Siak, Negeri Kerajaan Mutiara Nusantara

Senin, 20 Oktober 2014 – 00:01 WIB
Jembatan Siak atau Jembatan Tengku Agung Sultanah Latifah yang membentang megah di atas Sungai Siak menjadi salah satu ikon Kabupaten Siak. Foto: defizal/Riau Pos

jpnn.com - Sejarah Kerajaan Siak

Kabupaten Siak merupakan salah satu kabupaten terkaya di Provinsi Riau. Sejarah panjang negeri kerajaan, menjadi catatan panjang dari daerah penghasil minyak ini. Kesultanan Siak Sri Inderapura adalah sebuah Kerajaan Melayu Islam yang pernah berdiri di Kabupaten Siak, Provinsi Riau, Indonesia.

BACA JUGA: Jimmy Tewas Setelah Dua Jam Hilang Terseret Ombak

Kerajaan ini didirikan di Buantan oleh Raja Kecil, anak dari Sultan Mahmud Shah sultan Kesultanan Johor yang dibunuh dan dilarikan ke Pagaruyung bersama ibundanya Encik Apong. Raja kecil yang bergelar Sultan Abdul Jalil pada tahun 1723, setelah sebelumnya terlibat dalam perebutan tahta Johor.

Dalam perkembangannya, Kesultanan Siak muncul sebagai sebuah kerajaan bahari yang kuat dan menjadi kekuatan yang diperhitungkan di pesisir timur Sumatera dan Semenanjung Malaya di tengah tekanan imperialisme Eropa. Jangkauan terjauh pengaruh kerajaan ini sampai ke Sambas di Kalimantan Barat, sekaligus mengendalikan jalur pelayaran antara Sumatera dan Kalimantan.

BACA JUGA: Saraf Pecah, Puluhan Nelayan Kram dan Lumpuh

 

Pasang surut kerajaan ini tidak lepas dari persaingan dalam memperebutkan penguasaan jalur perdagangan di Selat Malaka. Setelah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, Sultan Siak terakhir, Sultan Syarif Kasim II menyatakan kerajaannya bergabung dengan Republik Indonesia.

BACA JUGA: Jadi Ajang Judi, Balapan Liar Dirazia

Pada masa awal Kesultanan Melayu Melaka, Riau menjadi tempat pusat agama islam. Setelah itu perkembangan agama Islam di Siak menjadikan kawasan ini sebagai salah satu pusat penyebaran dakwah Islam, hal ini tidak lepas dari penggunaan nama Siak secara luas di kawasan Melayu.

Jika dikaitkan dengan pepatah Minangkabau yang terkenal: Adat menurun, syara’ mendaki dapat bermakna masuknya Islam atau mengislamkan dataran tinggi pedalaman Minangkabau dari Siak sehingga orang-orang yang ahli dalam agama Islam, sejak dahulu sampai sekarang, masih tetap disebut dengan Orang Siak. Sementara di Semenanjung Malaya, penyebutan Siak masih digunakan sebagai nama jabatan yang berkaitan dengan urusan agama Islam.

Walau telah menerapkan hukum Islam pada masyarakatnya, namun sedikit pengaruh Minangkabau masih mewarnai tradisi masyarakat Siak. Dalam pembagian warisan, masyarakat Siak mengikut kepada hukum waris sebagaimana berlaku dalam Islam. Namun dalam hal tertentu, mereka menyepakati secara adat bahwa untuk warisan dalam bentuk rumah hanya diserahkan kepada anak perempuan saja.

Kesultanan Siak Sri Inderapura mengambil keuntungan atas pengawasan perdagangan melalui Selat Melaka serta kemampuan mengendalikan para perompak di kawasan tersebut. Kemajuan perekonomian Siak terlihat dari catatan Belanda yang menyebutkan pada tahun 1783, ada sekitar 171 kapal dagang dari Siak menuju Malaka. Siak menjadi kawasan segitiga perdagangan antara Belanda di Malaka dan Inggris di Pulau Pinang. Namun disisi lain kejayaan Siak ini memberi kecemburuan pada keturunan Yang Dipertuan Muda terutama setelah hilangnya kekuasaan mereka pada kawasan Kepulauan Riau. Sikap ketidaksukaan dan permusuhan terhadap Sultan Siak, terlihat dalam Tuhfat al-Nafis, di mana dalam deskripsi ceritanya mereka mengambarkan Sultan Siak sebagai orang yang rakus akan kekayaan dunia.

Peranan Sungai Siak sebagai bagian kawasan inti dari kerajaan ini berpengaruh besar terhadap kemajuan perekonomian Siak Sri Inderapura. Sungai Siak merupakan kawasan pengumpulan berbagai produk perdagangan, mulai dari kapur barus, benzoar bahkan timah dan emas. Sementara pada saat bersamaan masyarakat Siak juga telah menjadi eksportir kayu yang utama di Selat Malaka serta salah satu kawasan industri kayu terutama untuk pembuatan kapal maupun untuk bangunan.

Dengan cadangan kayu yang berlimpah, pada tahun 1775 Belanda mengizinkan kapal-kapal Siak mendapat akses langsung kepada sumber beras dan garam di Pulau Jawa, tanpa harus membayar kompensasi kepada VOC namun tentu dengan syarat Belanda juga diberikan akses langsung kepada sumber kayu di Siak, yang mereka sebut sebagai kawasan hutan hujan yang tidak berujung.

Dominasi Kesultanan Siak terhadap wilayah pesisir pantai timur Sumatera dan Semenanjung Malaya cukup signifikan, mereka mampu mengantikan pengaruh Johor sebelumnya atas penguasaan jalur perdagangan, selain itu Kesultanan Siak juga muncul sebagai pemegang kunci ke dataran tinggi Minangkabau, melalui tiga sungai utama yaitu Siak, Kampar, dan Kuantan, yang sebelumnya telah menjadi kunci bagi kejayaan Malaka. Namun demikian kemajuan perekonomian Siak memudar seiring dengan munculnya gejolak di pedalaman Minangkabau yang dikenal dengan Perang Padri.

Pada akhirnya, Kerajaan Siak menyatakan bergabung dengan Republik Indonesia. Hal ini setelah Sultan terakhir, Sultan Syarif Kasim II, yang tidak memiliki putra, menyatakan kerajaannya mendukung kemerdekaan dan bergabung dengan negara Republik Indonesia.

 

Kabupaten Siak Kini

Secara geografis Kabupaten Siak terletak pada koordinat 10 16’ 30” — 00 20’ 49” Lintang Selatan dan 1000 54’ 21” 102° 10’ 59” Bujur Timur. Secara fisik geografls memiliki kawasan pesisir pantai yang berhampiran dengan sejumlah negara tetangga dan masuk kedalam daerah segitiga pettumbuhan (growth triangle) Indonesia - Malaysia - Singapura.

Bentang alam Kabupaten Siak sebagian besar terdiri dari dataran rendah di bagian Timur dan sebagian dataran tinggi di sebelah barat. Pada umumnya struktur tanah terdiri dan tanah podsolik merah kuning dan batuan, dan alluvial serta tanah organosol dan gley humus dalam bentuk rawa-rawa atau tanah basah. Lahan semacam ini subur untuk pengembangan pertanian, perkebunan dan perikanan. Daerah mi beriklim tropis dengan suhu udara antara 25° -- 32° Celsius, dengan kelembaban dan curah hujan cukup tinggi.

Selain dikenal dengan Sungai Siak yang membelah wilayah Kabupaten Siak, daerah ini juga terdapat banyak tasik atau danau yang tersebar di beberapa wilayah kecamatan.
Sungai Siak sendiri terkenal sebagai sungai terdalam di tanah air, sehingga memiliki nilai ekonomis yang tinggi, terutama sebagai sarana transportasi dan perhubungan.
Namun potensi banjir diperkirakan juga terdapat pada daerah sepanjang Sungai Siak, karena morfologinya relatif datar.

Selain Sungai Siak, daerah ml juga dialiri sungai-sungai lain, yaitu: Sungai Mandau, Sungai Gasib, Sungai Apit, Sungai Tengah, Sungai Rawa, Sungai Buantan, Sungai Limau, dan Sungai Bayam. Sedangkan danau-danau yang tersebar di daerah ini adalah: Danau Ketialau, Danau Air Hitam, Danau Besi, Danau Tembatu Sonsang, Danau Pulau Besar, Danau Zamrud, Danau Pulau Bawah, Danau Pulau Atas, dan Tasik Rawa.

Kabupaten Siak memiliki potensi sumber daya mineral berupa minyak dan gas bumi. Lapangan Minyak dan gas bumi pada cekungan Sumatera Tengah umumnya terperangkap dalam struktur lipatan antiklin. Formasi Sihapas yang umumnya tersusun atas batu pasir deltaic, merupakan reservoir utama dan tertutup oleh lapisan lempung dan serpih dan formasi Telisa. Diyakini minyak bumi tersebut merupakan migrasi dan formasi Bangko. Selain minyak bumi, gas juga ditemukan pada formasi Sihapas dan dalam jumlah yang besar ditemukan pada lapangan Libo dan Talas. (Sumber: Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Siak, Tahun 2002 — 2011). 

Lapangan minyak utama pada cekungan Sumatera Tengah ini adalah lapangan Minas, yang ditemukan pada tahun 1944 oleh tentara Jepang dan berproduksi pertama kali pada tahun 1952 dengan total cadangan diperkirakan mencapai 2 milyar barrel. Zona produksi ini diperkirakan 28 km x 10 km dengan kedalaman 2000 ft - 2600 ft. Jumlah sumur produksi sekitar 345 sumur, termasuk 8 sumur kering dan 47 sumur injeksi air. Total produksi lapangan ini mencapai 350.000 barrel per hari. 

Potensi Wisata Kabupaten Siak

Ibarat kata, Siak merupakan salah satu mutiara terindah milik Indonesia. Berada di letak geografis yang begitu setrategis, Kabupaten Siak layak menjadi salah satu destinasi wisata baik bagi wisatawan dalam negeri maupun luar negeri. Potensi wisata Kabupaten Siak tidak hanya dari wisata alam, tapi juga ada wisata budaya dan sejarah.

Yang paling terkenal dan menjadi ikon Kabupaten adalah Istana Siak Aseraya Al Hasymiah. Istana yang masih berdiri megah ini adalah peninggalan kesultanan siak. Terletak di Kampung Dalam, tepat di depan Sungai Siak. Arsitektur Istana ini dari luar sekilas seperti bangunan eropa – timur tengah, namun bila anda masuk kedalam, akan tampak gaya melayu didalamnya.

Sejarah pembangunannya dilakukan pada tahun 1889. Istana ini dibangun Secara permanen dengan arsitek dari Jerman. Istana ini berdiri megah sampai saat ini dengan pintu gerbang dihiasi sepasang burung elang menyambar dengan mata yang memancar tajam mengiringi kita bila memasuki halaman istana. Di dalam istana akan kita lihat berbagai koleksi yang bernilai tinggi seperti Kursi Singgasana Sultan yang berbalut emas.

Disisi lain terdapat pula alat musik Komet yang dibuat secara home industri di Jerman yang memiliki piringan dengan garis tangan sekitar 90 cm berisikan lagu-lagu klasik dari Mozard dan Bethoven.Konon barang ini hanya ada dua di dunia yaitu di Jerman sebagai pembuat dan di istana Siak.

Di ruang yang lain kita saksikan berbagai kursi meja baik dari kayu, kristal dan kaca tertata rapi di bawah lampu-lampu kristal berwarna-warni bergantungan di plafon istana, demikian pula berbagai bentuk almari dan berjenis senjata dari tembaga dan besi.Disamping itu terdapat pula aneka cinderamata yang merupakan hadiah dari para sahabat dan daerah di sekitar Siak.

Untuk mengetahui siapa saja tokoh-tokoh Kerajaan Siak di masa lalu dapat kita lihat melalui foto-foto berukuran besar yang terletak di dalam Istana Siak. Terdapat juga sebuah cermin yang menjadi milik oleh para permaisuri Sultan yang dapat membuat wajah semakin cerah dan awet muda bila sering bercermin di sana. Cermin ini dinamakan cermin Ratu Agung.

Dipinggir sungai Siak berhadapan dengan muara sungai Mempura terletak bangunan Gedung Balai Kerapatan Tinggi (Balai Rung Sri) dengan arsitek khas dengan dua arah pintu masuk yaitu dari sungai dan dari darat (jalan raya).

Bangunan ini dibangun pada tahun 1886 dan dipergunakan untuk sidang perkara dan juga berfungsi sebagai tempat pertabalan Sultan. Gedung ini memiliki tiga tangga untuk naik ke lantai atas (lantai 2), dimana sidang selalu dilaksanakan.

Tangga utama menghadap ke sungai sedangkan yang lain ke timur, gedung terbuat dari besi berbentuk spiral dan yang satunya lagi terbuat dari kayu dan terletak di sebelah barat gedung.

Jika suatu perkara sudah dilakukan dan hukuman dijatuhkan, maka bagi yang kalah akan turun ke lantai dasar dengan menggunakan tangga kayu yang terletak di sebelah kiri gedung dan langsung menuju Djil (penjara) yang terletak tidak jauh dari situ. Sedangkan bagi yang menang turun melalui tangga besi yang terletak di sebelah kanan gedung dan langsung ke jalan raya.

Di Siak juga terdapat Danau Zamrud. Danau Bawah dan Danau Besar terletak tak jauh dari lapangan minyak Zamrud. Danau – danau ini memiliki panorama alam yang memikat. Disekitarnya ditumbuhi kayu – kayu yang masih asli. Kawasan hutan yang luasnya mencapai 2500 hektare ini merupakan kawasan satwa. Di dalamnya terdapat bermacam jenis flora dan fauna yang langka, seperti Pinang Merah, ikan jenis Arwana dan ikan Belida. Semua itu merupakan kekayaan tersendiri yang dijadikan objek wisata.

Sedangkan untuk wisata budaya, di Kabupaten Siak terdapat desa Mempura. Berawal dari muara sungai Mempura terus mudik ke hulu mengikuti aliran sungai yang berair tenang, dikala pasang kita temui desa tradisional, yaitu Desa Mempura. Penduduknya yang ramah serta alamnya yang sejuk dengan air sungai yang merah dan hutan sekelilingnya yang masih asli, hidup aneka flora dan fauna yang saling bercengkerama sesamanya berayun buai di cabang dan ranting pepohonan. Ini semua dapat kita lihat setibanya sampai di desa tersebut.

Desa Mempura ini pernah menjadi pusat Kerajaan Siak dibawah kepemimpinan Sultan Abdul Djalil Muzaffar Syah yang memerintah tahun 1746 – 1765 (Sultan Siak ke-2), dan setelah angkat beliau dimakamkandi Mempura diberi gelar Marhum Mempura.

Disini pada musim tertentu kita dapat menikmati buah durian yang banyak terdapat disana sambil menikmati Musik Gambus mengiringi penari membawakan Tarian Zapin yang ditarikan oleh penduduk setempat dengan fasihnya.

Selain itu di ibukota Kabupaten Siak yaitu Siak Sri Indarapura pada setiap tahunnya digelar sebuah event Seni Budaya yang diberi nama “Festival Siak Bermadah”. Festival ini merupakan sebuah ajang perlombaan seni budaya antar kecamatan yang ada di Kabupaten Siak. Festival ini biasa dilaksanakan sekitar bulan September setiap tahunnya karena dimaksudkan juga untuk memperingati hari ulang tahun Kabupaten Siak.

Jenis lomba yang biasa dipertandingkan pada festival ini adalah Zapin, Istiadat Mengarak Pengantin, Berbalas Pantun, Senandung Menidurkan Anak, Joget Lambak, Lawak, Nasyid, Bujang dan Dara, Langgam Melayu, Tari Kreasi. Festival ini juga meyuguhkan penampilan kesenian tamu jemputan dari kabupaten lain yang ada di Propinsi Riau.

Pada setiap bulannya di Siak Sri Indrapura juga digelar pertunjukan seni budaya. Biasanya event ini dilakukan mulai dari pagi sampai pada sore hari yang bertujuan untuk menghibur para wisatawan yang datang berkunjung ke Siak Sri Indrapura. Dalam event ini disuguhkan penampilan – penampilan kesenian dari 5 etnis yang berbeda yang ada di Kabupaten Siak yaitu : Melayu, Batak, Jawa, Minang dan Cina.

Untuk ikut memeriahkan hari kemerdekaan Republik Indonesia di Siak Sri Indrapura tepatnya di sekitar Jembatan Tengku Agung Sultanah Latifah pada malam hari setiap tanggal 18 Agustus diadakan pesta kembang api. Pada acara ini juga selalu menampilkan artis–artis terkenal dari Ibukota RI. Acara ini juga bertujuan untuk memberikan hiburan khususnya bagi masyarakat Kabupaten Siak.(***dirangkum dari berbagai sumber)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Pebalap Perancis Juarai International Tour de Banyuwangi Ijen


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler