"Sebagai duta Surabaya dan Jatim, saya yakin bahwa para atlet akan berjuang untuk yang terbaik. Apalagi, empat tahun lalu Jatim menjadi juara umum PON. Pesan saya, raihlah medali emas sebanyak-banyaknya dan buatlah Surabaya serta Jatim bangga," tutur Risma dengan disambut tepuk tangan meriah para atlet dan ofisial Surabaya.
Bahkan, alumnus ITS tersebut tidak berkeberatan menjemput kontingen Jatim dan Surabaya di Bandara Juanda seandainya mereka berhasil mempertahankan status juara bertahan. Demi mempertebal motivasi, dia berikrar memberikan bonus kepada atlet Surabaya yang meraih medali.
"Soal berapa bonus yang diterima untuk tiap medali emas, perak, dan perunggu, kami belum bisa sebut sekarang. Yang jelas, itu akan diberikan sepulang dari Riau," terang Risma.
Senada dengan Risma, Ketua KONI Surabaya Sunardi menyiapkan dana lebih dari Rp 1 miliar untuk bonus atlet. Rinciannya, sekeping emas mendapat bonus Rp 3 juta, perak Rp 2 juta, dan perunggu Rp 1 juta. Yang gagal mendapat medali diganjar uang saku Rp 500 ribu.
"Yang pasti, kami sediakan jumlahnya lebih dari Rp 1 miliar. Hitung kasarnya saja. Kalau semua atlet yang berangkat dapat emas, artinya, Rp 3 juta dikali 374 orang. Hasilnya Rp 1,12 miliar," ungkap Sunardi.
Di beberapa cabor, dominasi atlet Surabaya memang sangat terasa. Salah satunya adalah nomor voli indoor putra. Di antara 12 pemain, delapan atlet berasal dari Surabaya. Di cabor judo, 12 di antara 15 atlet Jatim yang berangkat ke Riau adalah arek-arek Suroboyo. Namun, ada juga cabor yang tidak didominasi atlet Surabaya. Ada lima cabor yang luput dari dominasi Surabaya. Yakni, atletik, balap sepeda, paralayang, gantole, dan wushu. (dra/c12/diq)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Debut Sejarah Tiongkok Asli
Redaktur : Tim Redaksi