Siap Dimarahi Kekasih kalau Statistik Buruk

Kamis, 09 Mei 2013 – 15:49 WIB
Forward Dell Aspac Jakarta Pringgo Regowo ditemani Direktur Marketing PT General Motors Autoworld Indonesia (GMAI) Yuniadi Haksono Hartono disaksikan Commissioner NBL Indonesia & WNBL Indonesia Azrul Ananda. Saat penyerahan penghargaan Most Valuable Player Speedy NBL Indonesia 2013, 7 Mei 2013. FOTO: RAKA DENNY/JAWAPOS/JPNN
Pilihan Pringgo Regowo untuk setia menekuni basket membuahkan hasil. Penggawa Dell Aspac Jakarta itu menjadi pemain terbaik alias most valuable player Speedy NBL Indonesia 2012/2013.
 
AGUNG PUTU ISKANDAR, JAKARTA
==============================
 
Telepon pada Sabtu malam (4/5) itu mengagetkan Pringgo. Di seberang sana salah seorang ofisial Aspac meminta Pringgo datang ke diler resmi Chevrolet Nusantara AutoWorld (NAW) di Pluit, Jakarta Utara, pada Selasa (7/5). Ofisial tersebut hanya mengatakan ada acara NBL Indonesia.
 
Pringgo mengiyakan. Namun, dia agak curiga. Sebab, jarang-jarang dia terlibat dalam acara-acara konferensi pers. Apalagi diminta hadir dengan pakaian resmi. "Tidak ada yang memberi tahu saya ada acara apa sebenarnya," kata pemain 25 tahun itu. Juga, tidak ada panitia dari PT Deteksi Basket Lintas (DBL) Indonesia, pengelola NBL, yang memberitahunya.
 
Hari H pun tiba. Begitu namanya disebut Direktur PT DBL Indonesia Azrul Ananda sebagai MVP musim ini, Pringgo kaget. Dia tak percaya. "Saya tidak pernah merasa diperhatikan seperti ini," ujarnya.
 
Pringgo dikenal sebagai pribadi yang sangat humble. Dia termasuk pemain yang paling irit komentar. Pendiam, tapi kontribusinya maksimal. Dia merupakan pemain Aspac yang jarang disorot. Apalagi jika dibandingkan dengan pointer Aspac seperti guard Xaverius Prawiro atau rookie sensasional Andakara Prastawa Dhyaksa.
 
Banyak yang mengira gelar MVP akan jatuh ke Prastawa. Tapi, yang terjadi adalah kejutan. Pringgo terpilih berdasar vote dari para pelatih. "Tidak ada kompetisi di antara kami. Yang penting, Aspac harus juara," kata Pringgo.
 
Performa Pringgo sepanjang musim reguler memang mengesankan. Di seluruh laga (33) game NBL, pemain dengan tinggi 190 cm itu membukukan total 397 poin atau rata-rata 12,03 point per game dan 303 rebound atau 9,18 rebound per game. Dia juga berkontribusi 70 assist dan 51 steal atau 1,54 steal per game.
 
Catatan statistik tersebut tak selalu identik dengan pamor di lapangan. Kendati berkontribusi besar, di tim dia masih kalah terkenal dengan pemain lain. Apalagi, Prastawa belakangan ini begitu dipuja banyak penggemar karena jago three point.
 
Seperti permainannya yang efektif, Pringgo hanya ingin fokus di peran yang diemban. Dia berusaha keras agar fungsinya di lapangan optimal. "Ibarat kerja, saya pastikan bagian yang saya lakukan beres dan maksimal," katanya.
 
Lelaki yang besar di Sunter, Jakarta Utara, itu mengawali bermain basket di SMP St Caroline. Memasuki SMA, Pringgo memberanikan diri untuk ikut kompetisi three on three dan meraih juara. Dari situ dia ingin menekuni olahraga bola basket.
 
Tapi, kedua orang tua Pringgo, Suripto dan Nursanti, tidak sreg dengan pilihan anak kedua di antara tiga bersaudara tersebut. Bukannya mundur, Pringgo malah maju terus. Dia terlecut untuk membuktikan diri. Karena itu, setiap kali mengikuti kompetisi basket, motivasi Pringgo berlipat-lipat.
 
"Beberapa kali saya menang dan mendapat hadiah seperti handphone. Saya bawa ke rumah dan saya tunjukkan bahwa saya bisa berprestasi di basket. Pikiran saya saat itu, saya ingin mandiri. Basket adalah salah satu jalan yang saya tempuh karena cinta saya di olahraga ini," tuturnya.
 
Kecintaan dan ketekunan di jalan basket membawa dia ke tingkat yang lebih tinggi. Setelah berkali-kali sukses di ajang three on three, karir Pringgo berlanjut di tim basket Provinsi DKI Jakarta. Pada persiapan Popnas 2005, dia terpilih untuk mengikuti tryout di Beijing, Tiongkok. Puncaknya, pada 2008 dia merebut emas PON di Kaltim.
 
Pencapaian itu membuat Pringgo semakin serius menggeluti basket. Begitu lulus SMA, dia kuliah di Jurusan Manajemen STIE Perbanas Jakarta. Karena prestasinya di basket, Pringgo mendapatkan banyak keringanan. Selama kuliah itu dia masuk tim Aspac junior. Pelan-pelan karir Pringgo di basket mulai menunjukkan hasil.
 
Pada 2010, ketika liga basket tertinggi di tanah air hadir dengan format baru di bawah pengelolaan PT DBL Indonesia, Pringgo masuk tim senior Aspac. Sayang, pada musim pertama NBL Indonesia itu, Pringgo menderita cedera anterior cruciate ligament (ACL) di lutut kiri. Dia terpaksa harus istirahat minimal enam bulan.
 
"Padahal, saat itu liga lagi seru-serunya dengan format baru. Saya lihat di website NBL kok bagus banget. Tapi, saya malah nggak bisa ikut. Sedih rasanya," tutur dia.
 
Cedera berat itu membuat lelaki penghobi kuliner tersebut stres berat. Apalagi, selama masa penyembuhan, dia tinggal di mes bersama para pemain Aspac lainnya. "Anak-anak berangkat latihan, saya cuma diam di mes. Mereka tanding, saya nggak bisa ikut. Bahkan, nge-gym saja nggak bisa," tuturnya.
 
Tekanan berat karena ingin bermain membuat dia sering marah-marah. Kekasih Pringgo, Shiella Cristie, merasakan langsung situasi emosional tersebut. "Dia stres berat, tapi itu justru membuat dia dekat dengan Tuhan. Saya yakinkan dia kalau waktunya akan tiba buat dia bermain lagi," kata Shiella yang jadian dengan Pringgo pada 27 April 2010 itu.
 
Keyakinan kekasih hati Pringgo tersebut terbukti. Pada seri IV di Bali Pringgo akhirnya mulai bisa bermain lagi. Tapi, minute play dia sangat sedikit. Itu pun ketika Aspac melawan tim kecil. Di seri V di Jakarta, minute play Pringgo mulai bertambah dan dia turun di banyak game.
 
Pengalaman cedera itu membuat Pringgo banyak belajar. Selain lebih dekat pada Tuhan, cedera panjang tersebut membuat dia bisa menyelesaikan kuliah pada 2010. Begitu sudah fit, Pringgo tak henti-hentinya meningkatkan performa. Setelah sukses mendampingi Pringgo di masa cedera, Shiella berganti peran menjadi personal trainer.
 
Shiella rutin mencatat statistik Pringgo. Catatannya bisa sangat detail, mulai turnover, rebound, hingga persentase field goal. Alumnus Jurusan Ekonomi Universitas Atmajaya itu tak segan memarahi Pringgo jika statistiknya jelek. "Dia itu begitu. Kalau banyak dipuji malah nge-drop. Kalau orang-orang meremehkannya, dia justru semangat untuk membuktikan. Makanya, dia harus dimarahi terus biar bangkit," ujar Shiella sambil melirik Pringgo.
 
Akhirnya, dua tahun setelah cedera, Pringgo memetik hasil latihan kerasnya. Dia menjadi pemain terbaik NBL Indonesia musim ini. Itu tak lepas dari peran Shiella yang mendampinginya pada masa-masa sulit.
 
Shiella ikut bangga karena pacarnya bisa menjadi pemain terbaik NBL Indonesia. Apalagi mendapat mobil baru All-New Chevrolet Aveo. "Habis ini kalau jalan-jalan sudah ada mobil. Enak ke mana-mana biar dia anter," katanya.
 
Setelah tiga tahun pacaran, Shiella terbukti berhasil mendampingi Pringgo meraih prestasi di basket. Lantas, apa rencana selanjutnya" Shiella hanya tersenyum. "Memang ada rencana sih. Mungkin tahun depan," ujarnya. Pringgo pun menimpali. "Rencananya akhir tahun depan. Tapi, ya masih rencana," ujarnya. (*/c10/ca)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Awalnya Dicibir, Bidan kok Berlagak Jadi Insinyur

Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler