, perkiraan tersebut bisa saja melesat jika terjadi hujan lokal dengan curah hujan tinggi di Bojonegoro atau utara Bojonegoro. Karena itu, pihaknya tetap siaga terhadap kemungkinan terjadinya banjir. ’’Saat ini, sejumlah areal persawahan di tujuh kecamatan memang masih tergenang air, termasuk permukiman. Meski, jumlahnya jauh menurun,’’ tuturnya.

Di Tuban, hingga kemarin sebagian ruas jalan, sawah, dan rumah juga masih terendam air. ’’Untuk Bengawan Solo, ada kenaikan sedikit,’’ kata Kasi Linmas Kesbangplinmas Tuban Saifiyudin.

Daerah yang sudah terkena banjir adalah Kecamatan Plumpang, Rengel, Soko, dan Widang. ’’Mulai dini hari tadi (kemarin, Red), 391 rumah di Desa Sandingrowo, Kecamatan Soko, digenangi air,’’ katanya. Selain itu, sekitar 300 hektare sawah juga terendam. ’’Sebab, air hujan masuk tidak bisa keluar,’’ ujarnya. (idi/feb/ade/zak/jpnn/c5/nw)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Gubri Rusli Terima Penghargaan Dari Kemenhut

Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler