Siapkan Rp 18 Triliun, Indonesia Produksi 32 Pesawat Tempur

Jumat, 08 Januari 2016 – 09:32 WIB
Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu. Foto: dok.JPNN

jpnn.com - JAKARTA – Kementerian Pertahanan (Kemhan) RI manargetkan, dua skuadron (32 unit) pesawat tempur KF-X/IF-X selesai diproduksi pada 2025.  Itu merupakan pesawat generasi 4,5 yang melebihi kemampuan F-16.

Dalam merealisasikan hal tersebut, Kemhan bersama PT Dirgantara Indonesia (PT DI) menggandeng Korea Aerospace Industries (KAI). Selain membahas kegiatan produksi (Work Assignment Agreement), kerjasama itu pun mencakup terkait pendanaan (Cost Share Agreement).

BACA JUGA: Johan Budi Akui Ada Tawaran tapi...

Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu mengatakan, sebagai salah satu negara terbesar di dunia, Indonesia sudah harus memproduksi pesawat tempur sendiri.

"Kalau tidak dimulai sekarang, kapan lagi Indonesia dapat membuat. Kalau beli, semua negara bisa," ujarnya usai menandatangani kerjasama di Kantor Kemhan, Jakarta kemarin (7/1).

BACA JUGA: Gugat Setiawan Djody, Iwan Fals Hanya Menang Rp 200 Juta

Rencananya, produksi akan dimulai pada tahun 2020 usai prototype selesai digarap. Dalam pembuatan prototype, Indonesia mengeluarkan dana sebesar Rp 18 triliun, atau 20 persen dari total dana yang dibutuhkan.

Dalam produksi nanti, dua pesawat pertama akan diproduksi di KAI Korea Selatan. Sementara sisanya akan diselesaikan bersama di Indonesia. "Sesuai UU Pertahanan, akan banyak gunakan komponen dalam negeri. Dan 80 persen orang kita yang garap," tuturnya.

BACA JUGA: Staf Keuangan Badan Kesbangpolinmas Digiring ke Sel Wanita

Kerjasama dalam proyek tersebut merupakan bagian dari tahap awal peningkatan industri militer Indonesia. Jika sukses, tidak menutup kemungkinan, Indonesia akan memproduksi secara masal nantinya. "Nanti akan dijual ke negara lain, makanya kita buat," terangnya.

Sementara itu, Menteri Pertahanan Korea Selatan, Chang Myoungjin menegaskan, pihaknya akan totalitas dalam proyek tersebut. Semua kemampuan terbaik siap dikerahkan. "Baik secara lembaga maupun akademisi," ungkapnya.

Bahkan, dia menyebut proyek tersebut memakan biaya terbesar dalam proyek yang pernah dibuat Korsel. Karena dia yakin, proyek tersebut bisa menjadi titik awal kerjasama ilmuwan kedua negara. "Saya optimis proyek ini akan sukses," tegasnya.

Kerjasama industri militer Indonesia dengan Korea Selatan seyogyanya bukan kali pertama. Sebelumnya, beberapa kerjasama sudah dilakukan. Termasuk kerjasama pembuatan kapal selam Chang Bogo yang semestinya mulai digarap di Surabaya tahun 2015 lalu.

Terkait hal tersebut, Menhan beralasan, penundaan tersebut akibat belum siapnya infrastruktur galangan kapal di Surabaya. "Karena infrastrukturnya belum ada, terpaksa dibuat di sana," terang mantan Kepala Staf Angkatan Darat tersebut. (far)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Politikus PPP: Aneh, Wapres Jusuf Kalla Kok Bela Menteri Yuddy


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler