jpnn.com - SURABAYA – Bukan hanya rumah karaoke tak berizin di kawasan eks lokalisasi Dolly-Jarak yang buka. Tapi, di eks prostitusi lain, rumah karaoke juga menjamur. Sayangnya, belum ada tindakan tegas dari Pemkot Surabaya. Mereka seolah tutup mata dengan pelanggaran semacam itu.
Lokalisasi yang sudah tutup di Surabaya bukan hanya Dolly-Jarak. Tapi, Kremil, Klakah Rejo, Sememi, dan Dupak Bangunsari juga sudah ditutup. Banyak rumah karaoke yang ditengarai tidak berizin nekat buka.
BACA JUGA: Konsul Kehormatan Filipina Dikirimi Paket Misterius
Dikonfirmasi mengenai hal itu, Kepala Satpol PP Surabaya Irvan Widyanto menjelaskan, memang akan ada razia besar-besaran di eks lokalisasi lain. Sasaran razia juga tidak jauh berbeda dengan operasi pada Sabtu lalu (9/8) di kawasan Dolly-Jarak. ”Sudah kami agendakan (razia),” ujar Irvan, Senin (11/8).
Dia menuturkan bahwa pemkot tidak akan tebang pilih dalam menindak pelanggaran. Bila karaoke dan panti pijat di eks lokalisasi Dolly-Jarak dirazia, kawasan lain juga diperlakukan sama.
BACA JUGA: Bocah Tewas Terlindas Truk
Razia itu sejatinya dilakukan bukan hanya untuk mengecek izin tempat karaoke. Tapi, pemkot juga ingin menjaring pekerja seks komersial (PSK) yang ditengarai menjalankan bisnis prostitusi terselubung berkedok karaoke.
Sementara itu, 50 perempuan hasil razia di eks lokalisasi Dolly-Jarak yang dibawa ke liponsos menjalani pemeriksaan kesehatan. Terutama untuk mendeteksi pengidap HIV/AIDS. Hasilnya, ada seorang perempuan yang positif terinfeksi penyakit berbahaya itu. ”Ada satu yang positif, tapi penderita lama,” kata Kepala Dinas Kesehatan Surabaya drg Febria Rachmanita.
BACA JUGA: Bupati Enthus Galang Dana untuk Bayi Berkepala Dua
Soal identitas, dia enggan menjelaskan lebih lanjut. Yang jelas, dinkes kini mengurusi penderita tersebut agar mendapatkan perawatan maksimal.
Pemkot juga terus berusaha untuk mengalihfungsikan wisma di eks lokalisasi Dolly-Jarak. Dinas pengelolaan bangunan dan tanah (DPBT) sudah mendapat tawaran dari empat pemilik wisma yang ingin menjual tempat maksiat itu. ”Ukurannya memang kecil. Tak sebesar Wisma Barbara,” ungkap Kepala DPBT Djumaji. (mas)
Dia menyebutkan, harga perkiraan rumah itu tidak sampai miliaran rupiah. Harga empat rumah tersebut bervariasi, ada yang sektiar Rp 250 juta. Ada juga yang meminta dibeli Rp 900 juta.
Tahun depan pemkot menganggarkan dalam APBD 2015 tak kurang dari Rp 20 miliar untuk alih fungsi kawasan eks lokalisasi. Dana itu akan dipakai untuk membeli empat eks wisma di Klakah Rejo dan sisanya dipersiapkan untuk membeli wisma di Dolly-Jarak. (jun/c7/end)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Dilantik, Anggota DPRD Berseragam Seharga Rp 3 Juta
Redaktur : Tim Redaksi